Dikyasa Satlantas Polwiltabes Surabaya AKP Dwi Agung Setyono, SIK yaitu
“Memang jumlah personil yang ada masih kurang tapi dengan jumlah yang ada kita maksimalkan kinerja kita secara hitungan kuantitas masih
kurang tetapi kualitas kita semaksimal mungkin bekerja secara optimal dan kendala dilapangan memang kita kekurangan alat komunikasi yaitu
HT.” Wawancara, 11 Maret 2010.
Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kendala yang terjadi pada saat ini adalah kurangnya jumlah
personil dan alat komunikasi yang ada sehingga di dalam pengaturan arus lalu lintas kurang adanya koordinasi yang jelas antara personil satu
dengan lainnya namun dengan komitmen yang ada pihak polisi lalu lintas tetap konsisten dan bekomitmen untuk menjaga kualitas yang ada guna
menuju cita-cita yang diinginkan yaitu menciptakan masyarakat santun berlalu lintas di jalan.
4.2.1.2. Reward
Salah satu kota metropolitan kedua di Indonesia setelah Jakarta adalah kota Surabaya, dengan jumlah penduduk metropolisnya yang
mencapai 3 juta jiwa. Dengan jumlah penduduk kota Surabaya yang semakin padat dan pertambahan jumlah kendaraan yang semakin pesat
dan tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana lalu lintas jalan yang memadai, maka akan semakin menambah kemacetan dan kepadatan arus
lalu lintas.
Salah satu alternatifnya adalah peningkatan kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas melalui penerapan peraturan perundang – undangan
yang efektif. Ketertiban lalu lintas sebagai suatu sistem hubungan atau komunikasi antar pemakai jalan dapat berlangsung secara efektif pula.
Dan salah satu strategi yang digunakan oleh Satlantas Polwilabes kota Surabaya guna menciptakan masyarakat santun berlalu lintas dijalan
adalah dengan pemberian reward bagi pengguna kendaraan roda dua yang tertib berlalu lintas. Hal ini senada dengan pernyataan yang
dilontarkan oleh Kanit Dikyasa Satlantas Polwiltabes Surabaya AKP Dwi Agung Setyono, SIK bahwa sasran yang dituju adalah sebagai berikut :
“Sasaran penerima reward ini adalah pengendara roda dua yang tertib berlalu lintas.”
Wawancara, 11 Maret 2010.
Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sasaran dari penerima reward adalah pengendara roda dua karena
hampir 75 kecelakaan yang terjadi melibatkan pengendara roda dua. Hal ini diperkuat dengan data – data yang telah diterima oleh penulis dari
bagian kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan uraian diatas sesuai dengan hasil wawancara yang
dilakukan oleh penulis dengan key person yaitu Kanit Dikyasa Satlantas Polwiltabes Surabaya AKP Dwi Agung Setyono, SIK diketahui bahwa
tujuan dilaksanakannya strategi pemberian reward adalah sebagai berikut:
“Memupuk rasa kesadaran dan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap keselamatan dijalan baik keselamatan dirinya sendiri ataupun
orang lain dan selain itu memacu masyarakat untuk lebih tertib dengan harapan mau dapat reward dari polisi walaupun itu sebagian kecil
dampak tetapi sekiranya yang diperlukan adalah kesadaran itu.” Wawancara, 11 Maret 2010.
Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan diadakannya pemberian reward kepada masyarakat
diharapkan mampu memacu masyarakat untuk lebih tertib dengan harapan pemeberian penghargaan atau hadiah yang diberikan oleh
Satlantas Polwiltabes kota Surabaya, walaupun dampak yang diberikan cukup kecil namun secara tidak langsung membantu Satlantas
Polwiltabes kota Surabaya di dalam menciptakan masyarakat santun berlalu lintas di jalan.
