Identifikasi tindakan guru dalam pembelajaran yang didasarkan atas kondisi siswa di SMA A Yogyakarta : sebuah studi untuk mendalami salah satu aspek kompetensi dari kompetensi pedagogik.
DI SMA A YOGYAKARTA
(Sebuah Studi Untuk Mendalami Salah Satu Aspek Kompetensi Dari Kompetensi Pedagogik)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Triyanti Chris Febrina Saragih NIM. 081424039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
i
IDENTIFIKASI TINDAKAN GURU DALAM
PEMBELAJARAN YANG DIDASARKAN ATAS KONDISI SISWA DI SMA A YOGYAKARTA
(Sebuah Studi Untuk Mendalami Salah Satu Aspek Kompetensi Dari Kompetensi Pedagogik)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Triyanti Chris Febrina Saragih NIM. 081424039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
(4)
(5)
iv Filipi 2:1-4
“1Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 2karena itu
sempurnakanlah suka citaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, 3dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya
hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 4dan janganlah tiap-tiap orang
hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”.
Filipi 4:6
“Janganlah kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur”.
Karya yang sederhana ini ku persembahkan untuk my beloved daddy & mommy
dan
semua orang yang telah hadir dalam hidupku dan mengajariku arti hidup...
(6)
(7)
(8)
vii ABSTRAK
IDENTIFIKASI TINDAKAN GURU DALAM
PEMBELAJARAN YANG DIDASARKAN ATAS KONDISI SISWA DI SMA A YOGYAKARTA
(Sebuah Studi Untuk Mendalami Salah Satu Aspek Kompetensi Dari Kompetensi Pedagogik)
Triyanti Chris Febrina Saragih Universitas Sanata Dharma
2013
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan guru tentang siswanya yang meliputi (1) bagaimana pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa; (2) bagaimana pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa; (3) bagaimana pengetahuan guru tentang miskonsepsi siswa; dan (4) bagaimana pengetahuan guru tentang kesulitan belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA A Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Oktober 2012. Subjek penelitian ini adalah guru fisika dan objek penelitian ini adalah pengetahuan guru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari video rekaman proses pembelajaran dan wawancara guru.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) guru mengetahui konsep Q dan W, merupakan kemampuan awal siswa yang diperlukan siswanya untuk mempelajarai proses termodinamika dan guru mengetahui persamaan PV = nRT = nKT merupakan kemampuan awal yang dikuasai siswanya dalam mempelajari perubahan ∆U; (2) guru mengetahui dan menyadari motivasi dan keaktifan siswanya yang rendah dalam mempelajari fisika; (3) guru mengetahui grafik isotermal merupakan miskonsepsi yang terjadi pada siswanya; (4) guru mengetahui kesulitan siswanya dalam memahami diferensial integral, mengkonversikan P ke atm dan V ke liter pada proses isobarik, dan perubahan∆U pada kekekalan energi, serta konsep volume dan menyelesaikan soal latihan.
(9)
viii ABSTRACT
The Identification ofTeacher’s Steps in Learning Based on Students’
Condition in Senior High School in Yogyakarta
(A Study To Comprehend One of Competence Aspect of Pedagogical Competences)
Triyanti Chris Febrina Saragih Sanata Dharma University
2013
This research aimed to understand (1)teachers’knowledge about students’ initial knowledge; (2) teachers’ knowledge about students’ motivation and liveliness; (3) teachers’ knowledge about students’ misconception; and
(4)teachers’ knowledge about students’ learning difficulties.
This research was conducted at “A” High School in Yogyakarta, started from April until October 2012. Subject of this research was a physics teacher and object of this research was the teachers’ knowledge about students. This research was a qualitative descriptive research and the data collection instrument consisted of videos recording during learning process and teacher interview.
Result of this research showed that (1) teacher knew the concept of Q and W the initial ability required by the students to ferreting out students anda teacher knew the thermodynanimcs equation PV = nRT = NKT is controlled by the ability of students in the initial study changes ∆U; (2) teacher knew and realized the motivation and liveliness of his students was low in learning physics; (3) teacher knew the isothermal chart is misconception that occurs in students; (4) teacher knew the students’ difficulties in understanding the concept of the integral differential, convert P to atm and V to liters on isobaric process, and the change Δ U in eternity energy, as well as the concept of volume and complete the exercises.
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Krsitus atas kekuatan dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Tersusunnya skripsi ini dengan baik tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada:
1. Drs. A. Atmadi, M. Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku dosen pembimbing yang dengan segenap pikiran, waktu, dan tenaga memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga bagi penulis.
3. SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dan Bapak Unggul S.Pd. yang telah memberikan waktu dan kesempatan untuk melakukan penelitian. Terimakasih atas pengalaman berharga yang diberikan selama ini.
(11)
x
4. Segenap dosen Universitas Sanata Dharma, khususnya Program Studi Pendidikan Fisika yang banyak berperan dalam proses belajar penulis di Universitas Sanata Dharma.
5. Seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas segala informasi dan pelayanan yang diberikan kepada penulis.
6. Keluargaku tercinta: Bapak A. Saragih Sidauruk, Mamak P. Purba Sidadolog, Bang Mico dan Rio, Eda Riana, Dedek Agnes dan Oby, keluarga besar Saragih/Sidauruk, keluarga besar Tulang Purba dan Sinaga, Namboru dan sepupu-sepupu tercinta, yang selalu mendorong dan memotivasi penulis dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih atas cinta dan doa yang tiada batas, kesabaran perhatian, kesempatan yang diberikan baik material maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat selesai.
7. Sayangku Januaris Edward Gultom S.Sn, terima kasih atas cinta, dukungan, doa, nasehat, kesabaran, kebersamaan, dan bantuan selama penulisan skripsi.
8. Sahabatku Dearni Purba, Denny Tarihoran, dan Maryanti Yosefin Tobing yang selalu mendukung penulis dengan luar biasa.
9. Teman-teman terhebatku: Afrina, Enggar, Fradha, Fr.Raja, Hana, Katarina, Leo, Mitha, Sr.Renata, Tinha, dan Yul atas warna-warni yang dihadirkan dalam perjalanan panjang di Universitas Sanata Dharma.
10. Teman-teman seperjuangan P.FIS’08 atas segala semangat dan bantuannya.
(12)
(13)
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR TABEL... xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Batasan Masalah ... 2
D. Tujuan Penelitian... 2
(14)
xiii BAB II. LANDASAN TEORI
A. Pengetahuan Guru tentang Kemampuan Awal Siswa ... 6
B. Pengetahuan Guru tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa ... 11
1. Motivasi intrinsik ... 12
2. Motivasi ekstrinsik ... 13
C. Pengetahuan Guru tentang Kesulitan Belajar Siswa . ... 19
1. Faktor internal siswa ... 20
2. Faktor eksternal siswa ... 21
D. Pengetahuan Guru tentang Miskonsepsi Siswa... 21
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25
B. Subjek Penelitian ... 25
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
D. Instrumen Pengumpulan Data ... 25
1. Instrumen observasi... 26
2. Instrumen wawancara dengan guru... 26
E. Metode Pengumpulan Data ... 28
F. Metode Analisis Data ... 28
1. Transkipsi data rekaman video dan rekaman wawancara ... 29
2. Kategorisasi data ... 29
(15)
xiv
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data ... 31
1. Pelaksanaan Penelitian ... 31
2. Hasil Penelitian ... 32
a) Data penelitian ... 33
b) Transkipsi... 34
B. Analisis dan Pembahasan ... 35
1. Topik data ... 35
2. Kategori data ... 36
a) Kemampuan awal siswa ... 36
b) Motivasi dan keaktifan siswa ... 36
c) Miskonsepsi siswa ... 36
d) Kesulitan belajar siswa... 36
3. Analisis ... 36
4. Pembahasan ... 37
A) Pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa ... 37
B) Pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa ... 40
C) Pengetahuan guru tentang miskonsepsi siswa ... 45
(16)
xv BAB V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan... 57
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
(17)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kampus ... 60
Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian di Sekolah ... 61
Lampiran 3 Transkip Video Penelitian ... 62
Lampiran 4 Transkip Wawancara ... 92
(18)
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Sebab-sebab miskonsepsi siswa ... 22 Tabel 3.1 Kisi-kisi pertanyaan wawancara ... 25
(19)
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran di kelas, guru dan siswa sama-sama memiliki peranan yang penting dan saling mempengaruhi. Pengetahuan guru mengenai siswa tidak kalah penting dalam proses pembelajaran. Pengetahuan guru tentang para siswanya akan sangat membantu guru untuk memutuskan tindakan-tindakannya yang akan diterapkan dalam kelas tersebut selama proses pembelajaran. Dengan mengenal dan mengetahui siswa, guru dapat melakukan tindakan yang tepat untuk setiap siswa karena setiap siswa memiliki pengetahuan awal yang berbeda, berasal dari tempat dan lingkungan berbeda bahkan berasal dari budaya yang berbeda. Oleh karena itu guru tidak hanya cukup tahu materi namun juga perlu tahu siswanya.
Pengetahuan guru mengenai siswanya akan terlihat dalam tindakannya di kelas dan dapat dianalisa melalui perekaman proses pembelajaran di kelas melalui video menggunakan handycame. Hal tersebut yang mendorong penulis ingin tahu lebih banyak mengenai segala sesuatu yang dilakukan guru untuk menunjukkan pengetahuannya tentang siswanya.
