Pengetahuan Guru tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa

B. Pengetahuan Guru tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa

Menurut Sugeng Paranto 1981:3 defenisi motivasi adalah sebagai daya atau usaha yang menyebabkan seseorang terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan dan dorongan yang bersemayam dalam diri siswa. Seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila dirasakan kebutuhan yang ada pada dirinya menuntut akan pemenuhan. Selama kebutuhan tersebut belum terpenuhi, maka selama itu pula yang bersangkutan belum merasakan adanya kepuasan pada dirinya. Rasa puas inilah yang senantiasa mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu dalam memenuhi kebutuhannya. Sedangkan menurut Donal’d Sardiman, 2012 motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Adanya tiga komponen terutama dalam motivasi, yaitu: kebutuhan, dorongan, dan pujian. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan adalah yang ingin dicapai oleh seoang individu, mengarahkan perilaku, dalam hal ini perilaku belajar. Sardiman 2012 membagi motivasi menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 1. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Motif-motif telah menjadi aktif atau berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar. Dengan kata lain, di dalam diri siswa sudah ada dorongan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang yang senang membaca tanpa harus disuruh pasti sudah rajin mencari buku- buku untuk dibaca. Kalau dilihat dari tujuan kegiatan yang dilakukan misalnya: belajar, motivasi intrinsik merupakan keinginan untuk mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa melakukan kegiatan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai dan keterampilan yang berguna bagi masa depannya, dan bukan karena tujuan yang lain. Oleh karena itu, motivasi intrinsik dapat pula dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya. 2. Motivasi ekstrinsik Yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar menjelang ujian supaya mendapat nilai yang baik sehingga dipuji oleh teman- temannya sebagai anak yang pintar. Atau ada juga yang belajar karena takut dihukum oleh gurunya karena mendapat nilai yang jelek atau tidak bisa menjawab pertanyaan guru. Jadi, yang penting bukan karena ingin mengetahui sesuatu tetapi hadiah berupa pujian atau karena takut hukuman. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivai yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ini tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan kemungkinan komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Menurut Foresst 2008, pemberian motivasi di luar individu dilakukan oleh guru dengan ciri-ciri:  Bagaimana guru menunjukkan persetujuan kepada murid- murid?  Kalimat-kalimat apa yang guru-guru gunakan dalam pujian mereka?  Jenis penghargaan apa yang guru berikan?  Peringatan-peringatan apa yang guru berikan?  Hukuman apa yang diberikan kepada siswa?  Bagaimana guru membangkitkan kepedulian siswa?  Bagaimana guru menaikkan antusiasme dalam mengerjakan suatu tugas?  Bagaimana guru membangkitkan semangat kelas?  Bagaimana guru-guru melibatkan murid-murid yang tidak aktif dalam pekerjaan mereka?  Dengan cara-cara apa guru memberikan apresiasi pada pencapaian-pencapaian murid? Sobry 2010 mengemukakan ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa:  Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.  Hadiah. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.  Siangan atau kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.  Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.  Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.  Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.  Membentuk kebiasaan belajar yang baik.  Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.  Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain pemberian motivasi, guru juga dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dengan membuat pelajaran itu menjadi menantang, merangsang daya cipta untuk menemukan serta mengesankan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan sehingga proses belajar yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal khususnya dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah yang banyak dipengaruhi oleh komponen belajar mengajar, misalnya siswa, guru, sarana dan prasarana belajar. Menurut Uzer Usman, dkk 1993:88, dalam Wahyu, 2010, prinsip-prinsip untuk mengaktifkan siswa adalah sebagai berikut:  Prinsip motivasi. Ada dua jenis motivasi yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri anak intrinsik, motivasi ini dapat dilakukan dengan cara menggairahkan perasaan ingin tahu anak, keinginan untuk mencoba dan hasrat untuk sukses. Dan motivasi ekstrinsik dapat dilakukan dengan cara memberi ganjaran, hukuman, atau penugasan untuk berbagai perbaikan.  Prinsip latar atau konteks. Guru perlu mengetahui tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perasaan serta pengalaman yang dimiliki para siswanya. Perolehan ini perlu dihubungkan dengan pelajaran baru yang hendak diajarkan guru kepada siswa. Apa yang telah diketahui anak akan lebih menarik minat anak apabila dikaitkan dengan pelajaran baru, akibatnya siswa akan lebih mudah menangkap dan cepat memahami bahan pelajaran.  Prinsip fokus. Hendaknya dalam pembelajaran difokuskan pada satu arah atau pola tertentu. Tanpa suatu pola pelajaran akan terpecah-pecah dan para siswa akan sulit memusatkan perhatian. Titik pusat itu akan tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan.  Prinsip sosialisasi. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar para siswa perlu dilatih untuk bekerja sama dengan rekan-rekan sebayanya. Dengan prinsip ni para siswa akan dapat membedakan hubungan dengan guru, dengan sesama temannya, dan hubungan dengan sesama masyarakat. Prinsip ini sangat penting dalam rangka pembentukan kepribadian anak.  Prinsip individualis. Setiap siswa pada hakikatnya memiliki perbedaan tersendiri baik dalam hal bakat, minat, kecerdasan, sikap, maupun kebiasaan. Maka hendaklah guru tidak memperlakukan siswa seolah-olah sama.  Prinsip menemukan. Guru sebenarnya tidak perlu menjelaskan seluruh informasi kepada anak. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencari dan menemukan informasi tersebut. Informasi yang disampaikan guru hendaknya ang bersifat mendasar dan memancing siswa untuk mengail informasi selanjutnya, sehingga suasana kelas tidak membosankan bahkan sebaliknya akan menjadi bergairah.  Prinsip pemecahan masalah. Sebagai motivator guru senantiasa mendorong para siswanya untuk melihat masalah, merumuskan, dan berupaya memecahkan sesuai dengan taraf kemampuannya. Bila terjadi hal-hal tentang perbedaan pendapat dan penemuan mereka belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka guru hendaknya melengkapinya dengan tetap menghargai pendapat mereka.

C. Pengetahuan Guru tentang Kesulitan Belajar Siswa