ruang, yaitu kedai makanan dan minuman yang berada di sebuah kawasan wisata. Kedai makanan dan minuman yang berada di sebuah kawasan
wisata tersebut ditegaskan dengan banyaknya jumlah pejalan kaki atau turis dibelakang tokoh perempuan yang sedang asyik bercengkrama
dengan seorang laki-laki dengan didukung oleh meja yang bertaplak hitam-putih dengan latar belakang pejalan kaki yang berada disekitarnya.
Gambar 4.2 Tampilan Visual dalam Scene 1
Deskripsi visual yang ditampilkan oleh potongan tersebut dapat diinterpretasikan menjadi tiga kategori yaitu:
a. Ikon
Icon
Dalam potongan gambar tersebut terdapat beberapa obyek yang dapat dikatakan sebagai sebuah ikon Icon, yakni seorang perempuan
sebagai obyek terdekat dengan kamera yang terlihat sedang bercengkrama dengan seorang laki-laki. Laki-laki tersebut berekspresi
nakal dengan sesekali menatap bentuk buah dada dan postur tubuh yang dilenggok-lenggokkan oleh tokoh perempuan yang berekspresi
genit seakan menggoda. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian
seorang laki-laki yang berada tepat dihadapannya. Dalam gambar tersebut menunjukkan adanya unsur seksisme. Unsur seksisme yang
tampak pada Scene 1 menunjukkan bahwa penampilan dan tingkah laku yang diekspresikan oleh tokoh perempuan tersebut memiliki
sebuah penilaian bahwa derajat perempuan diasumsikan lebih rendah inferior daripada laki-laki. Hal ini diperkuat dengan data-data
pendukung yang diperoleh peneliti yang menunjukkan bahwa adanya sebuah kemiripan dengan keadaan sesungguhnya, dimana perempuan
genit selalu diidentikkan dengan pakaian yang minim kemben dan bahasa tubuh yang menggoda, seperti cara berbicaranya dan
lenggokkan postur tubuhnya.
b. Simbol
Symbol
Simbol yang ditunjukkan dalam potongan gambar diatas adalah bentuk dari gaya bahasa tubuh yang diperagakan oleh tokoh
perempuan, seperti dengan sengaja melenggok-lenggokkan postur tubuhnya, pakaian yang minim dan didukung oleh cara berbicaranya
yang menggoda sembari diberi desahan “ ah..Sukoka” kepada seorang laki-laki yang sedang berada dihadapannya. Hal tersebut dapat
dijadikan sebagai simbol bahwa tokoh perempuan dalam konteks iklan ini menggambarkan sebagai seorang perempuan genit yang memiliki
daya tarik seksual tinggi yang disimbolkan dari bahasa tubuh dan bahasa verbalnya. Oleh karena itu tidak heran bila pada gilirannya,
perempuan selalu menjadi target iklan yang memiliki unsur menjual. Artinya, nilai mereka sebagai manusia direduksi menjadi sebatas
makhluk biologis semata dan daya tarik mereka berfungsi untuk menguatkan isi pesan yang terdapat dalam konteks iklan tersebut.
c. Indeks