6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI EMOSI
Emosi merupakan suatu proses dinamis yang mengkordinasi perilaku manusia dan menuntun proses interaksi interpersonal ke arah yang lebih baik
Campos, 1989; Lazarus, 1991. Selain itu, emosi juga merupakan pertanda yang dimiliki oleh individu setelah merespon stimulus atau suatu peristiwa,
yang dapat dilihat melalui ekspresi wajah serta perubahan fisiologis yang dialami oleh individu Guerrero, 1997; Johnston Krettenauer, 2011; Plutchik
Kellerman, 1980. Fredikson dan Barbara 2001 juga mengemukakan bahwa emosi merupakan pengalaman individu terhadap stimulus atau peristiwa
yang melibatkan proses kognitif, fisiologis, ekspresi wajah, serta pengalaman subjektif lainnya. Pengalaman tersebut dapat dialami individu baik secara sadar
maupun secara tidak sadar. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa emosi
merupakan pengalaman yang dialami individu sebagai respon dari stimulus atau peristiwa, yang melibatkan proses kognitif, fisiologis, serta pengalaman
subjektif individu lainnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. JENIS EMOSI
1. Emosi Dasar
1.1 Definisi Emosi Dasar
Warga 1983 dalam Personal Awarness, menyebutkan bahwa emosi dasar merupakan jenis emosi yang mempunyai batasan yang
sangat luas dan bersifat dinamis. Emosi dasar juga dapat digolongkan sebagai suatu kategori fenomena alami atau tidak dipelajari yang
mempunyai kemampuan untuk memotivasi dan meregulasi kognitif serta tindakan Izard, 2007. Emosi dasar tidak dipengaruhi oleh
perbedaan budaya seperti jenis emosi yang lain, sehingga emosi yang bukan termasuk emosi dasar akan berbeda setiap individu dan budaya
Ekman, 2003; Izard, 2007. Beberapa definisi diatas menggambarkan bahwa emosi dasar
merupakan jenis emosi yang dinamis dan tidak dipelajari, tetapi mampu
memotivasi dan meregulasi tindakan individu. 1.2
Karakteristik Emosi Dasar
Emosi dasar mempunyai karakteristik sebagai berikut: a.
Dapat dikenali melalui ekspresi wajah. Emosi dasar dapat secara umum dikenali melalui ekspresi
wajah, karena memiliki proses yang sederhana dengan melibatkan otot wajah yang bekerja secara involuntary Tangney, dkk., 2007;
Tracy Robins, 2007. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Terjadi secara otommatis.
Emosi dasar terjadi secara langsung atau otomatis karena hanya melibatkan otot yang bekerja secara involuntary, yaitu hanya
beberapa milidetik atau mungkin bersamaan ketika mengalami suatu kejadian, bahkan sebelum individu menyadari sepenuhnya
Ekman, 2003; Tangney dkk., 2007; Tracy Robins, 2007. c.
Melibatkan proses persepsi dan aktifitas fisik. Emosi dasar melibatkan aktivitas fisik dan kemampuan untuk
mengeskpresikan perilaku yang diperoleh dari adaptasi saat proses sistem neurobiologi Izard, 2007. Pengaktifan dan pemilihan emosi
dasar tergantung pada persepsi mengenai keadaan lingkungan sekitar Plutchik Kellerman, 1980; Warga, 1983.
1.3 Jenis Emosi Dasar
Warga 1983 dalam Personal Awareness: A Psychology of Adjustment membagi emosi dasar menjadi takut, cinta, marah, sedih,
dan senang. Jika berdasarkan ekspresi wajah, emosi dasar dapat dibedakan menjadi sedih, marah, takut dan terkejut, jijik, dan senang
Ekman, 2003. Sedangkan berdasarkan sifatnya, dapat dibedakan menjadi emosi dasar positif yang meliputi senang, cinta, tertarik dan
emosi dasar negatif yang meliputi sedih, marah, takut, jijik Fredickson, 2001; Izard, 2007; Teilegen, Kellerman
,
Watson Clark,1999.