Dari situ maka penulis ingin mengetahui “Identifikasi Tindakan Guru Dalam Pembelajaran yang Didasarkan Atas Kondisi Siswa di SMA A Yogyakarta”.
(20)
penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu: 1. Bagaimana pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa? 2. Bagaimana pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa? 3. Bagaimana pengetahuan guru tentang miskonsepsi siswa?
4. Bagaimana pengetahuan guru tentang kesulitan belajar siswa?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki pengetahuan guru terkait dengan pembahasan termodinamika namun tidak menutup kemungkinan ditemukan pengetahuan guru yang bersifat umum. Penelitian ini juga terbatas pada kemampuan pedagogi saja atau pada hal-hal yang dilakukan guru dalam pembelajaran dan tidak membahas materi ajar dalam hal ini materi termodinamika.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diketahui di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan guru mengenai siswa yang diajarnya dengan rincian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa? 2. Bagaimana pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa? 3. Bagaimana pengetahuan guru tentang miskonsepsi siswa?
(21)
1. Bagi Peneliti dan Calon Guru
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap agar peneliti/calon guru dapat menambah wawasan mengenai cara-cara guru mengatasi masalah siswa, semakin tahu tindakan-tindakan yang tepat dilakukan guru setelah mengenal siswanya, dan semakin tahu pentingnya pengetahuan guru tentang siswa yang diajarnya.
2. Bagi Guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu masukan, informasi, dan refleksi bagi guru mengenai tindakan yang telah dilakukannya dalam upaya membantu siswanya. Dan guru dapat menyiapkan dan melakukan tindakan yang tepat apabila guru mengetahui siswanya.
(22)
4 BAB II
LANDASAN TEORI
Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu (Hamzah, 2006). Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitas-realitas yang tetap dan yang senantiasa berubah (Jhon Dewey, 1986, dalam Sadulloh, 2006).
Dalam Suparno (2007), menyatakan pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan/realitas (Von Glaserfeld, 1996). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang (Bettencourt, 1989, dalam Suparno, 2007). Van Glaserfeld (1996) menjelaskan bahwa pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang waktu seseorang mengalami atau berinteraksi dengan lingkungannya (Suparno, 2007).
Menurut Sarkim (2005, dalam Wahyu, 2010), komponen-komponen pengetahuan guru dapat digolongkan ke dalam tiga kategori.
(23)
Pertama adalah pengetahuan tentang kurikulum. Pengetahuan ini termasuk pengetahuan tentang isi atau materi pokok dan pengetahuan tentang dokumen kurikulum (atau kurikulum yang tercetak) dimana perkara materi pokok diorganisir untuk tujuan pengajaran. Yang kedua adalah pengetahuan tentang strategi pengajaran. Pengetahuan ini tidak hanya terdiri dari pengetahuan prosedural atau teknis tentang presentasi isi tetapi juga mencakup pengetahuan tentang teori-teori yang mendasari prosedur-prosedur teknis. Sebagai contoh, pengetahuan tentang bagaimana cara memeriksa pengetahuan terdahulu dari siswa didasarkan pada teori kognitif. Kategori yang ketiga adalah pengetahuan tentang siswa. Dalam penelitian ini, gagasan Shulman mengenai pengetahuan tentang pemahaman siswa terdahulu diperluas pada pengetahuan tentang para siswa secara umum.
Grossman (dalam Sarkim, 2005) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai para siswa tidak hanya terdiri dari pengetahuan tentang pemahaman siswa terdahulu tapi juga pengetahuan tentang siswa secara umum, termasuk latar belakang budaya mereka. Pengetahuan tentang para siswa membantu guru untuk memutuskan tindakan-tindakan mana yang sesuai diterapkan dalam kelas.
Jadi dapat disimpulkan pengetahuan guru tentang siswa adalah pengetahuan akan suatu fakta atau kondisi mengetahui sesuatu dengan baik yang didapat lewat pengalaman dan pelatihan dan dapat terlihat dari interaksi guru dengan siswa saat pembelajaran.
(24)
Pengetahuan guru tentang siswa dapat dilihat dari berbagai hal namun peneliti membatasi pengamatan dan pembahasan pada hal-hal sebagai berikut:
A. Pengetahuan Guru tentang Kemampuan Awal Siswa
Pada saat anak menerima pelajaran sains secara formal di bangku sekolah, di dalam dirinya telah terbentuk seperangkat keyakinan atas dasar pengetahuan awal yang dimiliki tentang berbagai fenomena-fenomena alam. Dalam kasus tertentu, keyakinan-keyakinan dan intuisi tersebut sangat kuat dipegang oleh anak dan bisa jadi berbeda dengan yang diajarkan melalui pembelajaran sains di sekolah. Akan tetapi tidak jarang pula keyakinan yang telah berkembang itu sejalan dengan teori yang diakui kebenarannya oleh para ilmuwan (Driver, 1983:2-3, dalam Sarkim, 1998:242). Menurut Sarkim (1998:242) pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki seseorang seperti disebut di atas dinamakan pengetahuan awal.
Siswa mengikuti pelajaran fisika tidak dengan kepala yang kosong yang kemudian dapat diisi dengan pengetahuan fisika. Kepala siswa sudah penuh dengan pengalaman yang berhubungan dengan fisika yang mungkin tidak disadarinya. Semua siswa sudah berpengalaman dengan gerak, gaya, benda yang jatuh bebas, listrik, energi, dan banyak gejala fisis lainnya. Dengan
(25)
pengalaman itu sudah terbentuk intuisi dan “teori” mengenai
gejala-gejala fisis di lingkungannya sehari-hari. Namun, belum tentu intuisi dan teori yang terbentuk itu benar.
Menurut Driver (Sarkim, 1998:243), pengetahuan awal mempunyai ciri-ciri:
1. Bersifat sangat personal, artinya pengetahuan sangat bervariasi meskipun mengacu pada pokok yang sama; 2. Tampak tidak koheren, artinya bahwa pengetahuan tersebut
seringkali tidak sesuai dengan pengalaman sebelumnya dan dal ini digunakan untuk menjelaskan atau meramalkan dalam konteks kepentingan yang berbeda-beda pula;
3. Bersifat stabil, artinya sekalipun sudah mengikuti pelajaran di sekolah siswa tidak memodifikasi pengetahuannya meskipun pengetahuan itu sudah dicoba diubah oleh guru dengan menunjukkan bukti bertentangan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa;
4. Pemikiran anak didominasi oleh persepsi yang disebabkan penalaran didasarkan pada peristiwa-peristiwa terobservasi; 5. Pusat perhatian siswa terbatas yang mengakibatkan ruang
lingkup penelaahan suatu fenomena menjadi terbatas dan kurang memperhatikan hal-hal lain yang mestinya terkait; dan
(26)
6. Pusat perhatian lebih pada perubahan bukan pada keadaan, di mana hal ini sangat terkait dengan perhatian siswa yang terbatas.
Belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain (Suparno, 1997:61). Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang diajarkan dengan pengertian yang sudah dipunyai sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain:
1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan manusia dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
2. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun secara lemah.
3. Belajar bukanlah mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Menurut Fosnot (1996, dalam Suparno, 1997:61), belajar bukan hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri; yakni suatu perkembangan yang
(27)
menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.
6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui siswa: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang memperngaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.
Dari uraian di atas dapat didefinisikan bahwa ciri-ciri kegiatan belajar adalah menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu yang belajar, sehingga bagi siswa belajar berarti mencoba memahami apa yang disampaikan dalam proses belajar mengajar dengan pengetahuan yang telah dimiliki atau mengkonstruksi struktur dasar baru yang merupakan perpaduan antara yang telah dimiliki dengan yang baru (Ardiyanti, 2006:8). Dengan demikian sangatlah penting mengetahui pengetahuan awal siswa.
Pandangan tentang pentingnya mengetahui pengetahuan awal siswa dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, didasari keyakinan bahwa pembelajaran sains akan
(28)
mengakibatkan restrukturisasi konsep siswa. Keyakinan tersebut juga membawa konsekuensi pada perlunya guru memahami adanya konsepsi awal siswa agar guru dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran yang membantu siswa dalam melakukan restrukturisasi konsepsinya. Siswa sudah memiliki konsepsi tentang berbagai hal yang telah diamati atau dialaminya. Apabila siswa mengalami atau melihat sesuatu yang tidak cocok dengan konsep yang ada pada dirinya, siswa akan mengubah konsepnya.
Menurut Suparno (2005), perubahan konsep terdapat dua jenis, yaitu perubahan konsep yang kuat dan yang lemah. Perubahan konsep yang kuat terjadi bila seseorang mengubah konsep lamanya secara menyeluruh menjadi konsep yang baru (akomodasi) ketika berhadapan dengan hal yang baru. Perubahan konsep yang lemah terjadi bila orang tersebut tetap mempertahankan konsep awalnya dan hanya menambah atau memperincinya (asimilasi) bila orang tersebut berhadapan dengan hal yang baru.
