Buku Guru Kelas VII SMP 130
2. Tujuan disiplin menurut Singgih D. Gunarsa dalam Asti Fajjaria 2012 adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui dan menyadari mengenai hak milik orang lain. b. Mengerti larangan-larangan dan segera menurut untuk menjalankan kewajibannya.
c. Mengerti tingkah laku yang baik dan yang buruk. d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh
hukuman.
3. Disiplin di Sekolah
Menurut Fajjaria yang mengutip Tulus 2004:34, apabila di sekolah disiplin dikembangkan dan ditetapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen, maka akan berdampak
positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Disiplin dapat mendorong siswa belajar secara konkret dalam praktik hidup tentang hal-hal positif, melakukan hal-hal baik dan benar dan
menjauhkan mereka dari hal-hal negatif. Melalui pemberlakuan disiplin yang konsisten, siswa belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baik sehingga muncul keseimbangan
diri dalam hubungan dengan orang lain. Sekolah merupakan lembaga kedua setelah rumah keluarga yang dapat membawa
anak-anak bertumbuh menjadi manusia berguna bagi dirinya, bagi keluarga, gereja dan masyarakat. Figur yang dekat dengan anak-anak dan remaja setelah orang tua adalah guru,
dalam menjalankan disiplin, siswa membutuhkan keteladanan di sekolah. Misalnya, aturan tidak boleh merokok, tapi guru merokok di depan siswa, maka pemberlakuan disiplin tidak
konsisten. Seharusnya guru memberi contoh yang baik dengan tidak merokok. Ada aturan mengenai jam masuk sekolah, hendaknya berlaku bagi siswa dan guru, jadi guru harus
menjadi teladan dalam hal ketepatan waktu. Aturan disiplin yang dibuat sekolah hendaknya dalam bagian tertentu berlaku untuk siswa juga guru.
a. Memberi Hukuman yang Mendidik
Menurut Tina Rahmawati yang dimaksud hukuman adalah sesuatu yang tidak menyenangkan yang harus diterima atau dikerjakan siswa karena bertingkah laku tidak
pada tempatnya. Hukuman sebagai penguatan negatif merupakan salah satu penunjang untuk tegaknya disiplin dan dilakukan apabila terjadi pelanggaran tata tertib atau disiplin.
Hukuman, di lain pihak adalah “imbalan” yang tidak menyenangkan yang harus diterima siswa akibat tingkah laku mereka dinilai tidak pada tempatnya.
Hukuman merupakan cara sekolah memperingati dan memberitahu siswa bahwa perilakunya tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Sosialisasi
peraturan pada siswa amat perlu, bukan hanya pada waktu siswa diterima di sekolah,
Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti 131
melainkan harus senantiasa diulang setiap ada kesempatan yang tepat sehingga berbagai aturan dan tata tertib dapat tertanam dalam pikiran dan hati siswa.
Hukuman seyogyanya diberikan jika cara-cara pendisiplinan lainnya tidak berhasil. Hukuman memberi tahu pada anak mengenai perilaku apa yang tidak diinginkan, tetapi
belum tentu menjelaskan perilaku yang bagaimana yang diinginkan. Sedangkan persyaratan dalam penanaman disiplin adalah bahwa anak-anak harus tahu betul perilaku apa yang
dapat diterima. Dalam menegakkan disiplin hendaknya pendidik dapat menggunakan cara-cara yang membentuk konsep diri yang positif dan realistis pada anak.
Mengacu pada pernyataan tersebut, hendaknya guru tidak terlalu mudah dan sering menjatuhkan hukuman pada siswa. Karena siswa yang terlalu sering dihukum pada
akhirnya akan melahirkan konsep diri negatif dalam dirinya. Atau siswa akan melawan dengan berbagai cara.
Jika penegakan disiplin dilakukan dalam perspektif iman Kristen, maka ada tahap-tahap yang harus dilalui, ditegur di bawah empat mata, kemudian yang kedua kalinya bersama
guru BP, lalu ditegur sekali lagi, barulah dijatuhkan hukuman yang mendidik bukan untuk menyakiti dan membuat siswa ketakutan. Dalam penegakan disiplin, sebaiknya dari dalam
diri siswa tumbuh keengganan untuk melanggar disiplin ketimbang “ketakutan” yang bersifat paksaan belaka.
b. Disiplin yang Seimbang
Sekolah harus menyeimbangkan antara hukuman dan penghargaan. Misalnya, jika siswa terlambat diberi hukuman tetapi jika mereka berprestasi, mereka dapat memperoleh
penguatan reward. Jadi, untuk setiap ketaatan dan prestasi, siswa diberi penguatan tetapi untuk setiap pelanggaran, siswa diberi sanksi. Disiplin di sekolah tentu beda dengan disiplin
militer yang keras. Artinya, aspek pengampunan harus diberlakukan dan dilihat dari besar- kecilnya pelanggaran. Sedapat mungkin sekolah tidak mengeluarkan siswa melainkan
berupaya keras mendidik dan memperbaiki perilaku siswa.
4. Disiplin di rumah
Keluarga dalam hal ini orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tua harus jadi teladan bagi anak dalam hal disiplin. Aturan dan tata
tertib di rumah harus dijalankan secara konsekuen, orang tua hendaknya konsisten dalam menerapkan aturan. Tiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing, supaya peran
dapat efektif maka dibutuhkan aturan-aturan yang mengikat secara tidak tertulis.