Pengaturan Arus Lalu lintas

Berikut ini merupakan hasil dari penelitian secara rinci tentang strategi-strategi yang dilakukan oleh Satlantas Polwiltabes Kota Surabaya, dalam menciptakan masyarakat santun berlalu lintas dijalan.

4.2.1.1. Pengaturan Arus Lalu lintas

Pelaksanaan pengaturan arus lalu lintas disini merupakan salah satu bentuk upaya dari Satlantas Polwiltabes Kota Surabaya sebagai pelindung dan pengayom masyarakat yang berperan langsung di bidang lalu lintas dalam menekan angka kecelakaan yang terjadi akhir-akhir ini. Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan key person yaitu Kanit Dikyasa Satlantas Polwiltabes Surabaya AKP Dwi Agung Setyono, SIK diketahui bahwa tujuan dari pengaturan arus lalu lintas adalah sebagai berikut : “Menertibkan masyarakat, mengarahkan masyarakat sehingga terciptanya suatu ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Sehingga tidak terjadi kesemwrautan dan dapat meminimalisir kecelakaan.” Wawancara, 11 Maret 2010. Hal senada juga dinyatakan oleh IPTU I Gusti M.M selaku Kepala Unit Patroli Satlantas Polwiltabes Surabaya, sebagai berikut : “Tujuan dilakukannya pengaturan arus lalu lintas itu mas untuk menertibkan dan mengarahkan masyarakat di dalam berlalu lintas jadi lalu lintas lancar dan keadaan jalan menjadi tertib.” Wawancara, 18 Juni 2010. Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan diadakannya pengaturan arus lalu lintas diharapkan mampu menciptakan masyarakat santun berlalu lintas di jalan sehingga masyarakat dapat tertib berlalu lintas. Dan Key person kami yaitu Kanit Dikyasa Satlantas Polwiltabes Surabaya AKP Dwi Agung Setyono, SIK juga menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengaturan arus lalu lintas sebagai berikut : “Ada 12 gerakan yang harus dikuasai oleh polisi untuk mengatur arus lalu lintas dan komunikasi antara penggal satu dengan penggal-penggal lainnya agar tercipta sinergi dan kesinambungan agar tidak krodit dan adanya satu komando. Wawancara, 11 Maret 2010. Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mekanisme di dalam pengaturan arus lalu lintas ada 12 gerakan di dalam pengaturan arus lalu lintas dan diperlukan adanya kordinasi antara petugas satu dengan lainnya agar tercipta sinergi dan kesinambungan di dalam pengaturan arus lalu lintas. Hal lain dinyatakan oleh IPTU I Gusti M.M selaku Kepala Unit Patroli Satlantas Polwiltabes Surabaya, sebagai berikut : “Yang pertama mas pembagian pos-pos waktu pelaksanaan pengaturan lalu lintas, setelah itu penentuan lokasi pengaturan arus lalu lintas dan di dalam penentuan ini dilihat dimana lokasi yang rawan akan kecelakaan dan rawan akan kemacetan, dan setelah itu baru pembagian personil di tiap-tiap lokasi.” Wawancara, 18 Juni 2010. Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mekanisme di dalam pengaturan arus lalu lintas yang pertama adalah pembagian pos, setelah itu penentuan lokasi pengaturan arus lalu lintas dan yang terakhir pembagian personil di tiap-tiap lokasi pengaturan arus lalu lintas. Dan Key person kami yaitu Kanit Dikyasa Satlantas Polwiltabes Surabaya AKP Dwi Agung Setyono, SIK juga menjelaskan waktu pelaksanaan pengaturan arus lalu lintas sebagai berikut : “Untuk waktu pelaksanaan pengaturan arus lalu lintas itu mas sebagai berikut : a. Pos awal jam 05.30-09.00 melibatkan seluruh polisi lalu lintas b. Pos akhir jam 16.00-19.00 melibatkan seluruh polisi lalu lintas Selain itu disetiap penggal jalan juga ditempatkan petugas selama 24 jam.” Wawancara, 11 Maret 2010. Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa waktu di dalam pengaturan arus lalu lintas dilakukan pada jam- jam efektif masyarakat melakukan aktivitas berkendara dan di dalam pengaturannya pun melibatkan seluruh personil polisi lalu lintas. Selain itu Key person kami yaitu Kanit Dikyasa Satlantas Polwiltabes Surabaya AKP Dwi Agung Setyono, SIK juga menjelaskan penentuan lokasi pelaksanaan pengaturan arus lalu lintas sebagai berikut : “Untuk lokasi pengaturan arus lalu lintas yaitu a. JL. Ahmad yani b. JL. Raya Darmo c. JL. Basuki rahmat d. JL. Urip sumoharjo e. JL. Embong malang f. JL. Prapen g. JL. Tunjungan h. JL. Gubernur suryo i. JL. Panglima sudirman. Dan untuk penentuan lokasi cara kita adalah dengan melihat PH police hasat dan PH disini adalah suatu keadaan yang dibutuhkannya suatu keberadaan polisi dan kita melihat titik mana yang rawan macet dan titik mana yang rawan kecelakaan itu yang jadi prioritas salah satunya dengan melihat di pos-pos lalu lintas.” Wawancara, 11 Maret 2010. Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penentuan lokasi – lokasi pelaksanaan pengaturan arus lalu lintas dilihat dari lokasi atau titik-titik jalan mana yang rawan akan terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas. Selain itu Key person kami yaitu Kanit Dikyasa Satlantas Polwiltabes Surabaya AKP Dwi Agung Setyono, SIK juga menjelaskan manfaat yang akan diterima kepada masyarakat jika dilakukannya pengaturan lalu lintas sebagai berikut : “Saya rasa manfaatnya sangat besar terbukti begini walaupun disitu sudah ada alat pengatur arus lalu lintas seperti lampu merah itu masyarakat masih mehendaki adanya keberadaan pak polisi yang mengatur, masyarakat Indonesia mungkin budayanya seperti itu kalo tidak ada pak polisi oh agak maju2 antrinya tidak mau dibelakag marka. Dan jika dilihat manfaatnya sangatlah besar untuk masyarakat.“ Wawancara, 11 Maret 2010. Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas menjelaskan bahwa menfaat yang akan diterima masyarakat jika dilakukannya pengaturan arus lalu lintas sangatlah besar walaupun di jalan-jalan tertentu sudah ada alat pengatur arus lalu lintas. Hasil yang didapatkan dari pengaturan arus lalu lintas dapat dirasakan salah satu informan yang penulis wawancarai yaitu Hari Prihantanto salah satu mahasiswa UBAYA jurusan Manajemen dan pernyataan yang dinyatakan sebagai berikut : “Kalo menurut saya pengaturannya cukup tanggap, karena jika polisi tidak tanggap maka akan terjadi kemacetan dan selama perjalanan saya setiap hari lumayan tidak terhambat karena adanya lantas yang mengatur” Wawancara, 15 Maret 2010. Hal senada dinyatakan salah satu informan kami yaitu ibu Zaenal yaitu ibu rumah tangga yang berpendapat bahwa : “Sudah cukup kok mas pengaturan lalu lintas yang dilakukan sama polisi, jadi menurut saya pengaturannya sudah bagus.” Wawancara, 19 Juni 2010. Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan diadakannya pengaturan arus lalu lintas masyarakat dapat merasakan manfaat yang ada. Namun pendapat tersebut berbeda dengan pendapat dari salah satu informan kami yaitu Anggie Nasies pelajar dari SMA IPIEM Surabaya yang berpendapat bahwa : “Menurut saya kinerja dari Satlantas kurang baik dan efektif dan Saya belum merasakan apa-apa dari kinerja satlantas karena banyaknya kecelakaan yang terjadi karena kelalaian petugas.” Wawancara, 15 Maret 2010. Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan diadakannya pengaturan arus lalu lintas kepada masyarakat tidak dapat dirasakan manfaatnya oleh salah satu informan yang diwawancarai dengan alasan karena kurangnya kinerja dari Satlantas Polwiltabes Kota Surabaya. Namun hal ini disadari oleh personil yang ada sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan key person yaitu Kanit Dikyasa Satlantas Polwiltabes Surabaya AKP Dwi Agung Setyono, SIK yaitu “Memang jumlah personil yang ada masih kurang tapi dengan jumlah yang ada kita maksimalkan kinerja kita secara hitungan kuantitas masih kurang tetapi kualitas kita semaksimal mungkin bekerja secara optimal dan kendala dilapangan memang kita kekurangan alat komunikasi yaitu HT.” Wawancara, 11 Maret 2010. Berdasarkan pengamatan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kendala yang terjadi pada saat ini adalah kurangnya jumlah personil dan alat komunikasi yang ada sehingga di dalam pengaturan arus lalu lintas kurang adanya koordinasi yang jelas antara personil satu dengan lainnya namun dengan komitmen yang ada pihak polisi lalu lintas tetap konsisten dan bekomitmen untuk menjaga kualitas yang ada guna menuju cita-cita yang diinginkan yaitu menciptakan masyarakat santun berlalu lintas di jalan.

4.2.1.2. Reward