Menurut Piaget (dalam Suparno, 2000), pembentukan pengetahuan menuntut seseorang bertindak/aktif terhadap lingkungannya. Perkembangan koginitif akan berkembang bila orang itu mengasimilasikan dan mengakomodasikan rangsangan dari luar yang dihadapi dalam pemikiran yang sudah dimilikinya.
(29)
B. Pengetahuan Guru tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa
Menurut Sugeng Paranto (1981:3) defenisi motivasi adalah sebagai daya atau usaha yang menyebabkan seseorang terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan dan dorongan yang bersemayam dalam diri siswa. Seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila dirasakan kebutuhan yang ada pada dirinya menuntut akan pemenuhan. Selama kebutuhan tersebut belum terpenuhi, maka selama itu pula yang bersangkutan belum merasakan adanya kepuasan pada dirinya. Rasa puas inilah yang senantiasa mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu dalam memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan menurut Donal’d (Sardiman, 2012) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Adanya tiga komponen terutama dalam motivasi, yaitu: kebutuhan, dorongan, dan pujian. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan.
(30)
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan adalah yang ingin dicapai oleh seoang individu, mengarahkan perilaku, dalam hal ini perilaku belajar.
Sardiman (2012) membagi motivasi menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri siswa sendiri. Motif-motif telah menjadi aktif atau berfungsi tanpa harus dirangsang dari luar. Dengan kata lain, di dalam diri siswa sudah ada dorongan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang yang senang membaca tanpa harus disuruh pasti sudah rajin mencari buku-buku untuk dibaca. Kalau dilihat dari tujuan kegiatan yang dilakukan (misalnya: belajar), motivasi intrinsik merupakan keinginan untuk mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa melakukan kegiatan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai dan keterampilan yang berguna bagi masa depannya, dan bukan karena tujuan yang lain. Oleh karena itu, motivasi intrinsik dapat pula dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai
(31)
dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya.
2. Motivasi ekstrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar menjelang ujian supaya mendapat nilai yang baik sehingga dipuji oleh teman-temannya sebagai anak yang pintar. Atau ada juga yang belajar karena takut dihukum oleh gurunya karena mendapat nilai yang jelek atau tidak bisa menjawab pertanyaan guru. Jadi, yang penting bukan karena ingin mengetahui sesuatu tetapi hadiah berupa pujian atau karena takut hukuman.
Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivai yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ini tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan kemungkinan komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Menurut Foresst (2008), pemberian motivasi di luar individu dilakukan oleh guru dengan ciri-ciri:
(32)
Bagaimana guru menunjukkan persetujuan kepada murid-murid?
Kalimat-kalimat apa yang guru-guru gunakan dalam pujian mereka?
Jenis penghargaan apa yang guru berikan? Peringatan-peringatan apa yang guru berikan? Hukuman apa yang diberikan kepada siswa?
Bagaimana guru membangkitkan kepedulian siswa?
Bagaimana guru menaikkan antusiasme dalam mengerjakan suatu tugas?
Bagaimana guru membangkitkan semangat kelas?
Bagaimana guru-guru melibatkan murid-murid yang tidak aktif dalam pekerjaan mereka?
Dengan cara-cara apa guru memberikan apresiasi pada pencapaian-pencapaian murid?
Sobry (2010) mengemukakan ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa:
Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
(33)
Hadiah.
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. Siangan atau kompetisi.
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. Pujian.
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
Hukuman.
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
(34)
Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.
Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Selain pemberian motivasi, guru juga dapat mengaktifkan siswa dalam belajar dengan membuat pelajaran itu menjadi menantang, merangsang daya cipta untuk menemukan serta mengesankan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan sehingga proses belajar yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal khususnya dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah yang banyak dipengaruhi oleh komponen belajar mengajar, misalnya siswa, guru, sarana dan prasarana belajar. Menurut Uzer Usman, dkk (1993:88, dalam Wahyu, 2010), prinsip-prinsip untuk mengaktifkan siswa adalah sebagai berikut:
Prinsip motivasi.
Ada dua jenis motivasi yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri anak (intrinsik), motivasi ini dapat dilakukan dengan cara menggairahkan perasaan ingin tahu anak, keinginan untuk mencoba dan hasrat untuk sukses. Dan motivasi ekstrinsik dapat dilakukan dengan cara memberi
(35)
ganjaran, hukuman, atau penugasan untuk berbagai perbaikan.
Prinsip latar atau konteks.
Guru perlu mengetahui tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perasaan serta pengalaman yang dimiliki para siswanya. Perolehan ini perlu dihubungkan dengan pelajaran baru yang hendak diajarkan guru kepada siswa. Apa yang telah diketahui anak akan lebih menarik minat anak apabila dikaitkan dengan pelajaran baru, akibatnya siswa akan lebih mudah menangkap dan cepat memahami bahan pelajaran.
Prinsip fokus.
Hendaknya dalam pembelajaran difokuskan pada satu arah atau pola tertentu. Tanpa suatu pola pelajaran akan terpecah-pecah dan para siswa akan sulit memusatkan perhatian. Titik pusat itu akan tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan.
Prinsip sosialisasi.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar para siswa perlu dilatih untuk bekerja sama dengan rekan-rekan sebayanya. Dengan prinsip ni para siswa akan dapat
(36)
membedakan hubungan dengan guru, dengan sesama temannya, dan hubungan dengan sesama masyarakat. Prinsip ini sangat penting dalam rangka pembentukan kepribadian anak.
Prinsip individualis.
Setiap siswa pada hakikatnya memiliki perbedaan tersendiri baik dalam hal bakat, minat, kecerdasan, sikap, maupun kebiasaan. Maka hendaklah guru tidak memperlakukan siswa seolah-olah sama.
Prinsip menemukan.
Guru sebenarnya tidak perlu menjelaskan seluruh informasi kepada anak. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencari dan menemukan informasi tersebut. Informasi yang disampaikan guru hendaknya ang bersifat mendasar dan memancing siswa untuk mengail informasi selanjutnya, sehingga suasana kelas tidak membosankan bahkan sebaliknya akan menjadi bergairah.
Prinsip pemecahan masalah.
Sebagai motivator guru senantiasa mendorong para siswanya untuk melihat masalah, merumuskan, dan berupaya memecahkan sesuai dengan taraf kemampuannya. Bila terjadi hal-hal tentang perbedaan pendapat dan penemuan mereka belum sesuai dengan
(37)
tujuan yang diharapkan, maka guru hendaknya melengkapinya dengan tetap menghargai pendapat mereka.
C. Pengetahuan Guru tentang Kesulitan Belajar Siswa
Kesulitan belajar siswa adalah keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya (dalam Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:74). Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencari kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Menurut Hitsuke (2009), dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakteristik siswa yang beraneka ragam. Aktivitas belajar di kelas bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain beberapa siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Dalam hal dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty). Kesulitan belajar juga dapat diartikan sebagai hambatan yang dihadapi oleh siswa dalam
(38)
proses belajar sehingga mereka memperoleh prestasi belajar di bawah rata-rata (Uzer dan Setiawati, 1992:99).
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan muncunya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering bolos sekolah. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam yaitu faktor internal siswa dan faktor eksternal siswa.
1. Faktor internal siswa
Faktor internal siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:
a) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa. b) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti
labilnya emosi dan sikap.
c) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).
(39)
2. Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam, yakni:
a) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (per group) yang nakal.
c) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Guru yang telah mengajarkan materi tertentu dalam jangka waktu lama, maka guru akan tahu materi atau konsep yang dianggap sulit bagi siswanya. Guru yang mengetahui kesulitan siswa akan melakukan penekanan pada materi yang sulit tersebut, mengulang-ulang hal sulit, dan mengingatkan.
D. Pengetahuan Guru tentang Miskonsepsi Siswa
Suparno (2005:4) menjelaskan bahwa miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam
(40)
bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif.
Secara lebih rinci, Fowler (1987, dalam Suparno, 2005:5) memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Menurut Suparno (2005), beberapa faktor penyebab miskonsepsi siswa antara lain adalah dari siswa itu sendiri, dari guru, buku/teks, konteks, dan cara mengajar.
Tabel 2.1 Sebab-sebab miskonsepsi siswa
Sebab utama Sebab khusus
Siswa Prakonsepsi
Pemikiran asosiatif
Pemikiran humanistik
Reasoning yang tidak lengkap/salah Intuisi yang salah
Tahap perkembangan kognitif siswa
Kemampuan siswa
Minat belajar siswa
Guru/Pengajar Tidak menguasai bahan, tidak kompeten
Bukan lulusan dari bidang ilmu terkait
Tidak membiarkan siswa
mengungkapkan gagasan/ide
Relasi guru-siswa tidak baik
Buku teks Penjelasan keliru
Salah tulis, terutama dalam rumus
Tingkat kesulitan penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa
Siswa tidak tahu membaca buku teks
Buku fiksi sains kadang-kadang konsepnya menyimpang demi menarik pembaca
(41)
Konteks Pengalaman siswa
Bahasa sehari-hari berbeda
Teman diskusi yang salah
Keyakinan dan agama
Penjelasan orangtua/orang lain yang keliru
Konteks hidup siswa (TV, radio, film yang keliru)
Perasaan senang/tidak senang; bebas atau tertekan
Cara mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis
Langsung ke dalam bentuk fisika
Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa
Tidak mengoreksi PR yang salah
Model analogi
Model praktikum
Model diskusi
Model demonstrasi yang sempit
Non-miltiple Intelligences
Guru harus memperhatikan miskonsepsi yang terjadi pada siswanya sebelum memulai pembelajaran agar tidak mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep yang benar. Secara garis besar langkah yang digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi adalah:
Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa.
Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut. Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi.
Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, pengetahuan guru tentang siswa adalah pengetahuan guru yang didapat lewat pengalaman dan pelatihan. Pengetahuan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru ketika mengajar di kelas. Hal ini supaya proses
(42)
belajar mengajar yang dilakukan menjadi bermakna dan memperoleh hasil yang optimal. Pengetahuan guru tentang siswa tersebut dapat terlihat interaksi guru dengan siswa saat pembelajaran yang meliputi pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa, pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa, dan kesulitan belajar yang dialami siswa, serta miskonsepsi yang dialami oleh siswa.
(43)
25 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang menekankan pada keadaan yang seadanya dan berusaha mengungkapkan fenomena-fenomena yang ada dalam keadaan tersebut. Peneliti tidak membuat manipulasi apapun, hanya mengamati, mencatat, dan merekam apa yang terjadi (Suparno, 2007).
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah seorang guru fisika kelas XI di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah menengah atas yaitu SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 hingga Agustus 2012.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian ini akan mengungkap pengetahuan guru fisika khususnya terkait berbagai bentuk pengetahuan guru tentang siswanya dalam praktek pembelajaran fisika kelas XI IPA-2 dalam materi termodinamika di SMA
(44)
Pangudi Luhur Yogyakarta. Dalam penelitian ini, materi pokok bahasan ditentukan oleh guru sesuai dengan perencanaan dan alur pembelajaran yang sesungguhnya di kelas. Hal ini dilakukan agar hasil yang tampak dalam rekaman video merupakan pengetahuan dari guru dan tidak ada campur tangan dari peneliti. Instrumen pengumpulan data selain menggunakan‘hand -cam’peneliti juga menggunakan:
1. Instrumen observasi
Metode observasi atau pengamatan merupakan suatu aktivitas untuk pengumpulan data, dengan cara mengamati dan mencatat mengenai kondisi-kondisi, proses-proses, dan perilaku-perilaku subyek penelitian. Observasi dititikberatkan kepada setiap kejadian yang berhubungan dengan interaksi guru dengan siswa, keadaan siswa di kelas tersebut, cara guru mengajar di kelas tersebut, dan bertujuan untuk membiasakan siswa dengan adanya proses perekaman pembelajaran yang terjadi dalam kelas tersebut. Observasi difokuskan pada kejadian-kejadian yang berkaitan dengan cara guru memahami siswa dan mengetahui miskonsepsi yang dialami oleh siswa serta kesulitan belajar siswa. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang memberikan sebuah gambaran mengenai bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang para siswanya dalam aktivitas pembelajaran di kelas.
2. Instrumen wawancara dengan guru
Wawancara dengan guru digunakan untuk melengkapi dan memperkuat hasil rekaman video pembelajaran. Bentuk wawancara bebas pemimpin
(45)
yaitu peneliti bebas mengemukakan pertanyaan yang mendukung untuk penelitian kepada guru yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Wawancara dengan guru dilakukan di luar kelas menggunakan handycam.
Pertanyaan wawancara didasari hasil rekaman video pembelajaran, dimana ada bagian dari video pembelajaran (klip) yang digunakan dalam wawancara. Kisi-kisi wawancara dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 3.2 kisi-kisi pertanyaan wawancara
Kisi-kisi pertanyaan Tujuan
Berapa lama Bapak mengajar? Mengajar di kelas berapa saja?
Mengungkap latar belakang guru mengajar (lamanya mengajar dan kelas siswa yang diajar)
Bagaimana metode yang digunakan Bapak dalam mengajar? Atas dasar apa menggunakan metode tersebu?
Mengungkap alasan guru dalam memilih suatu metode di dalam pembelajaran
Mengapa Bapak meminta beberapa siswa untuk maju menjelaskan jawabannya sedangkan ada siswa lain yang tidak diminta untuk menjelaskan di depan kelas? Apa perbedaannya?
Mengungkap tujuan guru meminta siswa menjelaskan jawabannya di depan kelas
Bagaimana strategi Bapak dalam
memberikan pertanyaan
bimbingan/pancingan?
Mengungkap alasan guru memberikan pertanyaan bimbingan
Bagaimana cara Bapak mengetahui kesulitan/miskonsepsi pada diri siswa?
Mengungkap pengetahuan guru akan kesulitan/miskonsepsi siswa
Dalam pembelajaran Bapak sering melakukan pendekatan ke siswa, tujuannya apa?
Mengungkap pengetahuan guru akan pendekatan terhadap siswa
Dalam pembelajaran Bapak sering melakukan pendekatan, keliling, dan membimbing siswa, bagaimana dengan pengelolaan waktu?
Mengungkap pengetahuan guru akan pengelolaan waktu
Apakah dengan cara memberi soal Bapak dapat mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi atau konsep yang ingin dicapai?
Mengungkap pengetahuan guru akan pemahaman siswa
Bagaimana Bapak memilih soal yang dijadikan soal latihan?
Mengungkap alasan guru dalam memilih soal latihan
Mengapa Bapak menjelaskan lagi konsep, diulang dan diulang lagi? Apakah konsep tersebut benar-benar
Mengungkap pengetahuan guru dalam penekanan konsep
(46)
penting?
Dari pengalaman Bapak mengajar, apakah siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang selalu Bapak ulang ? Bagaimana Bapak tahu bahwa siswa mengalami kesulitan?
Mengungkap pengetahuan guru akan kesulitan yang dialami siswa
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi proses pembelajaran di kelas dengan perekaman video dan diperkuat dengan wawancara terhadap guru. Rekaman proses pembelajaran guru didahului dengan observasi sebanyak tiga kali pertemuan kemudian selanjutnya dilakukan pengambilan data (dengan menggunakan alat bantu handycam) sebanyak tiga kali pertemuan (satu pertemuan dua jam pelajaran dan satu jam pelajaran sama dengan empat puluh lima menit). Dalam penelitian ini, kelas yang diteliti adalah kelas XI IPA-2 sebanyak 30 siswa. Pembelajaran yang dilakukan hanya di dalam kelas saja dengan seorang guru lelaki dan siswa heterogen (putera dan puteri). Selain pengumpulan data observasi di dalam kelas, wawancara juga akan digunakan dalam pengumpulan data untuk memperkuat hasil observasi rekaman video pembelajaran mengenai berbagai bentuk pengetahuan guru tentang para siswa.
F. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data hasil transkipsi rekaman video pembelajaran di kelas dan hasil wawancara dengan guru. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan kategori bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang para siswa, sebagai berikut:
(47)
1. Kemampuan awal siswa 2. Motivasi dan keaktifan siswa 3. Miskonsepsi yang dialami siswa 4. Kesulitan belajar siswa:
Guru melakukan penekanan konsep atau pengulangan materi-materi penting atau dirasa sulit
Guru mengingatkan materi yang sudah dipelajari
Tahapan dalam proses analisa data meliputi:
1. Transkipsi data rekaman video dan rekaman wawancara
Proses transkripsi ini merupakan penyajian kembali bagian-bagian tertentu dari rekaman video yang sesuai dengan topik-topik data yang akan diteliti dalam hal ini tentang pengetahuan guru fisika mengenai siswanya dan pengaruhnya terhadap aktivitas pembelajaran yang akan diulas kedalam bentuk narasi.
2. Kategorisasi data
Proses membandingkan topik-topik data satu sama lain, sehingga menghasilkan suatu kategori-kategori data. Topik-topik data yang mempunyai kesamaan makna kemudian dikumpulkan dan ditentukan suatu gagasan abstrak yang mewakili. Gagasan abstrak tersebut yang disebut kategori data. Pengelompokan topik-topik data akan menghasilkan kategori-kategori data yang bersesuaian.
(48)
3. Penarikan kesimpulan
Berdasarkan proses analisis data yang dilakukan nantinya maka dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang akan diteliti, dalam hal ini bentuk-bentuk pengetahuan guru mengenai siswanya dalam aktivitas pembelajaran yang disimpulkan dari data wawancara. Selain itu, data wawancara juga digunakan untuk memperkuat dalam menyimpulkan bentuk-bentuk pengetahuan guru mengenai siswanya yang belum terekam dalam video pembelajaran.
(49)
31 BAB IV
DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. DATA
1. Pelaksanaan penelitian
Penelitian dilaksanakan di satu sekolah menengah atas swasta di Yogyakarta yaitu SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Sekolah ini merupakan sekolah yang heterogen dengan mengambil sampel yang berjumlah 31 siswa. Penelitian dilakukan di kelas XI IPA-2 dengan materi Termodinamika.
Subjek dari penelitian ini adalah guru fisika dan objeknya adalah pengetahuan guru tentang siswanya dan pengaruhnya terhadap aktivitas pembelajaran serta alasan guru yang diduga mendasarinya. Penelitian ini hanya dilakukan di satu sekolah dengan satu guru dengan harapan penelitian ini fokus dalam mengetahui tentang bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya.
