Tujuan disiplin menurut Singgih D. Gunarsa dalam Asti Fajjaria 2012 adalah sebagai berikut.

Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti 131 melainkan harus senantiasa diulang setiap ada kesempatan yang tepat sehingga berbagai aturan dan tata tertib dapat tertanam dalam pikiran dan hati siswa. Hukuman seyogyanya diberikan jika cara-cara pendisiplinan lainnya tidak berhasil. Hukuman memberi tahu pada anak mengenai perilaku apa yang tidak diinginkan, tetapi belum tentu menjelaskan perilaku yang bagaimana yang diinginkan. Sedangkan persyaratan dalam penanaman disiplin adalah bahwa anak-anak harus tahu betul perilaku apa yang dapat diterima. Dalam menegakkan disiplin hendaknya pendidik dapat menggunakan cara-cara yang membentuk konsep diri yang positif dan realistis pada anak. Mengacu pada pernyataan tersebut, hendaknya guru tidak terlalu mudah dan sering menjatuhkan hukuman pada siswa. Karena siswa yang terlalu sering dihukum pada akhirnya akan melahirkan konsep diri negatif dalam dirinya. Atau siswa akan melawan dengan berbagai cara. Jika penegakan disiplin dilakukan dalam perspektif iman Kristen, maka ada tahap-tahap yang harus dilalui, ditegur di bawah empat mata, kemudian yang kedua kalinya bersama guru BP, lalu ditegur sekali lagi, barulah dijatuhkan hukuman yang mendidik bukan untuk menyakiti dan membuat siswa ketakutan. Dalam penegakan disiplin, sebaiknya dari dalam diri siswa tumbuh keengganan untuk melanggar disiplin ketimbang “ketakutan” yang bersifat paksaan belaka.

b. Disiplin yang Seimbang

Sekolah harus menyeimbangkan antara hukuman dan penghargaan. Misalnya, jika siswa terlambat diberi hukuman tetapi jika mereka berprestasi, mereka dapat memperoleh penguatan reward. Jadi, untuk setiap ketaatan dan prestasi, siswa diberi penguatan tetapi untuk setiap pelanggaran, siswa diberi sanksi. Disiplin di sekolah tentu beda dengan disiplin militer yang keras. Artinya, aspek pengampunan harus diberlakukan dan dilihat dari besar- kecilnya pelanggaran. Sedapat mungkin sekolah tidak mengeluarkan siswa melainkan berupaya keras mendidik dan memperbaiki perilaku siswa.

4. Disiplin di rumah

Keluarga dalam hal ini orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tua harus jadi teladan bagi anak dalam hal disiplin. Aturan dan tata tertib di rumah harus dijalankan secara konsekuen, orang tua hendaknya konsisten dalam menerapkan aturan. Tiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing, supaya peran dapat efektif maka dibutuhkan aturan-aturan yang mengikat secara tidak tertulis.