Pengetahuan Guru tentang Kesulitan Belajar Siswa

tujuan yang diharapkan, maka guru hendaknya melengkapinya dengan tetap menghargai pendapat mereka.

C. Pengetahuan Guru tentang Kesulitan Belajar Siswa

Kesulitan belajar siswa adalah keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya dalam Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:74. Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencari kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya. Menurut Hitsuke 2009, dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakteristik siswa yang beraneka ragam. Aktivitas belajar di kelas bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain beberapa siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Dalam hal dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar learning difficulty. Kesulitan belajar juga dapat diartikan sebagai hambatan yang dihadapi oleh siswa dalam proses belajar sehingga mereka memperoleh prestasi belajar di bawah rata-rata Uzer dan Setiawati, 1992:99. Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan muncunya kelainan perilaku misbehavior siswa seperti kesukaan berteriak- teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering bolos sekolah. Secara garis besar, faktor- faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam yaitu faktor internal siswa dan faktor eksternal siswa. 1. Faktor internal siswa Faktor internal siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni: a Yang bersifat kognitif ranah cipta, antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektualintelegensi siswa. b Yang bersifat afektif ranah rasa, antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. c Yang bersifat psikomotor ranah karsa, antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar mata dan telinga. 2. Faktor eksternal siswa Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam, yakni: a Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. b Lingkungan perkampunganmasyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh slum area, dan teman sepermainan per group yang nakal. c Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Guru yang telah mengajarkan materi tertentu dalam jangka waktu lama, maka guru akan tahu materi atau konsep yang dianggap sulit bagi siswanya. Guru yang mengetahui kesulitan siswa akan melakukan penekanan pada materi yang sulit tersebut, mengulang-ulang hal sulit, dan mengingatkan.

D. Pengetahuan Guru tentang Miskonsepsi Siswa