Selain itu Key person kami yaitu Kanit Dikyasa Satlantas Polwiltabes Surabaya AKP Dwi Agung Setyono, SIK juga menjelaskan
mekanisme didalam pemberian reward sebagai berikut : “Mekanisme dalam rangka langsung kepada pengguna jalan yang tertib
kita adakan foto secara tersembunyi ada pengendara dengan memakai helm standart, memasang spion dengan lengkap, berjalan pada jalurnya
kita masukkan kepada sponsor kita agar dapat hadiah.” Wawancara, 11 Maret 2010.
Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mekanisme di dalam pemberian reward dengan cara petugas
Stalantas Polwiltabes kota Surabaya melakukan foto tersembunyi bagi pengendara yang tertib di dalam berlalu lintas. Dan untuk penilaiannya
pengendara roda dua yang terpilih untuk menerima reward harus
memakai helm standart, memasang spion dengan lengkap, dan berjalan di jalur yang benar. Dan hal ini sudah tercantum di dalam Undang – undang
No. 22 Tahun 2009 Paragraf 3 Pasal 108 yang berbunyi “Sepeda Motor, Kendaraan Bermotor yang kecepatannya lebih rendah, mobil barang, dan
Kendaraan Tidak Bermotor berada pada lajur kiri Jalan.” dan Undang undang No. 22 Tahun 2009 Bagian Keempat Pasal 57 yaitu
1 Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib
dilengkapi dengan perlengkapan Kendaraan Bermotor. 2
Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bagi Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia.
3 Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bagi Kendaraan
Bermotor beroda empat atau lebih sekurangkurangnya terdiri atas: a.
Sabuk keselamatan; b.
Ban cadangan; c.
Segitiga pengaman; d.
Dongkrak; e.
Pembuka roda; f.
Helm dan rompi pemantul cahaya bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-
rumah; dan g.
Peralatan pertolongan pertama pada Kecelakaan Lalu Lintas.
4 Ketentuan lebih lanjut mengenai perlengkapan Kendaraan Bermotor
sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 diatur dengan peraturan pemerintah.
Selain itu Key person kami yaitu Kanit Dikyasa Satlantas Polwiltabes Surabaya AKP Dwi Agung Setyono, SIK juga menjelaskan
keefektifan dari pemberian reward kepada masyarakat sebagai berikut : “Efektitasnya tidak bisa diukur dengan angka tetapi setidaknya dengan
adanya pemberian reward itu memacu masyarakat untuk lebih tertib untuk memacu masyarakat untuk lebih mentaati aturan.”
Wawancara, 11 Maret 2010.
Hal lain juga dinyatakan salah satu informan yang penulis wawancarai yaitu Hari Prihantanto salah satu mahasiswa UBAYA
jurusan Manajemen sebagai berikut : “Pemberian reward ini cukup efektif karena secara tidak langsung
meningkatkan kesadaran masyarakat tertib berlalu lintas dengan pemberian hadiah tersebut walaupun hasil yang diberikan tidak terlalu
besar.” Wawancara, 15 Maret 2010.
Hal senada juga dinyatakan oleh salah satu informan yang diwawancarai oleh penulis yaitu Anggie Nasies pelajar dari SMA IPIEM
Surabaya yang dinyatakan sebagai berikut : Ya cukup efektif, tapi tidak terlalu besar mas dampaknya.”
Wawancara, 15 Maret 2010.
Hal senada juga dinyatakan oleh salah satu informan yang diwawancarai oleh penulis yaitu Nendra dari MACS Mio Adventure
Community Surabaya yang dinyatakan sebagai berikut :
“Menurut saya pemberian reward yang dilakukan oleh polisi kurang efektif dan tidak dapat menekan angka kecelakaan.”
Wawancara, 18 Juni 2010.
Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan reward ini berjalan cukup efektif, namun dampak yang
diberikan hanya sebagian kecil guna menciptakan masyarakat santun berlalu lintas di jalan.
4.2.1.3. Punishment