Emosi dasar positif memfasilitasi eksplorasi dan pembelajaran, memperolah pengetahuan dan keahlian yang baru, sehingga membantu
dalam mengoptimalkan pencapaian kesehatan mental individu. Sedangkan emosi dasar negatif dapat mengurangi atau mengganggu
sosialisasi, perkembangan kognitif, dan pembelajaran sosial. Hal ini berkaitan dengan krikitan dari lingkungan sekitar terhadap individu
sebagai respon yang diberikan secara langsung terhadap ketepatan individu dalam mengintepretasikan lingkungan sekitarnya Fredickson,
2001; Izard, 2007.
2. Emosi Moral
2.1 Definisi Emosi Moral
Emosi moral merupakan emosi yang mempunyai keterkaitan dengan lingkungan sekitar yang memotivasi individu untuk melakukan
tindakan yang sesuai dengan moral dan menjauhi tindakan yang tidak sesuai dengan moral yang berlaku Haidt, 2003; Tangney, dkk., 2007.
Sedangkan Haidt 2003, menilai emosi moral sebagai emosi yang muncul sebagai respon terhadap segala tindakan yang berkaitan dengan
moralitas, demi kesejahteraan sosial secara keseluruhan maupun sebagian
Beberapa definisi di atas menggambarkan bahwa emosi moral merupakan emosi yang muncul sebagai respon terhadap tindakan yang
berkaitan dengan moralitas, demi kesejahteraan sosial dengan bertindak sesuai dengan standart moral yang berlaku.
2.2 Jenis Emosi Moral
Emosi moral dapat dibedakan menjadi emosi moral yang berorientasi pada diri sendiri yaitu self conscious emotion dan yang
berorientasi pada orang lain atau other focused moral emotion Batson, Klein, Highberger, Shaw, 1995; Haidt, 2003; Tangney, dkk., 2007.
2.2.1 Self Conscious Emotion
Self conscious emotions merupakan suatu rangkaian penilaian yang kompleks mengenai bagaimana suatu tindakan dievaluasi
oleh diri sendiri maupun oleh orang lain Beer, Heerey, Keltner, Knight, 2003; Tangney dkk., 2007 sehingga memiliki
keterikatan akan segala sesuatu yang berhubungan dengan kesejahteraan dalam masyarakat Haidt, 2003. Tidak hanya itu,
bentuk emosi ini mempunyai implikasi yang penting pada individu dalam mengambil keputusan, berperilaku, hingga
kesehatan fisik dan mental Tracy dkk., 2007. Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan
bahwa self conscious emotions merupakan emosi yang muncul karena adanya proses evaluasi diri dan representasi diri, sehingga
mempunyai implikasi penting pada individu dalam mengambil keputusan dan berperilaku.
a. Karakteristik Self Conscious Emotion
Self conscious emotions mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:
a Memerlukan proses evaluasi diri.
Tidak seperti emosi dasar, self conscious emotions harus melibatkan evaluasi diri Tracy Robins, 2007;
Tangney dkk., 2007. Proses evaluasi sendiri dapat terjadi jika proses kesadaran diri self awareness dan representasi
diri self representation telah dapat dilalui Le Doux, 1996.
Representasi diri sebenarnya merupakan gambaran individu sebagai makhluk sosial, karena menggambarkan
cara individu untuk berelasi dengan diri sendiri, keluarga, teman dekat, kelompok sosial, hingga dengan budaya
tertentu Tracy Robins, 2007. b
Muncul setelah emosi dasar. Pada usia delapan belas bulan hingga dua puluh empat
bulan, mulai muncul konsep self conscious emotions yaitu embarrassment Lewis, 2000. Toddler mulai dapat
membedakan dirinya dengan orang lain dan mulai menyadari bahwa dirinya menjadi pusat perhatian Lewis,
2000; Wenar Kerig, 2000. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kemudian pada usia tiga tahun, konsep self conscious emotions menjadi lebih kompleks. Pada tahap ini mulai
muncul konsep akan rasa bersalah, rasa malu, dan rasa bangga Tracy Robins, 2007; Tangney, 2007; Wenar
Kerig, 2000. c
Menjadikan standart moral sebagai acuan. Standart moral merupakan hasil representasi individu
mengenai pengetahuan dan adat istiadat atau kebiasaan Tangney dkk., 2007. Dalam masyarakat, standart moral
diatur oleh aturan secara universal dan budaya. Standart moral inilah yang nantinya akan menuntun individu untuk
mengevaluasi tindakan mereka Lewis, 2011. Oleh karena itu, maka standart moral dijadikan acuan munculnya self
conscious emotions. d
Self conscious emotions tidak mempunyai ciri-ciri raut muka yang dapat dikenali secara umum.
