baik. Selain itu, penetapan dosis juga berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adrianto 2010. Dosis yang digunakan sebesar 3840 mgkgBB yang diberikan
secara peroral dengan pelarut yang digunakan adalah CMC Na. Pelarut CMC Na yang digunakan 1 gram dalam 1 ml aquadest yang kemudian dicampurkan dengan
ekstrak metanol-air daun M. tanarius.
3. Penentuan waktu pencuplikan darah
Pada penelitian dengan waktu jangka pendek dilakukan penentuan waktu pencuplikan darah pada rentang waktu tertentu, yaitu 24 jam dan 48 jam. Hal ini
bertujuan untuk melihat keefektifan hepatotoksin dalam bekerja dan memberikan respon maksimal pada dosis 2 mlkg BB. Dari pengujian ini akan didapatkan
waktu optimal terjadinya peningkatan serum ALT dan AST. Karbon tetraklorida diujikan pada tikus dengan dosis 2 mlkg BB dengan waktu pencuplikan darah
pada jam ke-24 dan 48. Namun sebelum hepatotoksin diujikan, serum darah tikus diambil dahulu dan sebagai jam ke-0. Hal ini bertujuan supaya dapat
dibandingkan sebelum diberikan senyawa uji dan setelah diberi perlakuan. Hasil yang didapatkan dari pengujian ini adanya aktivitas serum ALT yang dapat dilihat
pada tabel I serta gambar VI.
Tabel I. Aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam
Selang Waktu jam Purata Aktivitas serum ALT ± SE UL
73,2 ± 12,9 24
246,4 ± 17,0 48
102,0 ± 14,6 Keterangan: SE = Standard Error
Gambar 6. Diagram batang rata-rata aktivitas ALT-serum sel hati tikus setelah
pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam
Dari data tabel I dan gambar VI diagram batang tersebut, diketahui bahwa aktivitas serum ALT pada jam ke 0 sebelum perlakuan, jam ke-24 dan jam ke-48
secara berturut-turut adalah 73,2 ± 12,9; 246,4 ± 17,0 dan 102,0 ± 14,6 UL. Dapat diketahui bahwa aktivitas serum ALT pada pencuplikan darah jam ke-24
dengan pemberian perlakuan karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB lebih tinggi dibandingkan dengan pencuplikan darah pada jam ke 0 dan jam ke-48.
Pada pencuplikan darah 24 jam didapatkan peningkatan serum ALT 3-4 kali dari nilai normal yang dibandingkan terhadap jam ke-0 73,2 ± 12,9UL.
Pada pencuplikan darah 48 jam mengalami kenaikkan serum ALT hampir 2 kali dari nilai normal, karena peningkatan aktivitas serum ALT tertinggi sudah
memenuhi kriteria terjadinya hepatotoksisitas, dan pada jam ke-48 sudah terjadi penurunan aktivitas ALT dan maka tidak dilakukan lagi pengukuran pencuplikan
darah pada jam ke-72. Selain itu dari uji statistik, dapat diketahui bahwa kenaikan serum AST pada jam ke-24, menunjukkan perbedaan yang bermakna
dibandingkan dengan data pada jam ke-0 dan ke-48 yang dapat dilihat pada tabel III.
Tabel II. Aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam
Selang Waktu jam Purata Aktivitas serum AST ± SE UL
151,2 ± 14,2 24
596,2 ± 25,3 48
188,6 ± 3,2 Keterangan: SE = Standard Error
Gambar 7. Diagram batang rata-rata aktivitas AST-serum sel hati tikus setelah
pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada selang waktu 0, 24 dan 48 jam
Untuk data tabel II dan gambar VII dari aktivitas serum AST juga menunjukkan adanya peningkatan pada pencuplikan darah 24 jam dibandingkan
dengan pencuplikan darah pada jam ke-0 dan jam ke-48. Dapat diketahui bahwa aktivitas serum AST pada jam ke 0 sebelum perlakuan, jam ke-24 dan jam ke-48
secara berturut-turut adalah 151,2 ± 14,2 UL; 596,2 ± 25,3 UL dan 188,6 ± 3,2 UL. Nilai AST menggambarkan adanya kenaikan aktivitas serum AST pada jam
ke-24 sebesar 3-4 kali dari nilai normal AST-serum yang dibandingkan terhadap jam ke-0 151,2 ± 14,2 UL, sedangkan pada jam ke-48, kenaikan aktivitas
serum sebesar 1-2 kali dari jam ke-0. Pada jam ke-48 sudah terjadi penurunan aktivitas serum. Maka, dari data tersebut, kenaikan serum yang paling tinggi
adalah pada jam ke-24. Kenaikan 3-4 kali sudah dapat dikategorikan terjadinya hepatotoksisitas. Berikut ini, hasil statistik perbedaan kenaikan akivitas serum
ALT pada waktu pencuplikan darah jam ke-0, 24 dan 48.
Tabel III. Perbedaan kenaikan aktivitas serum ALT setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada waktu pencuplikan
darah jam ke-0, 24 dan 48
BB= berbeda bermakna p0,05; TB = berbeda tidak bermakna p0,05 Dari tabel tersebut, terdapat kenaikan aktivitas serum ALT yang
menunjukkan perbedaan yang bermakna pada waktu pencuplikan darah jam ke-24 bila dibandingkan dengan jam ke-0 dan 48.
ALT Jam ke-0
Jam ke-24 Jam ke-48 Jam ke-0
BB TB
Jam ke-24 BB
BB Jam ke-48
TB BB
Tabel IV. Perbedaan kenaikan aktivitas serum AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada waktu pencuplikan
darah jam ke-0, 24 dan 48
BB= berbeda bermakna p0,05; TB = berbeda tidak bermakna p0,05 Dari data tersebut serum ALT dan AST secara statistik menunjukkan
perbedaan yang bermakna pada pencuplikan darah jam ke-24 p0,05 dibandingkan dengan pencuplikan darah jam ke-0 dan jam ke-48. Oleh sebab itu,
pada penelitian jangka pendek dipilih waktu pencuplikan darah hewan uji pada jam ke-24 setelah induksi CCl
4
dengan dosis 2 mlkgBB.
D. Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Ekstrak Metanol-Air Daun M.