Sukses dan Gagalnya Pelaksanaan Kebijakan

Berdasakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan sebuah proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

2.2.3.2. Sukses dan Gagalnya Pelaksanaan Kebijakan

Semua kebijakan yang telah ditetapkan diharapkan sukses dilaksanakan. Tetapi dalam kenyataannya banyak kebijakan yang gagal dilaksanakan. Untuk itu, menurut Nurcholis 2002 : 7.11 agar kebijakan dapat dilaksanakan dengan baik maka kebijakan hendaknya: a. Dirancang sesuai dengan kerangka acuan dan teori yang kuat. b. Disusun korelasi yang jelas antara kebijakan dan implementasinya. c. Ditetapkan adanya organisasi yang mengkoordinir pelaksanaan kebijakan sehingga proses implementasi kebijakan dapat berjalan dengan baik. d. Dilakukan sosialisasi kebijakan yang dapat diterapkan sampai organisasi pelaksana tingkat terbawah street level bureaucracy. e. Dilakukan pemantauan secara terus menerus Monitoring. f. Diberi bobot yang sama penting antara kebijakan dan implementasinya. Disamping itu, sukses tidaknya implementasi kebijakan menurut Nurcholis 2002 : 7.11 juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi sebagai berikut : a. Dukungan dan penolakan dari lembaga eksternal. Jika lembaga eksternal mendukung maka pelaksanaan kebijakan akan berhasil. Sebaliknya jika menolak maka pelaksanaan kebijakan akan gagal. b. Ketersediaan waktu dan sumberdaya yang cukup. c. Dukungan dari berbagai macam sumberdaya yang ada. d. Kemampuan pelaksana kebijakan menganalisis kausalitas terhadap persoalan yang timbul dari pelaksanaan kebijakan. e. Kepatuhan para pelaksana kebijakan terhadap kesepakatan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam koordinasi. Meskipun kebijakan pemerintah sudah dirancang sedemikian rupa tapi masih juga terdapat kemungkinan gagal dalam pelaksanaannya. Adapun hal-hal yang membuat suatu kebijakan pelaksanaan kebijakan gagal menurut Nurcholis 2002 : 7.11 adalah sebagai berikut : a. Kebijakan yang dibuat spesifikasinya tidak lengkap. Maksudnya, kebijakan yang dibuat tidak dirinci spesifikasinya secara lengkap. Akibatnya para pelaksananya bingung dan membuat penafsiran sendiri-sendiri. b. Instansi yang ditunjuk untuk melaksanakan kebijakan tidak cocok. Misalnya, kebijakan tentang pemberantsan buta huruf diserahkan kepada pemerintah desa. c. Adanya tujuan yang saling berlawanan. d. Insentif yang tidak memadai. Maksudnya, para pelaksana kebijakan merasa bahwa upah tambahan atau insentif untuk melaksanakan kebijakan tidak seimbang dengan jerih payahnya. Oleh karena itu mereka tidak sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya. e. Ketidakjelasan arah antara kebijakan dasar dengan kebijakan implementasinya. f. Keterbatasan keahlian. Para pelakana kebijakan harus mempunyai keahlian tertentu. tanpa memiliki keahlian pelaksanaan kebijakan akan gagal. g. Sumber administrasi yang terbatas. Misal, kebijakan tentang wajib belajar tanpa didukung oleh sumberdaya yang memadai : tenaga, waktu, biaya, sarana dan prasarana, dan organisasi pendukung. h. Kegagalan komunikasi.

2.2.3.3. Model-model Implementasi Kebijakan