Body Fat Percentage Obesitas

diperbolehkan menempatkan caliper di dalam lubang tali pusar Indriati, 2010. Gambar 5. Teknik pengukuran abdominal skinfold thickness

B. Body Fat Percentage

Body fat percentage menggambarkan jumlah lemak di dalam tubuh secara langsung yang dinyatakan dalam persen Kopelman, Caterson, and Dietz, 2010. Body fat percentage dijadikan sebagai metode untuk memprediksi obesitas karena mudah dalam pelaksanaannya dan ekonomis Deurenberg, Deurenberg- Yap, Wang, Lin, and Schmidt, 2000. Jumlah lemak di dalam tubuh tidak dapat ditentukan dengan pasti, artinya kita hanya dapat memperkirakan jumlah lemak yang ada di dalam tubuh. Jumlah lemak di dalam tubuh dapat diperkirakan dengan menggunakan metode skinfold thickness. Skinfold thickness paling sering digunakan karena ekonomis, portable, dan mudah dalam pelaksanaannya Bray and Bouchard, 2005. Body fat percentage dengan metode skinfold thickness diperoleh dari hasil konversi tebal lipatan lemak pada bagian yang diukur de Menezes, et al., 2012. Nilai body fat percentage dapat dihitung menggunakan beberapa formula tergantung dari variabel yang diperoleh berdasarkan metode yang digunakan Arisman, 2013. Menurut Jackson, et al., cit., Eston and Reilly, 2009, formula yang digunakan untuk menghitung body fat percentage pada wanita dengan tiga titik pengukuran skinfold thickness yaitu sebagai berikut: Body fat percentage sering dijadikan sebagai penanda obesitas dibandingkan body mass index. Body mass index bukan merupakan suatu pengukuran langsung terhadap adipositas dan tidak dapat dipakai pada individu dengan body mass index yang tinggi akibat besarnya massa otot Guyton and Hall, 2006. Tabel I. Kriteria nilai body fat percentage wanita Hoeger and Hoeger, 2014 ≥ 40 tahun Underweight 12 Normal 20,0-30,0 Overweight 30,1-35,0 Obese ≥ 35,1

C. Obesitas

Obesitas adalah kelebihan lemak di dalam tubuh. Obesitas disebabkan oleh genetik, gaya hidup tidak aktif, pengaturan makanan yang tidak baik, dan kelebihan nutrisi Dipiro, et al., 2008. Obesitas dapat dinilai dari body fat percentage. Sesorang dikatakan mengalami obesitas jika body fat percentage ≥ 31,1 pada pria dan ≥ 35,1 pada wanita umur ≥ 40 tahun Hoeger and Densitas badan wanita = 1,099421 – 0,0009929 ∑3 F + 0,0000016 ∑3 F 2 – 0,0001392 umur,tahun Body fat percentage = [4,95 Densitas badan – 4,5] x 100 Keterangan : ∑3 F = Jumlah 3 bagian skinfold thickness yang diukur pada wanita Hoeger, 2014; Guyton and Hall, 2006. Obesitas timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara energi yang keluar dari tubuh. Energi makanan yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah besar akan disimpan sebagai lemak. Jaringan lemak tersebut akan tersimpan dalam adiposity jaringan subkutan dan pada rongga intraperitoneal Guyton and Hall, 2006; Porth and Matfin, 2009. Obesitas merupakan faktor risiko DM tipe 2. Obesitas dibagi menjadi dua berdasarkan letak distribusi lemak yaitu upper body obesity dan lower body obesity. DM tipe 2 lebih disebabkan karena distribusi lemak berlebih pada daerah “upper body” central, abdominal, visceral gambar 6. Lower body obesity kurang berkaitan dengan komplikasi metabolik penyebab DM tipe 2 Porth and Matfin, 2009; Vague cit., International Chair on Cardiometabolic Risk, 2014. Pengaruh obesitas terhadap DM tipe 2 diawali dengan penurunan sensitifitas insulin yang berujung pada resistensi insulin Dipiro, et al., 2008; American Diabetes Association, 2010. Pengaruh obesitas terhadap sensitifitas insulin yang merupakan penanda DM tipe 2 adalah sebagai berikut: Gambar 6. Upper body obesity “apple obesity” Porth and Matfin, 2009 1. Pada kondisi obesitas produksi adiponektin dan adipokin lainnya menurun. Adiponektin bekerja untuk meningkatkan sensitifitas terhadap insulin dengan meningkatkan efek insulin. Penurunan jumlah adiponektin dan adipokin lainnya akan berakibat pada menurunnya sensitifitas insulin sehingga efek insulin menjadi lemah; 2. Pada kondisi obesitas jumlah jaringan lemak meningkat. Jaringan lemak dapat menghasilkan hormon resistin yang mendorong resistensi insulin dengan mengganggu kerja insulin; 3. Asam - asam lemak bebas yang dihasilkan meningkat akibat meningkatnya jaringan lemak. Asam - asam lemak tersebut dapat menumpuk secara abnormal pada otot sehingga menggangu kerja dari insulin Sherwood, 2011.

D. HbA1c