Misalnya, kebijakan tentang pemberantsan buta huruf diserahkan kepada pemerintah desa.
c. Adanya tujuan yang saling berlawanan.
d. Insentif yang tidak memadai.
Maksudnya, para pelaksana kebijakan merasa bahwa upah tambahan atau insentif untuk melaksanakan kebijakan tidak seimbang dengan
jerih payahnya. Oleh karena itu mereka tidak sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya.
e. Ketidakjelasan arah antara kebijakan dasar dengan kebijakan
implementasinya. f.
Keterbatasan keahlian. Para pelakana kebijakan harus mempunyai keahlian tertentu. tanpa
memiliki keahlian pelaksanaan kebijakan akan gagal. g.
Sumber administrasi yang terbatas. Misal, kebijakan tentang wajib belajar tanpa didukung oleh
sumberdaya yang memadai : tenaga, waktu, biaya, sarana dan prasarana, dan organisasi pendukung.
h. Kegagalan komunikasi.
2.2.3.3. Model-model Implementasi Kebijakan
Dalam implementasi kebijakan ada beberapa bentuk model implementasi yang dikenal. Model ini berguna untuk menyederhanakan
sesuatu bentuk dan memudahkan dalam pelaksanaan kebijakan.
Hogwood dan Gunn dalam Wahab 2005 : 71 mengemukakan model ” Top Down Approach”. Menurut Hogwood dan Gunn, untuk
dapat mengimplementasikan kebijakan secara sempurna perfect impelementation ada 10 sepuluh persyaratan :
a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badaninstansi pelaksana tidak
akan menimbulkan gangguankendala yang serius. b.
Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai.
c. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia.
d. Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu
hubungan kausalitas yang andal. e.
Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit rantai penghubungnya.
f. Hubungan saling ketergantungan harus kecil.
g. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.
h. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.
i. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.
j. Pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dapat menuntut dan
mendapatkan yang sempurna. Van Meter dan Van Horn dalam Wahab 2005 : 78 yang
mengemukakan “a model of the policy implementation process” model proses implementasi kebijakan. Dimana ada enam variable yng
digunakan yaitu :
a. Ukuran dan tujuan kebijaksanaan.
b. Sumber-sumber kebijaksanaan.
c. Ciri-ciri atau sifat badaninstansi pelaksana.
d. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan
pelaksanaan. e.
Sikap para pelaksana, dan f.
Lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Van Meter dan Van Horn dalam terorinya ini beranjak dari suatu
argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijaksanaan yang akan dilaksanakan.
Gambar 1. Model Proses implementasi Kebijaksanaan
Komunikasi antar organisasi dan Kegiatan Pelaksanaan
Ukuran dan tujuan kebijaksanaan
Sumber-sumber kebijaksanaan
Ciri Badan Pelaksana
Sikap Para Pelaksana
Lingkungan Ekonomi, Sosial
dan Politik Prestasi
Kerja
Sumber : Van Meter dan Van Horn 2005
Variabel-variabel kebijaksanaan bersangkut paut dengan tujuan- tujuan yang telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat
perhatian pada badan-badan pelaksana meliputi organisasi formal maupun informal sedangkan komunikasi antar organisasi terkait
beserta kegiatan-kegiatan pelaksananya mencakup antar hubungan di dalam lingkungan sistem politik dan dengan kelompok-kelompok
sasaran. Akhirnya pusat perhatian pada sikap para pelaksana mengantar kita pada telaah mengenai orientasi dari mereka yang mengoperasional
program di lapangan.
2.2.4. Evaluasi Kebijakan