1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran tekanan darah : a. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada posisi duduk atau berbaring
posisi lengan tangan harus dapat diletakkan dengan santai. b. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan memberikan angka yang
agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring meskipun selisihnya relatif kecil.
c. Tekanan darah juga dipengaruhi kondisi saat pengukuran. Pada orang yang bangun tidur, akan didapatkan tekanan darah paling rendah. Tekanan darah
yang diukur setelah berjalan kaki atau aktifitas fisik lain akan memberi angka yang lebih tinggi. Merokok atau minum kopi akan menyebabkan tekanan darah
sedikit naik. d. Ukuran manset harus sesuai dengan lingkar lengan, bagian yang mengembang
harus melingkari 80 lengan dan mencakup dua pertiga dari panjang lengan atas Lany, 2005.
F. Landasan Teori
Tekanan darah merupakan desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah dipompa dari jantung menuju jaringan. Hipertensi merupakan suatu
keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah secara persisten melebihi batas normal dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti stroke, hipertrofi vertikel dan gagal
ginjal Departemen Kesehatan, 2012. Berdasarkan ESH dan ESC hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah sistolik yang ≥140mmHg dan tekanan diastoliknya
≥90mmHg secara berkala dalam keadaan istirahat Mancia, et al., 2013. Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, jenis kelamin, BMI, pola
makan konsumsi garam dan komsumsi makanan berlemak, aktivitas fisik olahraga, kebiasaan merokok, komsumsi alkohol, dan penyakit penyerta
Rahajeng dan Tuminah, 2009. Tekanan darah seseorang dapat dikatakan normal apabila
tekanan darah sistolik tidak melebihi 140mmHg dan tekanan darah diastolik tidak melebihi 90mmHg dalam keadaan sedang istirahat Departemen Kesehatan RI, 2012
Usia merupakan salah satu faktor risiko dari hipertensi. Daya tahan tubuh akan semakin menurun dengan bertambahnya usia, tetapi penurunan daya tahan tubuh
ini dapat berkurang apabila seseorang berolahraga secara teratur. Pada usia 45 tahun secara fisiologis tubuh mulai mengalami penurunan fungsi organ Kumar, et al.,
2005. Aktifitas fisik olahraga memiliki pengaruh pada semua komponen kesegaran jasmani, latihan fisik dapat dilakukan dengan melakukan aerobic. Aerobic secara
teratur dapat mempengaruhi atau meningkatkan daya tahan kardiovaskular dan mempengaruhi adanya lemak di dalam tubuh dan dapat mengurangi obesitas pada
seseorang Sugiharto, 2007. Laki-laki perokok memiliki risiko lebih besar terkena hipertensi. Rokok mengandung nikotin yang dapat diserap oleh tubuh sampai keotak.
Otak akan bereaksi terhadap zat nikotin dengan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal agar melepaskan epinefrin adrenalin. Penyempitan pembuluh darah
menyebabkan peningkatan kerja jantung sehingga tekanan darah meningkat hal ini dapat terjadi akibat reaksi nikotin dan otak yang merangnsang pelepasan adrenalin.
Hal ini juga didukung dengan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Penyakit penyerta menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi yaitu penyakit yang berhubungan dengan
kerja kardiovaskular Sheps and Sheldon, 2005. Masyarakat yang akan diteliti yaitu masyarakat di Padukuhan Jragung.
Hasil wawancara dengan kepala dukuh berdasarkan data pengobatan yang pernah dilakukan di Padukuhan Jragung menunjukkan prevalensi hipertensi cukup
tinggi. Populasi di padukuhan Jragung dengan usia ≥40 tahun berjumlah 386 orang. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran
responden terhadap hipertensi, dan terapi pengendalian tekanan darah serta melakukan evaluasi terhadap pengaruh faktor risiko kesehatan BMI, pola makan
terkait asupan garam dan komsumsi makanan berlemak, aktivitas fisik olahraga, aktivitas merokok, komsumsi alkohol dan penyakit penyerta terhadap prevalensi,
kesadaran dan terapi hipertensi yang dilakukan pada masyarakat di Padukuhan Jragung Kabupaten Sleman.
G. Hipotesis