gangguan fungsi renal, diabetes melitus, kolesterol dan iskemi. Pada kondisi ini dapat menggangu tekanan darah pada tubuh, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi Price and Wilson, 2005.
Hasil analisis statistik faktor risiko kesehatan BMI, pola makan asupan garam dan komsumsi makanan berlemak, merokok, aktivitas fisik olahraga, dan
penyakit penyerta berbeda tidak bermakna terhadap prevalensi hipertensi dengan nilai p0,05 yang menunjukkan bahwa hipotesis peneliti tidak dapat diterima karena
tidak dapat dibuktikan adanya perbedaan yang bermakna pada faktor risiko kesehatan terhadap hipertensi.
2. Analisis hubungan perbedaan faktor risiko kesehatan dengan kesadaran
hipertensi
Tabel XI. Hubungan perbedaan faktor risiko kesehatan terhadap kesadaran hipertensi di
Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta tahun 2014
Variabel Sadar
Hipertensi n
Tidak Sadar Hipertensi n
p OR 95CI
BMI ≥25
25 19
69 10
48 0,519
1,322 0,565-3,092
Pola makan: Asupan garam tinggi
Ya Tidak
Makanan berlemak Ya
20 68
12 13
45
5 0,965
0,355 0,982
0,444-2,172
0,597 Tidak
76 53
0,199-1,796
Tidak olahraga Ya
Tidak 60
28 11
47 0,086
1,994 0,900-4,416
Tabel XI. Lanjutan
Merokok Ya
Tidak 14
74 11
47 0,631
0,808 0,339-1,930
Penyakit penyerta Ya
Tidak 10
78 2
56 0,088
3,590 0,757- 17,023
Nilai p0,05 dengan uji Chi-Square hipotesis penelitian ditolak Nilai p0,05 dengan uji Chi-Square hipotesis penelitian diterima
a. BMI
Penelitian terkait hubungan antara faktor risiko BMI terhadap kesadaran hipertensi, dapat dilihat pada Tabel XI. Berdasarkan hasil analisis statistik
menunjukkan berbeda tidak bermakna antara faktor risiko BMI terhadap kesadaran hipertensi ditunjukkan dengan nilai p=0,519 OR 1,322 95 CI 0,565-3,092 sebaran
data melebar sampai batas bawah 1 yang artinya OR tidak bermakna. b.
Pola makan asupan garam dan komsumsi makanan berlemak Penelitian terkait hubungan faktor risiko asupan garam dan komsumsi
makanan berlemak terhadap kesadaran hipertensi dilihat pada Tabel XI. Berdasarkan
hasil analisis statistik menunjukkan bahwa faktor risiko terkait asupan garam terhadap kesadaran hipertensi menunjukkan berbeda tidak bermakna dengan
kesadaran hipertensi, dengan nilai p=0,965 OR 0,982 95 CI 0,444-2,172 sebaran data melebar sampai batas bawah 1 yang artinya OR tidak bermakna. Sedangkan,
berdasarkan hasil analisis statistik terkait komsumsi makanan berlemak tidak
memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kesadaran hipertensi nilai p=0,355 OR 0,596 95 CI 0,199-1,796.
c. Aktivitas fisik olahraga
Penelitian terkait hubungan aktivitas fisik olahraga dengan kesadaran hipertensi dapat dilihat pada Tabel XI. Berdasarkan hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa aktivitas fisik olahraga menunjukkan berbeda tidak bermakna dengan kesadaran hipertensi ditunjukkan dengan nilai p=0,086 OR 1,994 95 CI
0,900-4,416 sebaran data melebar sampai batas bawah 1 yang artinya OR tidak bermakna .
d. Merokok
Penelitian terkait faktor risiko kebiasaan merokok terhadap kesadaran hipertensi dapat dilihat pada Tabel XI. Berdasarkan hasil analisis statistik
menunjukan berbeda tidak bermakna antara kebiasaan merokok dengan kesadaran dengan nilai p=0,631 OR 0,808 95 CI 0,339-1,930 sebaran data melebar sampai
batas bawah 1 yang artinya OR tidak bermakna. e.
Penyakit penyerta Penelitian terkait faktor risiko penyakit penyerta terhadap kesadaran
hipertensi dapat dilihat pada Tabel XI. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan bahwa adanya penyakit penyerta terkait kardiovaskular berbeda tidak
bermakna dengan kesadaran hipertensi, nilai p=0,088 OR 3,590 95 CI 0,757-
17,023 sebaran data melebar sampai batas bawah 1 yang artinya OR tidak bermakna.
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh pada penelitian, faktor risiko kesehatan yang meliputi BMI, pola makan asupan garam dan komsumsi makanan
berlemak, aktivitas fisik olahraga, merokok, dan penyakit penyerta hasilnya berbeda tidak bermakna pada kesadaran hipertensi di Padukuhan Jragung dengan
nilai p0,05. 3.
Analisis hubungan perbedaan faktor risiko kesehatan terhadap terapi hipertensi
Tabel XII.
Hubungan perbedaan faktor risiko kesehatan terhadap kesadaran hipertensi terapi di Padukuhan Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta tahun 2014
Variabel Sadar
Hipertensi Terapi n
Sadar Hipertensi
Tidak Terapi n
P OR 95CI
BMI kgm
2
≥25 25
15 43
4
26
0,176 2,267
0,679-7,571
Pola makan: Asupan garam tinggi
Ya Tidak
Makanan berlemak daging
Ya Tidak
8 50
8 50
12 18
4 26
0,005
0,952 4,1671,466-
11,839 0,962
0,265-3,494
Tidak olahraga Ya
Tidak 35
23 25
5 0,028
3,286 1,099-9,820
Tabel XII . Lanjutan
Merokok Ya
Tidak 6
52 8
22 0,047
0,317 0,098-1,022
Penyakit penyerta Ya
Tidak 10
48 30
0,016 1,625
1,364-1,937
Nilai p0,05 dengan uji Chi-Square hipotesis penelitian ditolak Nilai p0,05 dengan uji Chi-Square hipotesis penelitian diterima
a. BMI
Penelitian terkait hubungan faktor risiko BMI dengan terapi hipertensi dapat dilihat pada Tabel XII. Berdasarkan hasil analisis statistik dari dua golongan BMI
yaitu ≥25 kgm
2
dan 25 kgm
2
menunjukkan berbeda tidak bermakna antara BMI dengan terapi hipertensi, nilai p=0,176 OR 2,267 95 CI 0,679-7,571 sebaran data
melebar sampai batas bawah 1 yang artinya OR tidak bermakna. b.
Pola makan asupan garam dan komsumsi makanan berlemak Penelitian terkait hubungan faktor risiko pola makan asupan garam dan
komsumsi makanan berlemak dengan terapi hipertensi dapat dilihat pada Tabel XII. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan faktor risiko terkait
pola makan asupan garam dengan terapi hipertensi, memiliki hubungan yang bermakna, nilai p=0,005 OR 4,167 95 CI 1,466-11-839. Responden terapi dan
tidak terapi, dari kedua data yang dipaparkan diperoleh bahwa respon yang sadar hipertensi terapi melalukan kontrol dalam pola makan asin lebih besar dibandingkan
orang yang sadar hipertensi tidak terapi. Pada responden sadar hipertensi terapi
terdapat 50 orang dari 58 orang yang menjaga pola makan terkait garam. Sedangkan pada responden yang sadar hipertensi tetapi tidak melakukan terapi terdapat 18 orang
yang tidak mengkonsumsi asin dari 30 orang. Garam dapat menyebabkan terjadinya penumpukan cairan didalam tubuh
karena akan menarik cairan di luar sel agar tidak keluar sehingga dapat meningkatkan volume dan tekanan darah Nurkhalida, 2003. Berdasarkan hasil statistik terkait pola
makan komsumsi makanan berlemak berbeda tidak bermakna terhadap terapi hipertensi nilai p=0,952 OR 0,962 95 CI 0,265-3,494 sebaran data melebar
sampai batas bawah 1 yang artinya OR tidak bermakna. c.
Aktivitas fisik Olahraga Penelitian terkait hubungan antara faktor risiko aktivitas fisik olahraga
terhadap terapi hipertensi dapat dilihat pada Tabel XII. Berdasarkan hasil analisis data statistik menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara faktor risiko aktivitas
fisik olahraga dengan terapi hipertensi, nilai p=0,028 OR 3,286 95 CI 1,099- 9,820. Responden pada kelompok sadar hipertensi terapi yang melakukan olahraga
sebanyak 23 orang dari total 58 orang dan pada kelompok sadar hipertensi tidak melakukan terapi terdapat 5 orang yang melakukan olahraga dari total 30 orang.
Olahraga dapat mempengaruhi timbulnya hipertensi, karena olahraga dihubungkan dengan kemampuan menurunkan tahanan perifer yang dapat
menurunkkan tekanan darah. Olahraga ini memiliki hubungan dengan obesitas, yang mana dengan kondisi orang yang tidak pernah olahraga dapat mengalami obesitas .
Orang yang tidak aktif dalam kehidupan sehari-hari biasanya memiliki denyut jantung yang lebih cepat. Denyut jantung yang cepat akan menyebabkan otot jantung
bekerja lebih keras setiap kontraksi. Apabila kondisi jantung yang harus memompa darah yang makin cepat dan cepat hingga tidak terkontrol maka makin besar juga
beban yang ditanggung oleh arteri, hal ini yang memicu terjadinya hipertensi Sheps and
Sheldon, 2005. d.
Kebiasaan Merokok Hubungan antara faktor risiko kebiasaan merokok dengan terapi hipertensi
menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memiliki perbedaan dengan terapi hipertensi tetapi tidak bermakna dengan nilai p=0,047 OR 0,317 95 CI 0,098-1,022
sebaran data melebar sampai batas bawah 1 yang artinya OR tidak bermakna
. Hasil dari
analisis statistik dapat dilihat pada Tabel XII. Berdasarkan hasil analisis statistik yang diperoleh kelompok sadar
hipertensi terapi di Padukuhan Jragung yang merokok berjumlah 6 orang dari total 58 orang sedangkan pada kelompok sadar hipertensi tidak terapi sebanyak 8 orang
merokok dari total 30 orang. Merokok dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah tinggi, dalam tembakau yang mengandung nikotin. Responden yang sadar
hipertensi terapi yang melakukan aktivitas merokok hanya sedikit. Orang yang memiliki kebiasaan merokok lebih rentan hipertensi dari pada orang yang tidak
merokok Wahdah, 2011.
e. Penyakit Penyerta
Hubungan faktor risiko terkait penyakit penyerta memiliki perbedaan yang bermakna dengan terapi hipertensi, nilai p=0,016 OR 1,625 95 CI 1,364-1,937.
Hubungan faktor risiko penyakit penyerta dengan terapi hipertensi dapat dilihat pada
Tabel XII.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor risiko kesehatan BMI, komsumsi makanan berlemak dan merokok berbedaan tidak bermakna dengan terapi
hipertensi. Terkait faktor risiko kesehatan lainnya seperti pola makan asupan garam, olahraga, dan penyakit penyerta memiliki perbedaan yang bermakna terhadap terapi
hipertensi.
4. Pengendalian tekanan darah pada responden sadar hipertensi terapi