i.  Serum AST Reagen  serum  yang  digunakan  adalah  reagen  serum  AST  DyaSyss.
Komposisi dan konsentrasi dari reagen serum AST adalah sebagai berikut: R1:
TRIS pH 7,65 110 mmolL L-Aspartate 320 mmolL
MDHmalatedehydrogenase 800 UL LDHlactatedehydrogenase 1200 UL
R2:   2-Oxoglutarate 65 mmolL NADH 1mmolL
Pyridoxal -5-phosphate
FS: Good
’s buffer pH 9,6 100 mmolL Pyridoxal
-5-phosphate 13mmolL
D. Alat Penelitian
1.  Peralatan  pembuatan  serbuk  kering  daun  M.  tanarius  antara  lain:  oven Memmert, mesin penyerbuk Retsch timbangan elektrik.
2.  Peralatan  pembuatan  ekstrak  metanol-air  daun  M.  tanarius  antara  lain: timbangan  elektrik,  seperangkat  alat  gelas  berupa  Erlenmeyer,  labu  ukur,
Bekker  glass,  gelas  ukur,  pipet  tetes,  batang  pengaduk  Pyrek  Iwaki  Glass, cawan  porselin,  shaker  maserator,  kertas  saring,  corong  Buchner,  vaccum
pump, vaccum rotary evaporator, oven.
3.  Peralatan uji hepatoprotektif antara lain: peralatan gelas, seperti Bekker glass, labu  ukur,  batang  pengaduk,  gelas  ukur,  tabung  reaksi,  timbangan  elektrik,
pipa kapiler, effendorf, spuit injeksi per oral 5 ml dan 10 ml untuk tikus, spuit injeksi intra peritonial 3 ml, stopwatch, vortex, sentrifuge, mikro pipet, mikro
vitalab Microlab 200, Merck.
E. Tata Cara Penelitian
1.  Determinasi Tanaman Macaranga  tanarius L. Determinasi  tanaman  M.  tanarius  dilakukan  dengan  mencocokan  ciri-
ciri  tanaman  M.  tanarius    dengan  buku  acuan  batang  yang  dilakukan  secara benar  sesuai  dengan  buku  acuan.  Determinasi  tanaman  dilakukan  di
Laboratorium  Farmakognosi  Fitokimia,  Fakultas  Farmasi  Universitas  Sanata Dharma Yogyakarta.
2.  Pengumpulan bahan Bahan  uji  yang  digunakan  adalah  daun  M.  tanarius  yang  masih  segar
dan  berwarna  hijau,  tidak  berlubang  yang  dipetik  dari  Kebun  Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada bulan Mei 2012.
3.  Pembuatan serbuk Daun  M.  tanarius  dicuci  bersih  dibawah  air  mengalir.  Setelah  bersih
daun diangin-anginkan hingga daun tidak tampak basah kemudian dilakukan pengeringan  menggunakan  oven  pada  suhu  50°  C  selama  24  jam.  Setelah
kering  daun  dibuat  serbuk  dan  diayak  dengan  ayakan  nomor  40  supaya kandungan  fitokimia  yang  terkandung  dalam  daun  M.  tanarius  lebih  mudah
terekstrak karena luas permukaan serbuk yang kontak dengan pelarut semakin besar.
4.  Pembuatan ekstrak metanol : air daun M. tanarius Sebanyak  10  gram  serbuk  kering  daun  M.  tanarius  diekstraksi  secara
maserasi dengan melarutkan serbuk dalam 100 ml pelarut metanol 50 pada suhu kamar  selama 3x24  jam  dengan kecepatan  140 rpm. Setelah dilakukan
perendaman,  hasil  maserasi  disaring  dengan  kertas  saring.  Larutan  hasil saringan  dipindahkan  dalam  cawan  porselen  yang  telah  ditimbang
sebelumnya,  agar  mempermudah  perhitungan  randemen  ekstrak  yang  akan diperoleh.  Cawan  porselen  yang  berisi  larutan  hasil  maserasi,  dimasukkan
dalam  vaccum  rotary  evaporator  untuk  menguapkan  metanol  dan mendapatkan  ekstrak  kemudian  dimasukkan  dalam  oven  untuk  diuapkan
selama  24  jam  dengan  suhu  50°  C  untuk  mendapatkan  ekstrak  metanol-air daun  M.  tanarius  yang  kental  dengan  bobot  pengeringan  ekstrak  yang  tetap
agar  mendapatkan ekstrak  metanol-air daun M. tanarius  yang kental dengan bobot pengeringan ekstrak yang tetap yaitu sebesar 3,77 g.
