4.2.3.2. Makna Interpretasi Secara Umum Iklan “Permen Sukoka” di Televisi
Pendekatan Semiotik adalah suatu alat untuk memproduksi sesuatu produksi rancangan dan mengupas sebuah rancangan dimana dalam
semiotika pesan message dari media massa yang menjadi bagian terpenting untuk dikaji dan isi media massa adalah produksi dari
penggunaan tanda-tanda bahasa sign. Oleh karena itulah, Peneliti mencoba memaknai secara keseluruhan tampilan iklan permen Sukoka di
televisi yaitu dengan memaknai lebih dalam level paradigma. Media yang digunakan pengiklan dalam beriklan cukup banyak, namun peneliti lebih
tertarik untuk memilih media televisi sebagai sarana penelitian. Hal ini disebabkan karena media televisi mampu menampilkan gambar gerak
yang bersifat audio-visual yang dapat menarik perhatian khalayak luas. Harapannya, agar khalayak mampu membangun sebuah citra dari apa yang
dilihatnya. Intinya, sebuah iklan biasanya berusaha untuk mempengaruhi perasaaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap dan citra konsumen
yang berkaitan dengan suatu produk atau merek. Penggunaan televisi sebagai media beriklan bukanlah sebuah ruang kosong yang hampa
makna, tetapi merupakan sederet signifiers yang membawa sederet penanda atau makna. Pemutaran iklan permen Sukoka biasanya muncul
pada jam 22.00 WIB di Stasiun SCTV atau tepatnya pada saat program- program tayangan Televisi yang dikhususkan untuk orang dewasa.
Dalam iklan permen Sukoka ini, visualisasinya adalah seorang tokoh perempuan yang berperan sebagai perempuan genit yang sebenarnya
mengundang orang lain untuk melakukan tindak pelecehan seksual. Hal ini dikarenakan bahasa tubuhnya baik secara verbal maupun nonverbal yang
ditampilkan dalam iklan tersebut seakan-akan ingin menunjukkan bahwa salah satu organ tubuh perempuan memiliki kandungan “susu” yang sama
dengan produk permen tersebut. Sejatinya, bila ingin produk permen sukoka lebih dikenal oleh publik tanpa menggunakan tokoh perempuan
sebagai obyek “rasa” dari kandungan susu yang dimiliki oleh sukoka ini pun juga bisa laku. Bila tokoh perempuan yang ada didalam potongan
scene iklan tersebut diganti dengan menggunakan gambar sapi sebagai obyek dari rasa kandungan susu yang dimiliki oleh permen tersebut, maka
makna rasa yang ingin ditonjolkan dalam permen tersebut malah akan lebih terlihat. Seperti iklan produk yang memiliki kandungan susu lainnya,
yang menggunakan gambar sapi sebagai gambaran kandungan susu dari permen tersebut, pun masih diminati khalayak luas, seperti iklan permen
espresso dan milkita. Hal ini menunjukkan bahwa iklan ini berbeda dari iklan produk
makanan padat lainnya. Karena iklan produk makanan padat yang memiliki kandungan susu dan kopi biasanya selalu digambarkan hasil dari
produksi sapi perah, biji kopi, kualitas serta image yang ingin ditonjolkan dari produk tersebut. Tujuannya adalah untuk memberikan image langsung
tentang produk tersebut setelah iklan disampaikan di tengah masyarakat.
