Perumusan masalah Keaslian penelitian

penelitian yang dilakukan oleh Gomez-Ambrosi, Silva, Escalda, Santos, Gil, Valenti, et al. 2011, yaitu body fat percentage dapat membantu memprediksi risiko mengalami DM tipe 2. Berdasarkan uraian keterkaitan tingginya persentase penyandang DM tipe 2 dengan obesitas dan berdasarkan hasil penelitian - penelitian sebelumnya, mengenai hubungan body fat percentage dengan keadaan hiperglikemia dan DM tipe 2, penulis tertarik untuk melakukan identifikasi apakah terdapat korelasi bermakna antara body fat percentage sebagai salah satu parameter penilaian obesitas, terhadap parameter penilaian DM tipe 2 yaitu HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai hubungan body fat percentage dengan HbA1c.

1. Perumusan masalah

Apakah terdapat korelasi bermakna antara body fat percentage terhadap HbA1c pada staf wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan hasil pencarian informasi terkait penelitian mengenai korelasi body fat percentage terhadap HbA1c yang pernah dilakukan sebelumnya, ditemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian - penelitian tersebut adalah sebagai berikut: a. “The Relation of Body Fat Distribution and Body Mass With Haemoglobin A 1c , Blood Preassure and Blood Lipids in Urbans Japanese Men” Iso, Kiyama, Naito, Sato, Kitamura, Iida, et al., 1990. Penelitian yang dilakukan oleh Iso, et al. 1990 melibatkan 874 responden pria pada rentang umur 40 - 59 tahun. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara body fat distribution dan body mass index terhadap A 1c , tekanan darah, dan kadar lipid di dalam darah. Parameter body fat distribution yang digunakan adalah rasio lingkar pinggang panggul. Hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan yang signifikan antara body fat distribution dengan A 1c p = 0,02 dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara body mass index dengan A 1c p = 0,32. b. “Associations of Body Composition With Type-2 Diabetes Mellitus” Han, Feskens, Lean, and Seidell, 1998. Penelitian yang dilakukan oleh Han, et al. 1998 merupakan penelitian cross sectional yang melibatkan 5887 responden pria dan 7018 responden wanita, pada rentang umur 20 - 59 tahun yang diambil secara random. Hasil penelitian ini adalah body compositions mempunyai korelasi signifikan dengan DM tipe 2 p 0,01. Korelasi yang terjadi adalah tingginya nilai body mass index BMI OR 4,1 95 Cl: 2,0 - 8,4 pada pria dan OR 2,1 95 Cl: 1,0 - 4,2 pada wanita, rasio lingkar pinggang panggul OR 18,4 95 Cl: 4,3 - 78,5 pada pria dan OR 5,3 95 Cl: 2,0 - 14,0 pada wanita, dan lingkar pinggang OR 4,9 95 Cl: 2,1 - 11,7 pada pria dan OR 2,7 95 Cl: 1,2 - 5,9 pada wanita akan berdampak pada tingginya risiko mengalami DM tipe 2. c. “Relationships of Age, Menopause and Central Obesity on Cardiovascular Disease Risk Factors in Chinese Wo man” Chang, Wu, Yao, Yang, Wu, and Lu, 2000. Penelitian yang dilakukan oleh Chang, et al. 2000 merupakan penelitian cross sectional yang melibatkan 136 responden wanita Chinese premenopausal dan 193 wanita Chinese postmenopausal dengan body mass index 30kgm 2 . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan umur dan status menopause terkait dengan perubahan obesitas general body fat percentage dan body mass index dan obesitas sentral rasio lingkar pinggang panggul dan centrality index terhadap faktor risiko kardiovaskular yang diukur adalah tekanan darah, uji toleransi glukosa, HbA1c, dan profil lipid. Hasil penelitian adalah penuaan, status menopause, dan obesitas sentral mempunyai hubungan yang lebih signifikan terhadap faktor risiko kardiovaskular dibandingkan dengan wanita premenopause dan obesitas general. d. “Body Fat Distribution and Risk of Type 2 Diabetes in the General Population: are There Differences Between Men and Women? The MONICAKORA Augsburg Cohort Study 1’2’3” Meisinger, Doring, Thorand, Heier, and Lowel, 2006. Penelitian yang dilakukan oleh Meisinger, et al. 2006 merupakan penelitian cohort study prospektif yang melibatkan 3055 responden pria dan 2957 responden wanita pada rentang umur 35 - 74 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji relevansi body fat terhadap perkembangan diabetes melitus tipe 2. Hasil yang diperoleh adalah body fat sangat terkait dengan perkembangan diabetes melitus tipe 2. e. “Body Adiposity and Type 2 Diabetes : Increased Risk With a High Percentage Even Having a Normal BMI ” Gomez-Ambrosi, et al., 2011. Penelitian yang dilakukan oleh Gomez-Ambrosi, et al. 2011 merupakan penelitian cross sectional yang melibatkan 4828 responden berkulit putih 587 normal, 1320 overweight, dan 2921 obese berdasarkan klasifikasi BMI, dengan 66 adalah perempuan pada rentang umur 18 - 80 tahun. Hasil penelitian ini adalah body fat percentage mengalami kenaikan yang signifikan pada pria P = 0,008 dan wanita P 0,0001 prediabetes atau DM tipe 2 dengan kategori normal menurut BMI. Kesimpulan dari penelitian ini adalah body fat percentage dapat membantu mediagnosa DM tipe 2 di luar informasi yang diberikan oleh BMI. f. “Body Mass Index, Waist Circumference, Body Fat, Fasting Blood Glucosa in a Sample of Moroccan Adolescents Aged 11-17 Years” Mehdad, Hamrani, Kari, Hamdouchi, Barakat, Mzibri, et al., 2012. Penelitian yang dilakukan oleh Mehdad, et al. 2012 bertujuan untuk menilai hubungan antara body fat terhadap body mass index BMI dan waist circumference WC, serta