5.  Penetapan konsentrasi pekat ekstrak Menghitung  rata-rata  rendemen  enam  replikasi  ekstrak  metanol  :  air
daun M. tanarius kental yang telah dibuat. Rendemen ekstrak = berat cawan ekstrak kental
– berat cawan kosong
� � − � � =
. 1 + . 2 +
. 3 + . 4 +
. 5 + . 6
6
Konsentrasi  ekstrak  didapat  dari  hasil  rata-rata  rendemen  ekstrak. percawannya  yaitu  3,77  g  dalam  labu  ukur  terkecil  dengan  pelarut  yang
sesuai.  Konsentrasi  yang  dapat  digunakan  adalah  konsentrasi  pekat  yang dapat dibuat dimana pada konsentrasi tersebut ekstrak dapat dimasukkan serta
dikeluarkan  dari  spuit  oral.  Cara  pembuatannya  adalah  dengan  melarutkan ekstrak  percawannya  gram  dalam  labu  ukur  dengan  pelarut  yang  sesuai
CMC  Na  1.  Labu  ukur  terkecil  yang  tersedia  adalah  labu  ukur  5  ml sehingga  konsentrasi  ekstrak  dapat  ditetapkan  yaitu  sebesar  0,384  gml  atau
384 mgml atau 38,4bv Andini, 2010. 6.  Penetapan dosis ekstrak metanol : air daun M. tanarius
Dasar  penetapan  peringkat  dosis  adalah  bobot tertinggi  tikus  dan  pemberian cairan  secara  peroral  separuhnya  yaitu  2,5  ml.  Penetapan  dosis  tertinggi
ekstrak metanol : air daun M. tanarius adalah :
D x BB   = C x V D x BB tertinggi tikus  kgBB = C ekstrak mgml x 2,5 ml
D = x mgkg BB Dua  dosis  lainnya  diperoleh  dengan  menurunkan  3  dan  6  kalinya  dari  dosis
tertinggi. 7.  Pembuatan larutan karbon tetraklorida dalam olive oil
Larutan  karbon  tetraklorida  dalam  olive  oil  dibuat  dengan  cara mengambil volume karbon tetraklorida secara seksama, kemudian diencerkan
dengan  olive  oil  dengan  perbandingan  1:1  sampai  volume  tertentu  sehingga diperoleh konsentrasi akhir sebesar 50.
8.  Uji pendahuluan a.  Penetapan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida
Pemilihan  dosis  karbon  tetraklorida  dilakukan  untuk  mengetahui  pada dosis  berapa  karbon  tetraklorida  mampu  menyebabkan  kerusakan  hati
tikus yang ditandai dengan peningkatan aktivitas GPT-serum paling tinggi tetapi  tidak  menimbulkan  kematian.  Dosis  hepatotoksik  yang  digunakan
dalam  penelitian  ini  mengacu  pada  penelitian  Janakat,  Al-Merie  2003, bahwa  dosis  2  mlkg  BB  karbon  tetraklorida  dalam  olive  oil  dengan
perbandingan  karbon  tetraklorida  :  oilve  oil  1:1,  terbukti  mampu meningkatkan  aktivitas  ALT-AST  serum  pada  tikus  bila  diberikan  secara
intra peritonial i.p. b.  Penetapan waktu pencuplikan darah
Berdasarkan  penelitian  Janakat,  Al-Merie  2003  meunjukkan  bahwa aktivitas  GPT  serum  tikus  terangsang  karbon  tetraklorida  2  mgkg  BB
mencapai maksimal pada jam ke-24 setelah pemberiannya, kemudian pada jam  ke-48  berangsur-angsur  menurun.  Pengukuran  ada  jam  ke-24
dilakukan untuk mengetahui profil kenaikan serum GPT sebelum jam ke- 48.