Self conscious emotions secara umum tidak dapat dikenali hanya melalui raut muka, karena dapat muncul
hanya dengan melibatkan proses yang lebih kompleks. Individu yang mengalami self conscious emotions harus
memiliki kesadaran diri terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan dengan proses representasi diri dan bagaiamana
dirinya dievaluasi baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri Tangney dkk., 2007; Tracy Robins, 2007.
b. Jenis Self Conscious Emotion
a Rasa malu shame dan rasa bersalah guilt
i. Rasa malu
Handayani dan Novianto 2004 dalam bukunya yang berjudul “Kuasa Wanita Jawa”, membedakan rasa
malu menjadi isin dan sungkan. Kata isin dapat diartikan sebagai rasa malu-malu atau karena ada perilaku yang
dianggap kurang pantas. Sedangkan kata sungkan dapat diartikan sebagai rasa malu yang bersifat lebih positif
bila dibandingkan dengan isin. Misalnya rasa malu terhadap oarang yang dihormati maupun orang yang
dituakan. Rasa malu juga merupakan bentuk dari proses
kognitif dan kesadaran dalam diri atas kekurangan atau kesalahan dalam mencapai harapan dari self image,
standart, tujuan, maupun aturan yang berlaku dalam masyarakat Miller, 1990; Lewis; 2011; Tangney dkk.,
2007. Individu dalam proses evaluasi memfokuskan
kesalahan pada keseluruhan diri. Oleh karena itu, individu yang merasa malu akan cenderung ingin
melakukan represi, bersembunyi, menghilang, atau mati. Lickel, Schmader, Curtis, Scarnier, Ames, 2005;
Tangney dkk., 2007. Bahkan dalam beberapa budaya timur, individu yang merasa malu dapat kehilangan
identitas dan dikeluarkan dari kelompok. Bedford Kwang, 2003; Miller, 1990.
ii. Rasa bersalah
Rasa bersalah merupakan tekanan yang muncul dari superego yang dialami individu untuk membatasi
perilaku yang dianggap negatif Bedford Kwang, 2003;
Miller, 1990. Rasa bersalah melibatkan proses evaluasi yang fokus pada perilaku spesifik, sehingga
mendorong individu
untuk mengkoreksi
dan memperbaiki kesalahan agar tidak terulang kembali
Lewis, 1992; Lewis, 2011. b
Rasa Bangga. Rasa bangga muncul sebagai hasil evaluasi individu
yang telah memenuhi standar, tujuan, dan aturan dalam tatanan sosial Lewis, 2011; Tangney dkk., 2007. Rasa
bangga dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu autenthic pride atau alpha pride dan hubris atau beta pride
Tracy Robins, 2007. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Autenthic pride atau alpha pride merupkan rasa bangga yang merupakan dampak dari tidakan spesifik sesuai
dengan sntandart, tujuan, dan aturan. Dengan kata lain, dalam kategori ini terdapat pemisahan antara self dengan
tindakan yang spesifik Lewis, 2011, sehingga akan menaikkan harga diri dan semakin mendorong individu agar
bertindak menyesuaikan diri dengan moral sosial Tracy Robins, 2007
Sebaliknya hubris atau betha pride merupakan bagian dari rasa bangga yang mempunyai kecendrungan implikasi
yang bersifat negatif. Lewis 2011 menyebutkan bahwa hubris atau betha pride merupakan rasa bangga yang
dilebih-lebihkan, karena tidak ada pemisahan antara self dengan tindakan. Individu yang telah memenuhi standart,
tujuan, dan aturan akan merasa bangga pada keseluruhan dirinya, sehingga akan medorong masalah pada relasi
interpersonal dan cenderung narsistik Lewis, 1992; Tangey dkk., 2007; Tracy Robins, 2007.