Sebelum melakukan penelitian, pada tanggal 5, 7, dan 10 Mei 2012 peneliti melakukan observasi di sekolah tersebut tanpa handycam dengan tujuan untuk melihat situasi kelas dan proses pembelajaran yang berlangsung serta untuk membiasakan siswa dengan keberadaan peneliti di kelas. Selama observasi peneliti mengatur sudut-sudut yang tepat untuk mengambil data dengan handycam.
(50)
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 14, 19, dan 21 Mei 2012. Penelitian tersebut dilakukan di dalam kelas yaitu kelas XI IPA-2. Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan peneliti sebagai pengamat sekaligus memfoto (dengan alat bantu kamera) beberapa peristiwa penting dan satu orang teman bertugas merekam proses pembelajaran (dengan alat bantu handycam). Pengamatan yang dilakukan peneliti bertujuan untuk berjaga-jaga jika ada suatu peristiwa dalam proses pembelajaran tidak teramati oleh handycam.
Setelah pengambilan data di kelas, peneliti kemudian memutar kembali video rekaman secara berulang-ulang untuk mendiskripsikan dan menemukan bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya serta mentranskip rekaman video tersebut. Bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya diidentifikasi melalui tindakan guru selama proses pembelajaran. Setelah peneliti menemukan bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya, peneliti melakukan wawancara dengan guru untuk memperoleh informasi tentang alasan dari tindakan guru. Proses wawancara juga direkam dengan handycam sehingga peneliti dapat mencatat hasil wawancara dengan lengkap. Wawancara dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 3 Mei, 16 Juli dan 13 Agustus 2012.
2. Hasil penelitian
Berdasarkan pengamatan selama pengambilan data dari video rekaman proses pembelajaran yang dilakukan di kelas dan wawancara,
(51)
bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya telah terungkap. Hasil penelitian akan dipaparkan sebagai berikut:
a. Data penelitian
Pengambilan data dilakukan dengan observasi (peneliti mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung) dan perekam kegiatan pembelajaran dengan handycam. Dari data yang diperoleh, ternyata sebagian besar dari apa yang teramati dan dicatat oleh peneliti telah terekam juga oleh handycam.
Data rekaman video proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru diperoleh dari tiga kali pertemuan, pertemuan I terdiri dari 2 JP, pertemuan II terdiri dari 1 JP, dan pertemuan III terdiri dari 2 JP dilakukan di kelas. Pertemuan tersebut yaitu:
1. Pertemuan I (14 Mei 2012), membahas tentang proses-proses termodinamika.
2. Pertemuan II (19 Mei 2012), membahas usaha termodinamika dan mengerjakan soal-soal latihan.
3. Pertemuan III (21 Mei 2012), membahas latihan soal.
Guru yang dijadikan subjek dalam penelitian ini merupakan guru yang sangat berpengalaman karena sudah mengajar dalam waktu yang cukup lama yaitu 20 tahun. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 3 Mei 2012, diperoleh informasi bahwa guru (subjek penelitian) adalah seorang guru fisika lelaki yang mengajar kelas heterogen. Latar belakang guru sebelum mengajar
(52)
fisika, guru menempuh pendidikan calon guru di sebuah universitas swasta terkemuka di Yogyakarta pada fakultas keguruan program sarjana S1 pendidikan fisika. Sebelum lulus dari pendidikan guru, beliau sudah menjadi tentor di salah satu lembaga bimbingan belajar yaitu Neutron selama 1 tahun, dan beliau juga ditawarkan oleh kepala sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta mengajar di sekolah tersebut. Beliau diminta (ditawarkan) mengajar karena pada saat itu guru fisika di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta hanya satu guru, kebetulan guru fisika satu-satunya di sekolah tersebut akan segera menyelesaikan pengurusan berkas-berkas dari sekolah tersebut karena telah lolos dalam ujian seleksi PNS (pegawai negeri sipil). Dan akhirnya guru menetap mengajar hanya di satu sekolah selama 20 tahun dengan kondisi siswa yang heterogen. Guru mengajar semua kelas dari kelas 1 sampai kelas 3.
b. Transkipsi
Pembuatan transkipsi dilakukan sendiri oleh peneliti dengan mengamati rekaman video pembelajaran dan rekaman wawancara dengan guru yang bersangkutan. Peneliti mengamati apa yang tampak di rekaman video (aktivitas guru dan tutur kata) yang memuat bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya yang disalin dalam bentuk tulisan. Proses tersebut dilakukan dengan memutar dan mendengar video secara berulang-ulang
(53)
sampai peneliti yakin bahwa data-data yang diperlukan telah ditranskip semua. Transkipsi data video proses pembelajaran guru dapat dilihat pada lampiran 3, transkip data wawancara guru dapat dilihat pada lampiran 4.
B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Data dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Pada bagian ini akan dibahas bentuk-bentuk pengetahuan guru fisika tentang siswanya, yang akan tampak pada deskripsi hasil observasi rekaman video pembelajaran. Peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya dibuat dalam topik data, kemudian topik-topik data yang memiliki kesamaan makna dikelompokkan dalam satu kategori. Setelah itu, dilakukan pembahasan pada tiap kategori data dari peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya. Pembahasan didasarkan pada hasil wawancara dengan guru yang bersangkutan dan teori yang ada, serta pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti. Hasil wawancara digunakan untuk mengungkap pengetahuan-pengetahuan guru yang mendasari tindakannya sebagai pengetahuan guru tentang siswanya.
1. Topik data
Dari transkipsi data, kemudian dibuat topik data yaitu deskripsi ringkas mengenai bagian data yang mengandung pengetahuan guru yang meliputi bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya. Tiap
(54)
topik data diberi kode (koding) yang berupa suatu kata yang menunjukkan isi dari topik tertentu. Topik data dari video proses pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 5.
2. Kategori data
Dari topik data yang memiliki kesamaan makna dikelompokkan dalam satu kategori data. Kategori data merupakan gagasan abstrak yang mewakili makna yang sama dalam sekelompok topik data. Kategori data dibuat sendiri oleh peneliti dengan membandingkan topik-topik data satu dengan data yang lain. Pembuatan kategori data disesuaikan dengan teori dan data yang diperoleh, seperti di bawah ini:
a. Kemampuan awal siswa b. Motivasi dan keaktifan siswa c. Miskonsepsi siswa
d. Kesulitan belajar siswa:
Guru melakukan penekanan konsep atau pengulangan materi-materi yang penting atau dirasa sulit
Guru mengingatkan materi yang sudah dipelajari. 3. Analisis
Bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswanya yang teramati dalam pembelajaran, peneliti melihat guru memiliki pengetahuan tersendiri yang mendasari setiap tindakannya. Peneliti melihat adanya bentuk-bentuk pengetahuan guru tentang siswa. Apa yang mendasari tindakan guru dalam penelitian ini ditelusuri melalui wawancara dengan
(55)
guru yang bersangkutan. Dalam memberikan pertanyaan wawancara peneliti berusaha untuk tidak mengarahkan jawaban guru pada jawaban yang diinginkan oleh peneliti, sehingga alasan yang diberikan guru pada setiap tindakannya murni dari pengetahuan guru. Karena keterbatasan peneliti dalam wawancara dimana peneliti kurang bisa mengembangkan pertanyaan dan menggali jawaban dari guru, sehingga tidak semua tindakan yang dilakukan guru berhasil dicari tahu alasannya. Pertanyaan wawancara dapat dilihat pada lampiran 4.
4. Pembahasan
Pengetahuan yang dimiliki guru dalam penelitian ini adalah pengetahuan guru tentang siswa. Pengetahuan guru tentang siswa dapat diketahui dengan mengamati perilaku dan tindakan guru pada saat mengajar di kelas. Peneliti membatasi pengungkapan pengetahuan guru mengenai pengetahuan siswa. Pengetahuan guru tentang siswa yang akan dibahas dalam penelitian ini dibatasi oleh peneliti yaitu pengetahuan guru yang terdiri dari: (1) pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa, (2) pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa, (3) pengetahuan guru tentang miskonsepsi yang dialami siswa, dan (4) pengetahuan guru tentang kesulitan belajar siswa.
A. Pengetahuan Guru tentang Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa merupakan kemampuan yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran yang akan
(56)
disampaikan oleh guru. Kemampuan awal siswa penting diketahui guru sebelum memulai pembelajarannya. Pengetahuan guru mengenai kemampuan awal dapat terlihat dari penyajian permasalahan yang dihadapkan oleh siswa.
Dalam pembelajaran tanggal 14 Mei 2012 (rekaman video menit ke 11.12), guru menggali kemampuan awal siswa tentang defenisi Q dan W sebelum memasuki materi proses termodinamika. Peneliti menduga dari tindakan guru menggali kemampuan awal yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari hal baru adalah sebagai pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa. Peneliti melihat kemampuan awal yang guru gali seperti defenisi panas Q dan usaha W, proses-proses termodinamika, dan persamaan PV = nRT = nKT adalah kemampuan awal yang harus siswa miliki sebelum memasuki materi baru.
Dari hasil pengamatan peneliti tampak bahwa guru mempunyai pengetahuan tentang kemampuan awal siswa. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan guru melalui transkip wawancara seperti berikut ini:
P: apa tujuan Bapak dengan bertanya kepada siswa apa itu definisi Q dan W sebelum memasuki materi?
