C. Uji Pendahuluan
1. Penentuan dosis hepatotoksin
Pada penelitian ini jenis hepatotoksin karbon tetraklorida. Karbon tetraklorida ini diberikan dengan dosis tertentu yang dapat memberikan efek
terhadap hepar tikus. Adanya respon dari pemberian hepatotoksin ini ditandai dengan kenaikan tinggi serum ALT dan AST yang menandakan adanya kerusakan
pada hepar tikus. Karbon tetraklorida merupakan hepatotoksin yang dapat menyebabkan terjadinya perlemakan hati atau degradasi melemak. Kenaikan
serum ALT dan AST dari pemberian karbon tetraklorida dibandingkan dengan kondisi normal adalah sekitar 3-4 kali Zimmerman, 1999. Hal ini berbeda
dengan hepatotoksin yang digunakan, misalnya seperti paracetamol yang kenaikan serum ALT dan AST mencapai 10-20 kali lipat. Hal ini disebabkan
karena, kemampuan parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati sampai pada tahap nekrosis akut.
Dosis yang digunakan pada penelitian ini, yaitu 2 mlkg BB, dengan pelarut yang digunakan adalah olive oil. Adapun perbandingan yang digunakan
adalah 1:1. Penetapan dosis ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Janakat, Al-Merie 2003. Pada penelitian ini, pemberian CCl
4
dengan dosis 2 mlkg BB diberikan secara intraperitonial.
2. Penentuan dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Pada penelitian ini digunakan ekstrak metanol-air daun M. tanarius. Penetapan dosis yang digunakan, didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh
Windrawati 2013 dimana dosis ini memiliki efek hepatoprotektif yang paling
baik. Selain itu, penetapan dosis juga berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adrianto 2010. Dosis yang digunakan sebesar 3840 mgkgBB yang diberikan
secara peroral dengan pelarut yang digunakan adalah CMC Na. Pelarut CMC Na yang digunakan 1 gram dalam 1 ml aquadest yang kemudian dicampurkan dengan
ekstrak metanol-air daun M. tanarius.
3. Penentuan waktu pencuplikan darah