Perbedaan Kepuasan perkawinan berdasarkan pendapatan
memiliki tingkat kepuasan perkawinan yang rendah. Dalam penelitian ini, kecerdasan emosi memberi sumbangan terhadap kepuasan perkawinan sebesar
33. Setiap aspek kecerdasan emosi memiliki hubungan positif yang tergolong tinggi dengan kepuasan perkawinan. Aspek kecerdasan emosi yang
memiliki hubungan terkuat dengan kepuasan perkawinan adalah aspek mengatur emosi, diikuti oleh aspek mempersepsi emosi, aspek menggunakan
emosi, dan aspek memahami emosi. Fitness 2001 mengatakan bahwa pasangan yang lebih baik dalam
mempersepsi, akurat mengidentifikasi, mengatur, dan mengekspresikan emosi, semakin puas dan bahagia dalam hubungan mereka. Salah satu
kemampuan kecerdasan emosi yang baik adalah terbuka terhadap perasaan baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Hal ini baik
dimiliki oleh seseorang yang sudah menikah agar saling mengerti satu dengan lainnya sehingga merasa puas satu sama lain. Hubungan suami-istri yang
terjalin dengan baik dapat diasumsikan sebagai perkawinan yang bahagia dan individu yang terlibat merasakan kepuasan dalam kehidupan perkawinannnya,
khususnya istri yang pada umumnya memiliki naluri kasih sayang dan kelembutan Srisusanti Zulkaida, 2013.
Beberapa aspek dari kecerdasan emosi seperti memahami emosi orang lain, memiliki kemampuan untuk membantu orang lain meregulasi suasana
hati secara positif, dan mampu meregulasi dan memanfaatkan emosi diri
sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain dapat membantu individu membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan Schutte, Malouff,
Bobik, Coston, Greeson, Jedlicka, Rhodes Wendorf, 2001. Kemampuan dalam mengatur dan meregulasi emosi pada diri sendiri
membantu individu untuk lebih memahami dan menghargai perasaan pasangan dan anggota keluarga Lavaleukar, Kulkarni Jagtap, 2010.
Individu yang mampu meregulasi emosi diasumsikan dapat menyelesaikan konflik dengan suasana hati yang tenang. Regulasi emosi erat kaitannya
dengan kepuasan perkawinan yang mana dimediasi oleh komunikasi kontruktif Bloch, Haase, Levenson, 2014.
Shackelford dan Buss 2000 mengatakan bahwa prediktor yang paling konsisten memengaruhi kepuasan perkawinan adalah ketidakstabilan emosi.
Laki-laki atau perempuan yang menikah dengan orang yang memiliki kepribadian seperti stabilitas emosi yang rendah, kurang teliti dan kurang
terbuka sering mengeluh bahwa pasangannya memiliki sifat cemburu berlebih, posesif, dan egosentris.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terkait sebelumnya yang menunjukkan hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan
kepuasan dalam hubungan romantis. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa individu dengan kecerdasan emosi yang tinggi memiliki
relasi yang baik dengan pasangan dibandingkan dengan individu yang