Data tersebut menunjukkan kurang dari 10 yang tekanan darah terkontrol dengan baik Bustan, 1997. The Rule of halves dapat digunakan dalam penelitian bidang
hipertensi Hooker, Cowab, and Freeman, 1999. The Rule of halves merupakan teori yang menyajikan median dalam statistik terdapat cakupan populasi setengah dari
populasi pasien tidak diketahui oleh pelayanan kesehatan belum terdiagnosis, setengah dari populasi hipertensi yang tidak menerima terapi pengobatan dan
setengah dari mereka diperlakukan terapi, setengah dari pasien yang terapi sampai kontrol, tidak sampai kontrol Deepa, et al., 2003.
D. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Tujuan pengobatan pada penderita hipertensi :
a. Target tekanan darah 14090mmHg, untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes mellitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah 13080mmHg.
b. Penurunan morbiditas, mortalitas kardiovaskuler dan menghambat laju penyakit ginjal.
c. Tekanan darah sistolik merupakan indikasi yang baik untuk risiko
kardiovaskuler dari pada tekanan darah diastolik dan seharusnya dijadikan tanda klinik primer dalam mengontrol hipertensi Sukandar, dkk., 2008.
2. Terapi farmakologi
Obat antihipertensi untuk mengobati hipertensi dan yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular serta memiliki risiko terkena stroke
maupun miokard infark. Golongan obat hipertensi yang bisa digunakan antara lain
golongan Diuretik, Angiotensin Converting Enzyme ACE Inhibitor seperti Captopril
®
, Angiotensin Reseptor Bloker ARB atau AIIRA seperti, Calcium Chanel Bloker
CCB, dan golongan obat lainnya. Obat hipertensi dapat diberikan dengan kombinasi Purwanto, 2008.
Gambar 3.
Pengobatan farmakologi pada hipertensi Wells, Dipiro, Schwinghammer, and Dipiro, 2009
Diuretik mekanisme kerjanya menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis. Pengurangan volume plasma dan stroke volume SV
berhubungan dengan diuresis dalam penurunan curah jantung cardiac output CO dan tekanan darah. ACE membatu produksi angiotensin II yang memiliki peran
dalam regulasi tekanan darah arteri. Inhibitor ACE ACE-I mencegah perubahan angiotensin
I menjadi angiotensin II vasokonstriktor potensial dan stimulus sekresi aldosteron. ACE-I juga dapat mencegah degradasi bradikinin dan
menstimulasi sintesis senyawa vasodilator termasuk prostaglandin E
2
ARB mekanisme kerjanya menahan langsung reseptor angiotensin tipe 1 AT
1
reseptor yang menghubungkan efek angiotensin II vasokontriksi, pelepasan aldosterone,
aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik dan kontriksi arteriol eferen glomerulus Wells, et al., 2009.
β-Bloker mekanisme kerjanya menurunkan curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung serta inhibisi pelepasan renin dari
ginjal. CCB mekanisme kerjanya menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan voltage
sensitive , sehingga dapat mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam
sel. Relaksasi otot polos vascular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridin dapat
menyebabkan aktifitas reflex simpatetik dan semua golongan obat ini kecuali amlodipine memberikan efek inotropatik negatif Wells, et al., 2009.
3. Terapi Non Farmakologi