Namun, perancang iklan permen sukoka ini mencoba keluar dari konsep iklan yang telah ada. Dengan menggunakan konsep sebuah realita yang
sering terjadi dalam masyarakat yang berkembang yang cenderung memuat unsur pornografi dengan menggunakan simbol perempuan sebagai
daya tarik daripada kualitas dari produknya. Tubuh perempuan didefinisikan sebagai tubuh yang mengandung sensualitas yang dapat
menimbulkan hasrat seksual laki-laki, sehingga secara keseluruhan setiap bagian tubuh perempuan seperti wajah, dada, paha dan kaki merupakan
sasaran utama bagi para pengiklan untuk menarik perhatian pemirsa. Iklan Permen Sukoka memiliki serangkaian tanda dalam 13 scene
visual dan audio. Seperti yang kita ketahui iklan ini ingin menggambarkan masalah pencitraan perempuan dalam iklannya. Dimana iklan ini
ditampilkan dengan menggunakan tokoh perempuan yang sedang asyik bercengkrama dengan seorang laki-laki yang tengah berada di salah satu
kedai makanan dan minuman yang berada di sebuah kawasan wisata. Perempuan genit dalam konteks iklan ini adalah seorang
perempuan yang diperagakan hanya mengenakan kemben dan kain pantai yang berusaha menarik perhatian kaum laki-laki dengan melenggok-
lenggokkan bahasa tubuhnya yang seksi, meski tidak menonjolkan payudaranya secara keseluruhan. Namun pembahasan tubuhnya yang genit
membuat laki-laki yang berada dihadapannya tersebut tertarik untuk meminta susu dengan ekspresi tatapan mata nakal yakni dengan sesekali
menatap bentuk buah dada dan postur tubuh yang dilenggok-lenggokkan
oleh tokoh perempuan tersebut. Karena kaget tokoh perempuan itupun secara spontan mengangkat salah satu telapak tangannya kearah kemben
yang dipakainya sedangkan tangan yang satunya mengambil permen tersebut dari dalam kemben yang diselipkan diantara payudara sembari
berucap “hah susu, mau nyusu sukoka…ahhh…sukoka” dengan ekspresi wajah ceria tanpa malu. Saat menikmati permen tersebut seakan-akan
tokoh laki-laki memperoleh sebuah sensasi kenikmatan dan kehangatan pelukan perempuan saat dibonceng dengan menggunakan sepeda motor.
Hal ini digambarkan dengan adegan dimana tokoh pria berangan-angan membonceng wanita dengan menggunakan sepeda motor dan terlihat
sangat menikmatinya seakan-akan dekapan hangat yang diberikan tokoh perempuan dalam konteks iklan ini ingin menggambarkan adanya
penguatan analogi kenikmatan rasa permen sukoka dengan sesekali menggesekkan payudara pada punggung laki-laki yang ada dalam iklan
permen Sukoka. Dengan harapan setelah kita mengkonsumsi permen tersebut, tubuh kita menjadi lebih bergairah dan rasa mengantuk pun
hilang seketika. Karena telah mendapatkan tambahan tenaga untuk memudahkan aktivitas padat yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Perempuan dalam iklan “Permen Sukoka” ini digambarkan sebagai citra peraduan karena perempuan seringkali diasumsikan sebagai obyek
pemuasan nafsu laki-laki, khususnya pemuasan seksual. Seluruh kecantikkan alamiah dan buatan perempuan disediakan untuk
dikonsumsi laki-laki melalui kegiatan menyentuh dan memandang.
Tujuannya tidak lain adalah untuk membangun persamaan pandangan tentang perlunya sentuhan, rabaan dan ciuman laki-laki dengan jenis
produk yang ditawarkan dalam iklan baik cetak maupun elektronik. Secara keseluruhan visualisasi dalam iklan ini adalah gambaran
tentang eksistensi penggunaan tokoh perempuan yang ada dalam iklan permen Sukoka. Dimana pihak para pengiklan semakin berani
memasukkan unsur pornografi didalamnya tanpa memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan dari penanyangan iklan tersebut terhadap
masyarakat tontonan, khususnya remaja dan anak-anak. Artinya, para pengiklan semakin giat mengeksploitasi tubuh perempuan sebagai tubuh
yang mengandung sensualitas yang dapat menimbulkan hasrat seksual laki-laki, sehingga secara keseluruhan setiap bagian tubuh perempuan
seperti wajah, dada, paha, kaki dan lain-lain merupakan sasaran utama bagi para pengiklan untuk menarik perhatian pemirsa.
Oleh karena itu, tidak heran bila pada gilirannya Persoalan seksualitas perempuan dalam media seperti halnya iklan-iklan di televisi
memicu timbulnya eksploitasi secara besar-besaran dan berlebihan dalam tubuh perempuan sebagai daya tarik yang memiliki nilai jual. Atau dengan
kata lain Perempuan adalah bumbu sebuah iklan. Pelibatan perempuan dalam iklan, akan membuat iklan makin sedap dinikmati Widyatama,
2007:42 .
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan