koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk tronbus yang menghambat aliran darah pada pembuluh darah.
Gagal ginjal terjadi karena kegagalan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Ensefalopati dapat terjadi pada hipertensi maligna, tekanan yang
sangat tinggi menyebabkan kelainan kapiler yang mendorong cairan ke ruang intertistial di seluruh susunan syaraf pusat. Hipertensi dapat disebabkan karena
gangguan pada ginjal, endokrin, gangguan genetik pada fungsi renal tubular, dan lainnya seperti kehamilan, induksi obat, sleep apnoea. Cidera di kepala atau
pendarahan di otak yang berat dan tumor atau sebagai reaksi pembedahan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah
disebabkan berbagai macam faktor, terkait dengan gangguan kardiovaskular, dyslipidemia
dan diabetes mellitus Ng, Stanley, and Williams, 2010.
C. Teori Rule of Halves
Gambar 2. Teori Rule of Halves menggunakan nilai setengah Deepa, et al., 2003
Kesadaran masyarakat di Indonesia dalam pengontrolan tekanan darah masih rendah. Angka kesadaran hipertensi di Indonesia hanya mencapai 50 lebih rendah
dibandingkan dengan Amerika. Angka kesadaran hipertensi Amerika mencapai 69.
Populasi sampeL 100
Hipertensi 50
Sadar hipertensi
25
Tidak sadar hipertensi
25 Terapi
12,5
Tidak terapi 12,5
Tidak hipertensi
50
Data tersebut menunjukkan kurang dari 10 yang tekanan darah terkontrol dengan baik Bustan, 1997. The Rule of halves dapat digunakan dalam penelitian bidang
hipertensi Hooker, Cowab, and Freeman, 1999. The Rule of halves merupakan teori yang menyajikan median dalam statistik terdapat cakupan populasi setengah dari
populasi pasien tidak diketahui oleh pelayanan kesehatan belum terdiagnosis, setengah dari populasi hipertensi yang tidak menerima terapi pengobatan dan
setengah dari mereka diperlakukan terapi, setengah dari pasien yang terapi sampai kontrol, tidak sampai kontrol Deepa, et al., 2003.
D. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Tujuan pengobatan pada penderita hipertensi :
a. Target tekanan darah 14090mmHg, untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes mellitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah 13080mmHg.
b. Penurunan morbiditas, mortalitas kardiovaskuler dan menghambat laju penyakit ginjal.
c. Tekanan darah sistolik merupakan indikasi yang baik untuk risiko
kardiovaskuler dari pada tekanan darah diastolik dan seharusnya dijadikan tanda klinik primer dalam mengontrol hipertensi Sukandar, dkk., 2008.
2. Terapi farmakologi
Obat antihipertensi untuk mengobati hipertensi dan yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular serta memiliki risiko terkena stroke
maupun miokard infark. Golongan obat hipertensi yang bisa digunakan antara lain
golongan Diuretik, Angiotensin Converting Enzyme ACE Inhibitor seperti Captopril
®
, Angiotensin Reseptor Bloker ARB atau AIIRA seperti, Calcium Chanel Bloker
CCB, dan golongan obat lainnya. Obat hipertensi dapat diberikan dengan kombinasi Purwanto, 2008.
Gambar 3.
Pengobatan farmakologi pada hipertensi Wells, Dipiro, Schwinghammer, and Dipiro, 2009
Diuretik mekanisme kerjanya menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis. Pengurangan volume plasma dan stroke volume SV
berhubungan dengan diuresis dalam penurunan curah jantung cardiac output CO dan tekanan darah. ACE membatu produksi angiotensin II yang memiliki peran
dalam regulasi tekanan darah arteri. Inhibitor ACE ACE-I mencegah perubahan angiotensin
I menjadi angiotensin II vasokonstriktor potensial dan stimulus sekresi aldosteron. ACE-I juga dapat mencegah degradasi bradikinin dan
menstimulasi sintesis senyawa vasodilator termasuk prostaglandin E
2
ARB mekanisme kerjanya menahan langsung reseptor angiotensin tipe 1 AT
1
reseptor yang menghubungkan efek angiotensin II vasokontriksi, pelepasan aldosterone,
aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik dan kontriksi arteriol eferen glomerulus Wells, et al., 2009.
β-Bloker mekanisme kerjanya menurunkan curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung serta inhibisi pelepasan renin dari
ginjal. CCB mekanisme kerjanya menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan voltage
sensitive , sehingga dapat mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam
sel. Relaksasi otot polos vascular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridin dapat
menyebabkan aktifitas reflex simpatetik dan semua golongan obat ini kecuali amlodipine memberikan efek inotropatik negatif Wells, et al., 2009.
3. Terapi Non Farmakologi
Perubahan gaya hidup direkomendasi JNC VII agar mencegah dan mengendalikan hipertensi, subyek diharapkan menurunkan berat badan kisaran
normal yakni BMI berkisar 18,5-24,9kgm
2
. Mengatur pola makan sesuai anjuran Dietary Approaches to Stop Hypertension
DASH, untuk mengkonsumsi buah, sayuran yang cukup serta susu rendah lemak. Mengurangi asupan natrium, asupan
natrium perhari harus dibatasi kurang dari atau sama dengan 100 mEq 2,4 g natrium atau 6 g natrium klorida. Melakukan aktivitas fisik olahraga,
mengurangi kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok Straka, 2008.
E. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri, tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan sistolik
sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah.
Organ jantung dan pembuluh darah memiliki peran penting pada proses ini, jantung berfungsi sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan
darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Pengukuran tekanan darah diukur pada posisi duduk pada lengan kanan sedikit
flexi posisinya, lengan baju dinaikkan, kemudian dipasang manset yang lebarnya
dapat melingkar sekurang-kurangnya 23 panjang lengan atas dan tidak menempel baju Handayani, 2013.
1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran tekanan darah : a. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada posisi duduk atau berbaring
posisi lengan tangan harus dapat diletakkan dengan santai. b. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan memberikan angka yang
agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring meskipun selisihnya relatif kecil.
c. Tekanan darah juga dipengaruhi kondisi saat pengukuran. Pada orang yang bangun tidur, akan didapatkan tekanan darah paling rendah. Tekanan darah
yang diukur setelah berjalan kaki atau aktifitas fisik lain akan memberi angka yang lebih tinggi. Merokok atau minum kopi akan menyebabkan tekanan darah
sedikit naik. d. Ukuran manset harus sesuai dengan lingkar lengan, bagian yang mengembang
harus melingkari 80 lengan dan mencakup dua pertiga dari panjang lengan atas Lany, 2005.
F. Landasan Teori