bertujuan untuk menguji efektivitas fat mass FM, percent of body fat PBF, BMI, dan WC dalam memprediksi kenaikan kadar glukosa darah puasa FBG. Penelitian ini melibatkan 167 responden remaja laki - laki dan perempuan pada rentang umur 11 - 17 tahun. Hasil penelitian adalah terdapat korelasi positif antara FM dan PBF dengan BMI dan terdapat korelasi signifikan antara FM dan PBF dengan WC pada anak laki - laki dan perempuan. Hasil penelitian ini juga menunjukan FBG berkorelasi dengan FM dan PBF pada anak perempuan. Kesimpulannya adalah FM dan PBF dapat digunakan sebagai prediktor kelebihan lemak tubuh dan mengalami kenaikan kadar glukosa darah puasa. g. “Obesity Indicators by RaceEthnicity for Diagnosis of Cardiometabolic Diseases for a US Representative Sample of Adults” Vaccaro and Huffman, 2013. Penelitian yang dilakukan oleh Vaccaro and Huffman 2013 melibatkan 8850 responden pria dan wanita umur ≥ 21 tahun dengan 4 rasetnik yaitu Mexican Americans, other Hispanics, Black non-Hispanics, dan White non- Hispanics. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah indikator obesitas memiliki hubungan dengan penyakit kardiometabolik dan apakah perbedaan rasetnik mempengaruhi efek indikator obesitas terhadap penyakit kardiometabolik. Indikator obesitas yang digunakan adalah subscapular skinfold thickness, triceps skinfold thickness, body mass index, dan lingkar pinggang. Kardiometabolik yang dinilai adalah hiperglikemia, hipertensi, dan dislipidemia. Hasil yang diperoleh adalah perbedaan rasetnik tidak mempengaruhi efek indikator obesitas terhadap penyakit kardiometabolik, terdapat hubungan yang signifikan antara subscapular skinfold thickness, lingkar pinggang, dan obesitas sentral terhadap hiperglikemia, hipertensi, dan dislipidemia, terdapat hubungan yang signifikan antara body mass index dengan hiperglikemia, dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara triceps skinfold thickness terhadap hiperglikemia, hipertensi, dan dislipidemia. h. “Hubungan Obesitas Dengan Kadar HbA1c Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Provinsi Lampung” Putri dan Larasati, 2013. Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Larasati 2013 merupakan penelitian analitik dengan desain potong lintang menggunakan teknik accidental sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 46 orang pasien diabetes melitus tipe 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan obesitas dengan kontrol glikemik pasien diabetes melitus tipe 2 yang diukur melalui pemeriksaan HbA1c. Hasil penelitian adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan kadar HbA1c. i. “Korelasi Body Mass Index BMI dan Abdominal Skinfold Thickness Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa” Pika, 2011. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 57 orang dengan umur 39 ± 5 tahun. Taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95. Uji statistik korelasi Spearman menunjukan tidak ada korelasi bermakna antara BMI dengan kadar glukosa darah puasa P = 0,141 dan antara abdominal skinfold thickness dengan kadar glukosa darah puasa p = 0,077. j. “Korelasi Body Mass Index BMI dan Percent Body Fat BF Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Mahasiswa dan Mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” Kusumasari, 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi positif antara BMI dan BF terhadap kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa dan mahasiswi di kampus III Universitas Sanata Dhrama Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional dan teknik pengambilan sampel adalah non-random dengan jenis purposive sampling. Penelitian ini melibatkan 124 mahasiswa dan mahasiswi kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengukuran yang dilakukan adalah skinfold thickness triceps, abdominal, dan suprailiac, berat badan, tinggi badan, dan glukosa darah puasa. Hasil penelitian ini adalah terdapat korelasi positif tidak bermakna antara BMI dengan glukosa darah puasa pada pria dan wanita r = 0,061; p = 0,652 dan r =0,105; p = 0,400 dan korelasi positif tidak bermakna antara BF dengan glukosa darah puasa pada pria dan wanita r = 0,087; p = 0,521 dan r = 0,084; p = 0,500. k. “Korelasi Abdominal Skinfold Thickness dan Body Mass Index Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Kabupaten Temanggung” Ludji, 2014. Penelitian yang dilakukan oleh Ludji 2014 merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Responden penelitian adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung berjumlah 98 orang, terdiri dari 39 pria dan 59 wanita yang dipilih menggunakan teknik non- random purposive sampling. Data abdominal skinfold thickness, body mass index, dan kadar glukosa darah puasa yang diperoleh, dianalisis secara statistik menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk untuk pria dan Kolmogorov-Sminorv untuk wanita, uji Man-Whitney, serta uji korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95. Hasil penelitian adalah terdapat korelasi tidak bermakna abdominal skinfold thickness terhadap kadar glukosa darah puasa pada responden pria p = 0,330; r = -0,160 dan korelasi bermakna pada wanita p = 0,002; r = - 0,190. Terdapat korelasi tidak bermakna body mass index terhadap kadar glukosa darah puasa pada responden pria p = 0,248; r = -0,190 dan responden wanita p = 0,957; r = 0,007 di RSUD Kabupaten Temanggung.

3. Manfaat penelitian