G: kalo Q kan Q sudah pernah diajarkan dikelas satu Q=mc∆T yaitu panas, kalo W itu kan mengingat kembali di sebelum ini kan Teori Kinetik Gas usaha gitu lho
P: berarti untuk mengingatkan apa yang sudah pernah dipelajari gitu ya pak?
G: ya ho oh..
P: disini kan kelihatan Bapak itu mengajak siswa seperti untuk mengingat proses termodinamika, apakah ada motivasi lain kenapa Bapak memberikan pertanyaan pancingan kepada siswa seperti itu?
(57)
G: ya ini kan waktu bahas sebelum ini kan ada Teori Kinetik Gas, itu kan ada bagian namanya isobar ada isovolum ada isotermik dan sebagainya kan mengingat lagi nek isovolum itu apa lalu mengingat lagi lagi
Guru menyatakan bahwa guru tahu siswa telah mempelajari usaha W dengan mengatakan “kemarin di.. usaha ki opo?” yaitu mengenai
rumus W = F.s.
Pernyataan guru “kemarin di.. usaha ki opo?” menyatakan bahwa usaha W pernah dipelajari siswa, hal itu menunjukkan kemampuan siswa mengenai usaha W tersebut. Guru juga memberikan pernyataan sederhana yang disampaikan kepada siswa menunjukkan bahwa sebelumnya hal-hal tersebut telah dipelajari sebelumnya atau guru terlihat menunjukkan pengetahuan guru mengenai kemampuan awal siswa.
Kutipan pernyataan yang disampaikan guru:
G: ayo tulis..”termodinamika adalah ilmu yang mempelajari hukum-hukum dasar yang dipatuhi oleh (Q) dan usaha (W). Pada suatu sistim yang mengalami proses termodinamika. Yang termasuk proses termodinamika...” yang kemarin sudah bukan? (video, 14 Mei 2012)
G: ”isovolume. Kalo prosesnya dari isovolum dulu baru ke isobar. Kalo langsung prosesnya dari I langsung ke F. Nah kita cari satu per satu. Saya akan memberi contoh satu proses dulu untuk proses IAF, nanti IF dan IBF kamu yang nyari..semuanya dengarkan..ditanyakan WIAF brapa? ∆UIAF brapa? kemudian QIAFbrapa? yang pertama dulu W, bagaimana proses mencari W? yang kemaren sama seperti ini apa? WIAF= luas IAF, dong ra?” (video,19 Mei 2012)
G: ”nanti ketika anda mencari WIF bagaimana mencari WIBFjuga akan tahu, sekarang yang berikutnya∆U. Kemaren waktu kita bahas PV = nRT = nKT, kemaren sama dengan? brapa? PV = nRT = NKT = 2/3 NEKatau = 2/3 N.., NEKitu apa?”(video, 19
(58)
G: ’nah s’karang kita lanjutkan yang kemarin A. Proses–proses gas, ada apa?” (video, 19 Mei 2012)
Pernyataan guru “yang kemaren sudah, yang kemaren sama seperti, kemaren sudah kita bahas, yang kemarin ada apa” menunjukkan bahwa hal-hal yang disampaikan guru tersebut pernah dipelajari sebelumnya. Pernyataan tersebut dapat mengungkap kemampuan awal siswa karena guru tahu siswa telah mempelajarinya.
Dengan demikian, guru mengetahui kemampuan awal siswa terlihat dari hasil pengamatan peneliti dan wawancara. Guru mengetahui bahwa siswa memiliki pemahaman awal. Hal tersebut terlihat dari pembelajaran yang berlangsung dengan baik, ketika guru bertanya tentang materi yang sudah pernah dipelajari sebelumnya siswa dapat menjawab pertanyaan guru dan mengikuti pembelajaran.
B. Pengetahuan Guru tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa
Dari hasil pengamatan peneliti dan hasil wawancara, pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa dalam penelitian ini terungkap. Pengetahuan tersebut adalah guru mengetahui siswanya mempunyai motivasi dan keaktifan yang rendah dalam mempelajari fisika.
Menurut guru dalam wawancara: “anak sekarang kesadaran diri untuk belajar serius itu kurang kebanyakan seneng main lari sana sini, nek belajar kui yo ogah-ogahan mesti meneng ae pas guru ngajar di depan”.Pernyataan tersebut sama dengan hasil pengamatan peneliti.
(59)
Dari pengamatan peneliti, selama pembelajaran siswa terlihat tidak terlalu aktif dalam mengikuti pembelajaran, tidak ada siswa yang mengerjakan soal secara suka rela untuk maju ke depan kelas, siswa akan maju jika guru yang meminta atau menunjuk secara langsung. Hal lain yang menunjukkan siswa mempunyai motivasi rendah adalah hanya ada satu siswa saja yang bertanya secara langsung kepada guru selama pembelajaran dan siswa terlihat sibuk mencatat apa yang guru bicarakan dan guru tulis di papan tulis.
Guru berusaha menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa dengan memberi lelucon, melakukan tanya-jawab dengan siswa, dan memberi latihan soal.
Dalam pembelajaran tanggal Mei 2012 (rekaman video menit ke ), menunjukkan metode tanya-jawab yang guru terapkan untuk mengaktifkan siswanya. Selama pembelajaran, metode yang guru terapkan terlihat efektif karena kelas menjadi lebih hidup dan aktif. Tidak hanya itu, guru juga menambahkan alasan kenapa guru menjelaskan dengan cara melakukan tanya-jawab kepada siswa yaitu untuk menghemat waktu.
Kemudian guru memberikan lelucon untuk memotivasi siswanya. Pada saat siswa mengerjakan soal, guru memberikan lelucon “nanti malam belajar besok ulangan..” (video pembelajaran tanggal 19 Mei menit ke 28.29) pemberian lelucon yang guru berikan adalah sebagai
(60)
guyonan karena besok yang dimaksud yaitu hari minggu (dalam hal ini guru bercanda). Guru memberi lelucon dengan tujuan supaya kelas tidak tegang dan untuk memecahkan suasana yang ada.
Pemberian motivasi berupa membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok terungkap dalam penelitian ini. Guru membantu kesulitan belajar siswa secara individual dengan menjawab pertanyaan siswa dan guru tidak langsung membantu siswa namun guru memberi pertanyaan-pertanyaan yang mengarah sehingga siswa secara tidak langsung siswa sendirilah yang berpikir.
Dalam proses pembelajaran tanggal 21 Mei (rekaman video menit ke 49.75), guru membantu siswa untuk memahami konsep mesin carnot. Guru membantu siswa memahami mesin carnot dengan menggambar tampungan air. Guru membantu siswa dalam memahami mesin carnot dengan cara guru menggambar tampungan air dengan tujuan untuk memancing atau menggali pemahaman siswa. Guru memotivasi siswa dengan cara menggambar tampungan air.
Guru dalam membantu kesulitan belajar siswa secara individual dengan mendekati siswa kemudian guru mengoreksi jawaban siswa dan tidak langsung membantu siswa namun guru membimbing siswa dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang mengarah, sehingga siswa secara tidak langsung siswa sendirilah yang berpikir. Tujuan guru melakukan pendekatan secara individual adalah agar siswa merasa terdorong dalam mengerjakan soal, siswa merasa nyaman, dan juga merasa dihargai kalau
(61)
salah tidak didengar oleh siswa lain. Dengan membantu kesulitan yang dihadapi siswa baik secara individual maupun kelompok, siswa menjadi terdorong untuk belajar lebih giat karena merasa apa yang menjadi kesulitannya terbantu oleh guru.
Dalam pembelajaran tanggal 21 Mei 2012 (rekaman video menit ke 63.67), terlihat guru memotivasi siswa dengan memberi guyonan untuk membuat suasana, kemudian guru mencoba menggali pemikiran siswa dengan cara tanya-jawab kepada siswa. Dari data analisis guru mencoba menggali pemikiran siswa dengan cara melakukan tanya-jawab kepada siswa. Pada saat memberikan penjelasan guru berusaha menyisipkan guyonan kepada siswa dengan tujuan untuk mencairkan suasana supaya siswa tidak mengantuk dan bosan, siswa termotivasi untuk belajar dan tidak jenuh.
Dalam pembelajaran tanggal 14 Mei 2012 (rekaman video menit 23.63), guru meminta seorang siswa membacakan materi pengantar proses isotermal pada buku acuan. Banyak hal menunjukkan dalam pembelajaran guru menggunakan metode meminta siswa membacakan materi pengantar untuk mengaktifkan siswa. Selama pembelajaran terlihat metode yang guru gunakan efektif dalam mengaktifkan siswa.
Selain itu, dalam pembelajaran tanggal 14 Mei 2012 (rekaman video menit 45.01), guru meminta siswa1 membacakan pengertian proses adiabatik, kemudian guru memberikan penjelasan dengan cara melakukan tanya-jawab kepada siswa. Dari data analisis tampak bahwa
(62)
guru berusaha mengaktifkan siswa dengan cara melakukan tanya-jawab kepada siswa setelah guru meminta seorang siswa membacakan pengertian proses adiabatik. Tidak hanya itu, menurut guru pada saat siswa diminta membacakan pengertian proses adiabatik itu akan membantu pemahaman siswa sekaligus (semua siswa).
