Buku Guru Kelas VII SMP 116
Kesucian hati bukanlah masalah mencuci atau tidak mencuci tangan, atau masalah boleh atau tidak boleh dimakan. Hal-hal itu tidak dianggap penting oleh Allah. Karena
makanan hanya akan masuk ke perut, bukan ke hati. Maka pikiran yang kotorlah yang akan menajiskan orang, karena pikiran itu keluar dari hati ayat 18-20. Di sini Yesus
mengajarkan satu hal penting bahwa kesalehan yang hanya terlihat dari luar, adalah bahaya. Itu akan menjauhkan orang dari Allah dan membuat orang menjadi munafik. Karena itu,
penting untuk menjaga hati nurani tetap bersih sehingga melahirkan perbuatan yang baik dan benar, yaitu kesalehan yang sesungguhnya.
Yesus memberikan penjelasan kepada murid-murid-Nya yang seringkali digambarkan lamban untuk mengerti. Bukan makanan yang menajiskan seseorang, tetapi hati manusia
yang berdosa, itulah yang mencemarkan kehidupan. Hati yang rusak bagaikan mata air yang terpolusi senantiasa mengalirkan air beracun. Hati dalam pemahaman Ibrani adalah
pusat dari kepribadian manusia yang menentukan keseluruhan tindakannya baik yang aktif maupun pasif, maka kerusakan hati manusia akan menjadi sumber kenajisan. Itulah yang
tak dapat dilihat oleh orang-orang Farisi.
3. 1 Samuel 20
Seperti apakah sahabat sejati itu? Dunia menawarkan persahabatan yang semu, sarat kepentingan, dan ambisi pribadi. Sudah menjadi fakta terbuka bahwa dalam berbagai
arena kehidupan: politik, ekonomi, rumah tangga, bahkan agama, orang rela menjual ‘sahabat’nya demi keselamatan bahkan keuntungan diri sendiri. Syukur, dalam perikop
ini kita melihat contoh persahabatan sejati.
4. Antara Sahabat dan Orang Tua.
Kadang-kadang kita harus memilih antara memihak orang tua atau sahabat. Bagi Yonatan, di satu pihak ia begitu mengasihi Daud, tetapi di pihak lain ia menghormati
orang tuanya. Apakah dengan memilih memihak Daud, berarti Yonatan telah tidak berbakti kepada orang tua? Bagi orang Timur, sikap ini sering dianggap mengundang kutuk. Sebagai
orang yang menaati Tuhan, pertanyaannya bukanlah soal memilih di antara orang tua dan sahabat, tetapi memilih antara kehendak Tuhan dan kesalahan.
Bersikap bijak dalam memilih. Berada di antara dua atau lebih pilihan, kadang membuat kita bingung, sehingga tidak lagi berpikir logis realistis dalam menerapkan
prinsip. Pengambilan keputusan lebih banyak dikuasai oleh sikap marah dan kecewa. Dalam kondisi seperti ini, Yonatan tidak bertindak gegabah dalam mengambil keputusan,
Ia mampu berpikir jernih. Bahkan bersama Daud, ia mengikat persahabatan yang murni berdasarkan kasih Tuhan. Inilah suatu gambaran hubungan antarmanusia yang indah, yang
dipenuhi oleh Roh Tuhan. Mereka dapat mewujudnyatakan hukum kasih yang difirmankan oleh Tuhan band. 1Korintus 13.
Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti 117
D. Kegiatan Pembelajaran
Bagian pengantar amat penting dalam meletakkan dasar bagi pembelajaran ini dan pembelajaran berikutnya. Siswa dibimbing untuk menilai diri sendiri dalam kaitannya
dengan hati nurani. Guru diminta untuk membimbing siswa sesuai dengan pilihannya sendiri dalam dua kasus yang diajukan pada mereka. Guru mendengarkan dengan teliti
serta mencatat pilihan mereka, ketika memberikan pencerahan materi. Beberapa dari jawaban mereka dapat diangkat sebagai contoh konkret untuk memperkuat pembahasan
tentang peran hati nurani bagi manusia.
Kegiatan 1
Kegiatan 1 merupakan bedah kasus yang ada dalam Alkitab mengenai Yonatan dan Daud. Kisah ini menarik karena konflik batin yang harus dihadapi oleh Yonatan. Apakah dia
harus membela ayahnya yang kebetulan adalah raja ataukah Daud sahabatnya. Guru dapat menjelaskan situasi ini pada siswa, bagaimana pada akhirnya hati nurani memenangkan
kejahatan. Tetapi perlu ditegaskan pada siswa bahwa Yonatan mampu memilih berdasarkan hati nurani karena Yonatan juga mendengarkan Tuhan. Hati nurani yang selalu diasah dan
dididik oleh Firman Tuhan akan menuntun manusia ke arah yang benar. Dalam memberikan penjelasan guru harus berhati-hati sehingga tidak timbul kesan seolah-olah anak boleh
berkhianat terhadap orang tua seperti yang dilakukan oleh Yonatan. Tegaskan bahwa Yonatan membela kebenaran dan ia tidak berkhianat pada ayahnya. Sebaliknya ia ingin
menyelamatkan ayahnya supaya tidak membunuh orang yang tidak bersalah.
Kegiatan 2
Kegiatan 2 merupakan bagian penghayatan terhadap bahan pelajaran, setelah belajar konsep hati nurani, siswa melakukan kegiatan bermain peran untuk memperkuat
penghayatan terhadap peran hati nurani baginya. Kegiatan bermain peran memperkuat bedah kasus yang telah dilakukan. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk berimprovisasi
dalam bermain peran. Mereka dapat menambahkan dialog yang berkaitan dengan materi pelajaran jika diperlukan.
Kegiatan 3
Diskusi yang dilakukan setelah bermain peran semakin memperkuat materi ajar dan metodologi pembelajaran. Mulai dari bedah kasus, bermain peran kemudian semakin
diperkuat lagi dengan diskusi. Melalui langkah-langkah kegiatan ini diharapkan penanaman nilai-nilai kebaikan dan kebenaran dalam membentuk hati nurani siswa semakin kuat.