2. Faktor eksternal siswa Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi
lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam, yakni:
a Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya
kehidupan ekonomi keluarga. b Lingkungan
perkampunganmasyarakat, contohnya:
wilayah perkampungan kumuh slum area, dan teman sepermainan per group yang nakal.
c Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi
guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Guru yang telah mengajarkan materi tertentu dalam jangka
waktu lama, maka guru akan tahu materi atau konsep yang dianggap sulit bagi siswanya. Guru yang mengetahui kesulitan
siswa akan melakukan penekanan pada materi yang sulit tersebut, mengulang-ulang hal sulit, dan mengingatkan.
D. Pengetahuan Guru tentang Miskonsepsi Siswa
Suparno 2005:4 menjelaskan bahwa miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam
bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep,
gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Secara lebih rinci, Fowler 1987, dalam Suparno, 2005:5
memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh
yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Menurut Suparno 2005,
beberapa faktor penyebab miskonsepsi siswa antara lain adalah dari siswa itu sendiri, dari guru, bukuteks, konteks, dan cara mengajar.
Tabel 2.1 Sebab-sebab miskonsepsi siswa
Sebab utama Sebab khusus
Siswa Prakonsepsi
Pemikiran asosiatif Pemikiran humanistik
Reasoning yang tidak lengkapsalah Intuisi yang salah
Tahap perkembangan kognitif siswa Kemampuan siswa
Minat belajar siswa
GuruPengajar Tidak menguasai bahan, tidak
kompeten Bukan lulusan dari bidang ilmu
terkait Tidak
membiarkan siswa
mengungkapkan gagasanide Relasi guru-siswa tidak baik
Buku teks Penjelasan keliru
Salah tulis, terutama dalam rumus Tingkat kesulitan penulisan buku
terlalu tinggi bagi siswa Siswa tidak tahu membaca buku teks
Buku fiksi sains kadang-kadang konsepnya
menyimpang demi
menarik pembaca Kartun sering memuat miskonsepsi
Konteks Pengalaman siswa
Bahasa sehari-hari berbeda Teman diskusi yang salah
Keyakinan dan agama Penjelasan orangtuaorang lain yang
keliru Konteks hidup siswa TV, radio, film
yang keliru Perasaan senangtidak senang; bebas
atau tertekan Cara mengajar
Hanya berisi ceramah dan menulis Langsung ke dalam bentuk fisika
Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa
Tidak mengoreksi PR yang salah Model analogi
Model praktikum Model diskusi
Model demonstrasi yang sempit Non-miltiple Intelligences
Guru harus memperhatikan miskonsepsi yang terjadi pada siswanya sebelum memulai pembelajaran agar tidak mengalami
kesulitan dalam menanamkan konsep yang benar. Secara garis besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi
miskonsepsi adalah: Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan
siswa. Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut.
Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi. Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, pengetahuan guru
tentang siswa adalah pengetahuan guru yang didapat lewat pengalaman dan pelatihan. Pengetahuan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru ketika mengajar di kelas. Hal ini supaya proses
belajar mengajar yang dilakukan menjadi bermakna dan memperoleh hasil yang optimal. Pengetahuan guru tentang siswa tersebut dapat terlihat
interaksi guru dengan siswa saat pembelajaran yang meliputi pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa, pengetahuan guru tentang motivasi
dan keaktifan siswa, dan kesulitan belajar yang dialami siswa, serta miskonsepsi yang dialami oleh siswa.
25
BAB III METODE PENELITIAN