c Embarrassment
Embarrassment merupakan keengganan individu akan keadaan memalukan yang melanggar norma dan nantinya
akan diikuti dengan pemberian label oleh masyarakat Keltner, 1995; Keltner Buswell, 1997. Pada umumnya
individu akan merasa konyol, canggung, dan inferior, sehingga terkadang juga mendorong individu untuk
menyalahkan diri sendiri dan ingin bersembunyi Keltner Buswell, 1997. Oleh karena itu, individu akan cenderung
patuh dan menjaga tindakannya agar sesuai dengan kebiasaan kelompok pada umumnya, sehingga identitas
sosial individu tersebut akan tetap terjaga Keltner Buswell, 1997; Tangney dkk., 2007. Tetapi embarrassment
yang berlebihan dapat mengarahkan individu untuk mudah mengalami gangguan psikologis seperti, self-esteem yang
rendah, kesadaran diri berlebihan, dan takut akan evaluasi negatif dari individu lain Keltner Buswell, 1997.
Embarrassment sebenarnya dapat dikenali melalui tanda non verbal, seperti tersenyum dengan raut muka
memerah dan kepala yang perlahan digerakkan ke bawah Edelmann, 1987; Ekman, 1992. Tetapi, tanda ini
seringkali mengalami bias budaya, sehingga tidak dapat digeneralisasikan Haidt Keltner, 1997.
2.2.2 Other Focused Moral Emotion
Other Focused Moral Emotion merupakan emosi moral yang hanya muncul ketika individu mengobservasi tindakan moral
yang dilakukan oleh individu lain, sehingga menjadi termotivasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk melakukan hal yang sama Haidt, 2003; Tangney dkk., 2007.
a. Karakteristik Other Focused Moral Emotion
Other Focused Moral Emotion mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a Tidak mempunyai ciri-ciri raut muka yang dapat dikenali
secara umum. Sama halnya dengan self conscious emotion, other
focused moral emotion secara umum juga tidak dapat dikenali hanya melalui raut muka Tangney dkk., 2007;
Tracy Robins, 2007. b
Berorienasi pada individu lain. Other focused moral emotion cenderung dihasilkan
oleh tindakan moral individu lain Haidt, 2003 atau hanya dapat muncul setelah individu melihat tindakan moral yang
dilakukan oleh individu lain tersebut Tangney dkk., 2007.
b. Jenis Other Focused Moral Emotion
a Bersyukur
Bersykur merupakan
keadaan syukur,
hangat, menyenangkan, dan ramah ketika individu mendapatkan
keuntungan yang ditimbulkan oleh individu lain dan cenderung tidak terduga Haidt, 2003; Tangney dkk., 2007.
Sedangkan Guralnik dalam A Prototype Analysis of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gratitude: Varieties of Gratitude Experiences, lebih mendeskripsikan beryukur sebagai suatu pengalaman akan
rasa terima kasih atas kebaikan atau kemurahan hati yang diterima Lambert, Graham, Fincham, 2009.
Rasa syukur juga berkaitan dengan meningkatnya kesehatan mental dan perilaku yang adaptif karena dapat
memotivasi individu yang menerima keuntungan untuk cenderung bertindak altruis atau melakukan tindakan yang
sama kepada individu lain Tangney dkk., 2007; Trivers, 1971.
b Elevation
Elevation ditinggikan merupakan perasaan hangat dan terbuka
karena melihat
atau melakukan
tindakan kemaanusiaan yang mulia dan patut dipuji Haidt, 2003;
Tangney dkk., 2007. Elevation ditinggikan dapat mendorong individu untuk menjadi pribadi yang lebih baik
dengan menolong dan mencontoh tindakan mulia lainnya yang terlebih dahulu dilakukan oleh Tuhan atau contoh
kudus lainnya Fredrickson, 1998; Haidt, 2003; Tangney dkk., 2007.
c Empati
Berbeda dengan simpati, empati lebih fokus pada pengalaman emosi dan kebutuhan orang lain Tangney
dkk., 2007; Prinz, 2011. Batson 1995 dalam Is Empaty Necessary for Morality, melihat empati sebagai respon
emosi yang berorientasi di luar diri dan sesuai dengan kesejahteraan individu lain.