c.  Penetapan lama pemejanan ekstrak metanol : air daun M. tanarius Lama waktu pemejanan ekstrak metanol : air daun  M. tanarius dilakukan
pada waktu jam ke-½, 1, 2, 4 dan 6 kemudian setelah ½, 1, 2, 4 dan 6 jam dipejankan  senyawa  hepatotoksin  karbon  tetraklorida,  kemudian  diukur
aktivitas  ALT  dan  AST-nya  sesuai  hasil  orientasi  waktu  penetapan pencuplikan darah.
9.  Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji Hewan  percobaan  yang  dibutuhkan  sebanyak  40  ekor  tikus  jantan
dibagi  secara  acak  dalam  delapan  kelompok  sama  banyak.  Kelompok  I merupakan  kontrol  negatif  yaitu  pemberian  olive  oil  secara  intra  peritonial.
Kelompok  II  merupakan  kontrol  negatif  yaitu  hepatotoksin  karbon tetraklorida  dengan  dosis  3840  mgkg  BB  secara  intra  peritonial.  Kelompok
III merupakan kontrol perlakuan yaitu pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius
dosis 3840 mgkg BB secara per oral. Kelompok IV-VIII  diberikan ekstrak  metanol-air  daun  M.  tanarius  dengan  dosis  3840  mgkg  BB,
kemudian secara  berturut-turut pada ½, 1, 2, 4, dan 6  jam  setelah perlakuan diberikan  dosis  hepatotoksik  karbon  tetraklorida  dengan  dosis  2  mlkg  BB.
Pada  jam  ke-24  setelah  diberi  karbon  tetraklorida  semua  kelompok  diambil darahnya pada  daerah sinus orbitalis pada  mata tikus, kemudian ditampung
dalam  Effendorf  untuk  penetapan  aktivitas  serum  ALT  dan  AST.  Darah disentrifugasi  selama  15  menit  dengan  kecepatan  3500  rpm  dan  bagian
supernatannya diambil. 10. Penetapan aktivitas ALT-AST serum
Alat yang digunakan untuk menganalisis aktivitas ALT dan AST serum adalah  Mikro  vitalab  200.  Aktivitas  enzim  diukur  pada  panjang  gelombang
340  nm,  suhu  37 C,  dengan  faktor  koreksi,  dan  dinyatakan  dengan  satuan
UL.  Pengukuran  aktivitas  serum  ALT  dan  AST  dilakukan  di  laboratorium
Biokimia  Fisiologi  Manusia,  Fakultas  Farmasi,  Universitas  Sanata  Dharma, Yogyakarta. Analisis aktivitas serum ALT dilakukan dengan cara mencampur
100 µL serum atau plasma dengan 800 µL reagen I, kemudian dicampurkan 200  µL  reagen  II  dan  didiamkan  selama  operating  time  selama  satu  menit
kemudian  divortex  dan  dibaca  resapan  setelah  dua  menit.  Untuk  analisis fotometri  dengan  AST  serum  dilakukan  dengan  cara  mencampur  100  µL
serum atau plasma dengan 800 µL reagen I, kemudian dicampurkan 200 µL reagen II dan didiamkan selama  operating time selama satu menit kemudian
divortex dan dibaca resapan setelah dua menit. 11. Perhitungan Efek Hepatoprotektif
Hasil resapan aktivitas serum ALT dan AST yang dilakukan pengujian besarnya  efek  hepatoprotektif  yang  dinyatakan  dalam  persen  .
Perhitungan  mengenai  besarnya  efek  hepatoprotektif  dapat  dihitung menggunakan rumus:
� �   � ℎ �
� − � �   �
� � � �   �
ℎ � �
x 100
F. Tata Cara Analisis Hasil