Selanjutnya, guru mengaktifkan siswa dengan cara guru berkeliling kelas melihat pekerjaan siswa lalu guru meminta dua orang siswa maju mengerjakan soal post test di papan tulis“udah denger dulu.. kita kerjain bersama, kamu maju sama kamu (nunjuk 2 siswa maju ke depan) kerjakan di depan!”(video pembelajaran tanggal 21 Mei menit ke 35.32). Guru meminta dua orang siswa maju ke depan mengerjakan bersama di papan tulis karena siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan persoalan yang ada.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengetahuan guru tentang motivasi dan keaktifan siswa terungkap. Guru mengetahui dan menyadari siswanya mempunyai motivasi dan keaktifan yang rendah dalam mempelajari fisika. Metode yang guru gunakan dalam mengatasi hal tersebut yaitu guru berusaha menumbuhkan motivasi siswa dengan memberikan lelucon, mengoreksi jawaban siswa, dan membantu kesuliatan siswa. Guru berusaha mengaktifkan siswa dengan memberikan soal latihan, meminta siswa membacakan materi pada buku, dan melakukan tanya-jawab dengan siswa.
(63)
C. Pengetahuan Guru tentang Miskonsepsi Siswa
Pada miskonsepsi ini guru tidak secara langsung terlihat mengetahui miskonsepsi siswa namun guru mengetahui adanya miskonsepsi saat membahas soal. Hal tersebut ditekankan pada tindakan guru yang menjelaskan kembali dan dalam wawancara guru juga menyatakan bahwa siswa dapat belajar dari kesalahan sehingga siswa menjadi ingat dan tahu maksudnya.
Dalam pembahasan soal guru menemukan adanya kesalahan pemahaman tentang proses isotermal. Guru menunjukkan kesalahan siswa dengan menjelaskan dengan gambar grafik dan mengingat yang telah dipelajari sebelumnya sehingga siswa benar-benar tahu kesalahannya. Miskonsepsi yang terjadi terungkap pada kutipan data di bawah ini:
Gambar 4. Guru mengoreksi pekerjaan siswa
G: mana ada isotermal?
S1: yang IF itu pak?
G: ini bukan isotermal..dari I sampai F ? nah isotermal kan gini melengkung, IF itu bukan isotermal bukan..nah isotermal P nya kan ada dua turun ke bawah ini..kalo isotermal itu gambarnya parabola kaya parabola gini (menggambar grafik isotermal)
(64)
Gambar 4. Guru menggambar grafik isotermal
S1: berarti yang itu bukan isotermal ya
G: lha iyow..jadi isotermal. Kalo ini bukan isotermal.
Dari kutipan transkip di atas tampak bahwa guru mendekati dan melihat pekerjaan seorang siswa, guru menemukan bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada grafik isotermal kemudian guru memberikan koreksi terhadap perkerjaan siswa untuk meluruskan kesalahan konsep yang dialami oleh siswa. Terkadang guru menjelaskan dijadikan satu kelas menjelaskan ke semua anak bukan personal supaya anak tidak mengalami kekeliruan yang sama, seperti terungkap pada transkip wawancara di bawah ini:
P: ini disini pak kan terlihat siswa ada kekeliuran yang dialaminya pada saat Bapak berkeliling ee melihat pekerjaan siswa tersebut Bapak kan terlihat
memberikan koreksi dan berkata “mana ada isotermal”, mungkin di
catatan siswa itu kan dia menulis isotermal gitu kan pak, kira-kira Bapak tahu ndak kenapa siswa tersebut bisa keliru salah konsep seperti itu pak?
G: nah disitu kan grafike lurus jadi itu bukan isotermal, nek isotermal kui kan gambare parabola, maka saya memberikan koreksi terhadap siswa tersebut untuk meluruskan kesalahan konsep yang dia buat sendiri begitu..
P: apakah hal mengoreksi pekerjaan siswa selalu Bapaka lakukan?
G: ya ha ah selalu nanti kan saya jadikan satu kelas gitu lho menjelaskan ke semua anak bukan personal supaya mereka tidak mengalami kekeliruan yang sama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengetahuan guru tentang miskonsepsi yang terjadi pada siswa terungkap. Miskonsepsi siswa melalui
(65)
proses pembelajaran sebagai contoh di grafik isotermal. Kemudian guru memberikan koreksi terhadap perkerjaan siswa dan menggambarkan grafik isotermal untuk meluruskan kesalahan konsep yang dialami oleh siswa.
D. Pengetahuan Guru tentang Kesulitan Belajar Siswa
Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil wawancara, guru memiliki pengetahuan mengenai kesulitan yang dialami siswa dalam menguasai materi. Guru mampu menunjukkan pengetahuannya mengenai kesulitan dalam memahami materi dengan berbagai bentuk tindakan, sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Berbagai macam tindakan yang dilakukan guru yang menunjukkan pengetahuannya mengenai kesulitan belajar siswa seperti yang dilakukan guru yang terekam dalam video pembelajaran.
Guru menjelaskan ulang diferensial integral, menunjukkan dengan gambar maupun grafik, pemberian analogi, memberi kesempatan siswa bertanya, mengingatkan soal yang sering muncul di UN, memberi penekanan konsep penting, mengingatkan konsep, memberi penekanan asal rumus, dan memberi kebebasan pada siswa untuk berkreasi.
Dalam pembelajaran tanggal 14 Mei 2012 (rekaman video menit ke 32.83), menunjukkan bahwa guru mengetahui kesulitan dan kebingungan yang dialami siswa dalam memahami integral, kemudian guru menjelaskan ulang mengenai integral.
(66)
Dari pengalaman selama mengajar dan dari data analisis, guru mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa mengenai diferensial integral lalu guru memberikan pengulangan penjelasan mengenai integral. Guru juga mengatakan bahwa pemahaman siswa akan terbantu jika siswa diarahkan untuk membaca di buku lalu diberikan penjelasan supaya tidak bingung, hal itu terungkap dalam wawancara:
P: nah disini pak dalam video pembelajaran ini kan terlihat Bapak menjelaskan diferensial integral trus kan siswanya tampak kebingungan gitu ya?
G: ya ya betul nah makanya tadi kan suruh m’baca dijelaskan turunan integral yo bingung to,
P: apakah dari pengalaman Bapak selama mengajar siswa mengalami kesulitan yang sama?
G: ya ho oh
Dalam proses pembelajaran tanggal 14 Mei 2012 (rekaman video menit ke 39.26), terlihat guru mengingatkan kepada siswa bahwa pada waktu UN biasanya soal yang sering muncul adalah proses isobarik. Guru mengetahui bahwa kesulitan yang sering dialami siswa selama ini adalah mengkonversikan P ke atm dan V ke liter, bagaimana menyesuaikan dengan persoalan yang ada agar dapat menghitung dengan cepat dan tepat.
(67)
G: ”w = p.(v2-v1). Jadi ini luas nya luas grafik. Jadi gampang tho ini ? dan waktu UN biasanya yang muncul adalah proses isobarik, jadi menghitung dengan cepat harus dilihat ini P dibuat atm dan v dibuat apa ? v dibuat liter harus dirobah dulu. Atm itu bukan pascal, ini (v) bukan ?”
S1: “meter kubik”
G: ”meter kubik. Jadi disesuaikan dirobah dulu. Jadi di soal itu dibuat, grafik PV pada proses isobarik dibawah ini, berapakah usaha yang dilakukan dari a sampai b ? tapi karna di kelas dua anda sudah ingat tidak perlu diulang,
nanti pas UN gampang tho”.
Berdasarkan pengalaman selama mengajar guru mengetahui bahwa kesulitan yang sering dialami siswa adalah mengkonversikan P ke atm dan V ke liter, bagaimana menyesuaikan dengan persoalan yang ada agar dapat menghitung dengan cepat dan tepat, sehingga guru mengingatkan dan menekankan bahwa soal yang sering muncul di UN adalah mengenai proses isobarik supaya siswa tidak mengabaikan konsep penting seperti grafik PV pada proses isobarik, seperti terungkap pada kutipan transkip wawancara berikut ini:
P: disini Bapak mengingatkan ke siswa bahwa soal yang sering muncul di UN itu mengenai proses isobarik kan, itu karena pengalaman dari tahun ke tahun pak?
G: hu um iya ya
P: kenapa hal tersebut penting pak? Kenapa itu harus diingatkan gitu?
G: nanti kan ini di kelas tiga toh nantinya dia akan menemukan itu lagi ketika di UAN, maka saya tekankan bener-bener ngono lho tentang grafik PV itu
P: supaya siswa tidak mengabaikan pak ya
G: ya ho oh betul,,
Dari data analisis pada pembelajaran 14 Mei 2012 (rekaman video menit ke 64.07), pengetahuan guru tentang kesulitan belajar siswa terungkap saat guru mencoba membimbing siswa dalam menyelesaikan soal latihan dengan memberikan pertanyaan terbimbing.