Empati merupakan respon emosi yang berorientasi yang saling berbagi antara individu yang mengamati
dengan individu yang mengalami kejadian tertentu, sehingga memerlukan komponen afektif dan kognitif
Haidt, 2003; Tangney dkk., 2007. Kemampuan kognitif diperlukan untuk mengambil dan memahami perspektif
individu lain,
kemudian mengakurasikan
dan menggambarkan
pengalaman emosi
individu lain
Tangney dkk.,
2007; Prinz,
2011. Sedangkan
kemampuan afeksi diperlukan untuk ikut merasakan secara personal emosi yang dialami oleh individu lain
Hatfield, Cacioppo, Rapson, 1994; Hoffman, 2000; Tangney dkk., 2007. Empati seringkali muncul jika
melihat penderitaan individu lain sehingga mendorong keinginan menolong untuk mengurangi penderitaan
individu tersebut Haidt, 2003. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. EMOSI DALAM TINDAKAN
Proses emosi dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari proses kognitif yang dapat mengevaluasi stimulus atau
keadaan, sehingga menghasilkan respon emosi tertentu Ekman, 2003; Fredikson Barbara, 2001; Izard, 2007; Candald dkk., 1977; Tracy Robins,
2007. Disamping itu, proses evaluasi yang berkaitan dengan standart moral
akan memunculkan emosi moral, seperti malu, bersalah, embarrassment, bangga, elevation, empati, dan bersyukur Batson dkk., 1995; Miller, 1990;
Haidt, 2003; Lewis; 2011; Tangney dkk., 2007. Sedangkan proses evaluasi yang berkaitan dengan tujuan bertahan hidup survival akan memunculkan
emosi dasar, seperti senang, sedih, marah, jijik, dan takut Candald dkk., 1977; Ekman, 2003; Tracy Robins, 2007.
Meskipun demikian, individu di dalam kehidupan sehari-hari seringkali mengalami dilema ketika akan bertindak. Dilema tersebut terjadi karena
individu mengevaluasi satu situasi atau keadaan secara ganda atau multiple, yaitu dapat dievaluasi baik sekaligus buruk Candald dkk., 1977. Selain itu,
stimulus atau keadaan yang bersifat netral terkadang oleh individu dievaluasi secara kurang tepat, sehingga emosi yang muncul juga kurang tepat. Misalnya
individu yang mengevaluasi seutas tali sebagai seekor ular akan memunculkan rasa takut, sehingga cenderung mendorong individu tersebut untuk menghindar
bahkan lari Ekman, 2003; Candald dkk., 1977; Keltner Kring, 1998. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dengan kata lain, emosi dalam kehidupan sehari-hari dapat berperan sebagai motivator yang mempengaruhi tindakan individu Ekman, 2003; Haidt,
2003; Izard, 2007; Tracy Robins, 2007, misalnya emosi positif dapat berkaitan dengan kesuksessan dan kesehatan mental, mengarahkan individu
untuk berperilaku adaptif, membentuk ikatan sosial yang positif, dan lebih menyenangkan bagi individu lain Baumgardner Crothers, 2009; Isen, 2003;
Keltner Kring, 1998; Schwarz, 2000; Strongman, 2003. Sebaliknya, emosi negatif cenderung mengarakan individu pada keinginan untuk menyerang,
represi, dan bersembunyi Lickel, 2005; Strongman, 2003; Tangney, 2007. Bertolak belakang dengan hal tersebut, beberapa penelitian sebelumnya
mengemukakan bahwa emosi negatif tidak selalu mendorong individu untuk melakukan tindakan yang cenerung bersifat negatif. Misalnya emosi negatif
sebenarnya dapat mengurangi jumlah kriminalitas, menghadapi dan bertahan dari keadaan yang mengancam, berkaitan dengan keadaan yang dianggap tidak
adil, serta mendorong individu untuk berperilaku sesuai dengan standart sosial yang berlaku di masyarakat Bedford Kwang, 2003; Braithwaite, 2000;
Fredickson, 2001; Keltner, 1995. Dengan kata lain, beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai emosi
yang muncul dan mendasari tindakan individu masih cenderung saling tumpang tindih, sehingga pemahaman mengenai pengalaman emosi yang
muncul dan mendasari tindakan individu menjadi belum begitu jelas Diamond Aspinwall, 2003. Sedangkan individu cenderung tidak dapat mengolah
emosi dengan baik, jika belum mengetahui dengan jelas mengenai emosi apa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saja yang muncul di dalam diri, yang dapat memperngaruhi tindakan individu tersebut dalam kehidupan sehari-hari Ekman, 2003.
D. FUNGSI EMOSI