(68)
Guru mengetahui kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal latihan terlihat dari cara guru memberikan pertanyaan termbimbing kepada siswa. Dikarenakan waktu yang terbatas dan mengejar waktu yang mepet sehingga mendorong guru untuk membimbing langsung dalam menyelesaikan persoalan tersebut, seperti tertuang pada kutipan transkip wawancara berikut:
P: nah disini Bapak membimbing siswa dalam menyelesaikan soal latihan, itu apakah Bapak memberikan pertanyaan seperti itu apakah Bapak sudah mengetahui bahwa siswa itu tidak mampu menyelesaikan soal tersebut gitu pak?
G: kan alasannya kan ini ben dipercepat waktunya ya ngejar waktu kan sangat mepet ya kemarin ya makanya contoh soal langsung saya kerjakan selalu saya kerjakan
Dalam pembelajaran tanggal 19 Mei 2012 (rekaman video menit ke 06.52) terlihat cara guru memberi penekanan konsep yang dianggap penting pada materi kekekalan energi. Guru melakukan penekanan konsep supaya siswa dapat mengingat dan memahami mengenai materi tersebut karena konsep tersebut sangat penting untuk pemahaman berikutnya, seperti terungkap pada kutipan transkip berikut ini:
G: ”perubahan pada ∆U dirumuskan tidak langsung dengan melihat hukum pertama termodinamika yang merupakan prinsip kekekalan energi. Jadi hukum ini dikenal dengan hukum kekekalan energi, yaitu energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tapi dapat dikonfersi jadi satu... Secara umum hukum ini dinyatakan bahwa jumlah kalor Q yang diserap oleh gas sama dengan usaha W yang dilakukan oleh gas dan pertambahan energi dalam ∆U. Jadi... tulis sek..”hukum ini dikenal dengan hukum kekekalan energi, jadi energi tidak dapat diciptakan tidak dapat dimusnahkan”. Bikin tanda petik tulis.. kita mengejar waktu biar cepat slese materinya tulis..“jumlah energi kalor (Q) yang diserap oleh gas sama dengan pertambahan energi dalam (∆U) dan usaha luar (W) yang dilakukan gas”. Jadi ini Q = apa ?”
S:”∆U”
(1)
(rekaman video menit ke 14.35)
Pengetahuan guru tentang kesulitan belajar siswa terungkap dalam memecahkan soal post
test.
G: iso ora? ora iso? ora iso.. S1: ora iso
G: ora iso..ora iso..iso ora? S1: gak pak
G: ora iso..iso ora? S2: raiso pak
G: ora iso..iso ora? piye? S3: hehe
G: ora iso..ora iso..
G: wes wes artinya...Liat bukunya yok S: oh iya
G: udah? gimana? coba didalami tinggal baca, kalo usaha isobar piye kalo usaha isotermik piye... 2,3 nRT. Piye? Ayo yang pojokan untuk yang isobarik gimana? tinggal mencari luasnya kan?
S: ya
G: saya sebut misalnya prosesnya ini apa? AB trus C, nah AB ini proses? S: isobarik
G: isobar. Ini luasnya. Kalo yang isobarik yang ini tadi apa? S: isotermal
G: apa? S: isotermal
G: ya. Lalu untuk mencari energi dalam tinggal disini sama sini awal akhir (AC).∆U nya sini sama sini, udah kerjakan!
S1:oohh..sama to G: yo sama S1 sama ya pak?
G: ho oh.. ini apa?∆U? oh..piye? S2: sek pak
(2)
S: ya
G: yang ini? W=2,3 nRT log VC/VB.Suhune piro? Suhu nya brapa? Suhunya berapa ini?
S1: tetap G: nRT? S1: tetap
G: ya tetap itu berapa? nah ini (n) ada 10 mol, R nya?
Penekanan asal rumus
(rekaman video menit ke 21.35)
Guru memberi penekanan asal rumus
“
Dari rumus ini lho PV = nRT., Jangan dilupakan
itu loh.. Menjadi W = 2,3 P
BV
Blog V
C/V
B”.
G: T nya? S1: 273
G: dari mana rumusnya? dari mana rumusnya? S1: dari buku pak
G: woo edaaann.. Nah ini tho PV =? S: nRT
G: ini (PV)=ini (nRT) to? S: iya pak
G: = 2,3, ganti opo iki (nRT)? S: PV
G: PV boleh gak? S: boleh
G:boleh. Dari rumus ini lho PV=nRT. Jangan dilupakan itu loh. Menjadi W=2,3 PBVBlog VC/VB.
Sudah..oke 2,3 PBne piro? 10, VBne?
S: 1
G: 1. Log 10/1. Berapa? S: 2,3
G: jelas 2,3 J. Lho kok ini pake PBVBkok gak pake PCVC?
S: salah
G: ah? ya namanya isotermis kan harusnya sama kan, sama gak? Kalo saya pake PCsama VCini
(3)
G: VCnya brapa? siji. PCnya brapa?
S: 10
G: sek iki sek iki belum bener iki, beda ora? PB= 10.105, VBnya?
S:1
G: 10-3, jadinya? S1: 2300
Menjelaskan pekerjaan siswa
(rekaman video menit ke 40.00)
Guru menjelaskan pekerjaan siswa di papan tulis untuk membantu kesulitan yang
dialami siswa.
G:wis udah dikerjain nih.. BIF selisih sejajar kali papat tambah satu lima kali nya satu, bener gak?
S1:bener
G:∆U titik F kurangi titik I, awal akhir-akhir awal.. yo awal akhir..∆U nya adalah akhir awal,, ketemunya?–600 J. Tanda negatif ini disebut apa?
S1:kurang
G:yo jelas..kalo ini Q nya positif.. tanda negatif nya ini artinya garis F membuang panas. Jadi dari sini pindah kesini ini membuang panas. Kosek yang kedua, WIBF berarti W isoterm
isokhorik tambah W iso? S:isobarik
G:isobarik.. yang isokorik nol, isobarik 200, ∆U nya –600, Q nya membuang panas –400, sekarang kita baca kemarin, apakah∆Q nya sama? apa?
S:beda
G:ya beda.. apakah∆U nya sama? S:sama
G:sama ya..∆U nya sama kenapa? proses nya kan awal akhir baik jalan nya langsung gini atau jalan nya muter-muter gini dulu sampai kesini, yang namanya ∆U awalnya mana akhirnya mana? tidak berubah. Misalnya ini, ini mau lewat sini mau lewat sini pokonya awal dan akhir ∆U. Sekarang untuk W apa W nya sama?
S:tidak
G:misalnya yang mana? IF? IBF? atau IAF? S:IAF
G:bisa? ya sekarang membuat luasan yang sebesar-besarnya.. kalo IAF kan yang ini,, membuat luasnya yang sebesar-besarnya. Nah dengan cara seperti ini, jadi mencari W yang besar inilah nanti kita masuk ke Carnot. Jadi membuat luasan yang seluas-luasnya supaya apa? supaya
(4)
menghasilkan usaha yang besar. Pertama, ini kemudian memuai tekanan tetap habis memuai diturunkan ke volume gas, ini menghasilkan usaha yang besar. Jadi, mesin itu prinsipnya mencari usaha yag besar.
G:hei sek bentar dong ora iki? woee dong ora? S:dooonngg
Memberikan penegasan
(rekaman video menit ke 41.04)
Guru memberikan penegasan terhadap tanda negatif.
G: tanda negatif ini disebut apa? S1: kurang
G: yo jelas..kalo ini Q nya positif.. tanda negatif nya ini artinya garis F membuang panas. Jadi dari sini pindah kesini ini membuang panas. Kosek yang kedua, WIBF berarti W isoterm
isokhorik tambah W iso? S: isobarik
(5)
vii
ABSTRAK
IDENTIFIKASI TINDAKAN GURU DALAM
PEMBELAJARAN YANG DIDASARKAN ATAS KONDISI SISWA
DI SMA A YOGYAKARTA
(Sebuah Studi Untuk Mendalami Salah Satu Aspek Kompetensi Dari
Kompetensi Pedagogik)
Triyanti Chris Febrina Saragih
Universitas Sanata Dharma
2013
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengetahuan guru tentang siswanya yang meliputi (1) bagaimana pengetahuan
guru tentang kemampuan awal siswa; (2) bagaimana pengetahuan guru tentang
motivasi dan keaktifan siswa; (3) bagaimana pengetahuan guru tentang
miskonsepsi siswa; dan (4) bagaimana pengetahuan guru tentang kesulitan belajar
siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA A Yogyakarta. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April-Oktober 2012. Subjek penelitian ini adalah guru
fisika dan objek penelitian ini adalah pengetahuan guru. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari
video rekaman proses pembelajaran dan wawancara guru.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) guru mengetahui konsep Q dan W,
merupakan kemampuan awal siswa yang diperlukan siswanya untuk mempelajarai
proses termodinamika dan guru mengetahui persamaan PV = nRT = nKT
merupakan kemampuan awal yang dikuasai siswanya dalam mempelajari
perubahan
∆U; (2) guru men
getahui dan menyadari motivasi dan keaktifan
siswanya yang rendah dalam mempelajari fisika; (3) guru mengetahui grafik
isotermal merupakan miskonsepsi yang terjadi pada siswanya; (4) guru
mengetahui kesulitan siswanya dalam memahami diferensial integral,
mengkonversikan P ke atm dan V ke liter pada proses isobarik, dan perubahan
∆U
pada kekekalan energi, serta konsep volume dan menyelesaikan soal latihan.
(6)