Perumusan Hipotesis Analisis Data Penelitian

J. Perumusan Hipotesis

Gambar 7 . Hubungan perbedaan antara faktor risiko kesehatan dengan prevalensi, kesadaran, terapi hipertensi Faktor Risiko Hipertensi Ho : P1 ≤ P2 H1,2 : P1P2 ; α0.05 P1: Proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden, merokok; alkohol; tidak olahraga; tidak mengatur pola makan asupan garam dan komsumsi makanan berlemak; BMI≥25 kgm 2 ; adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskular. P2: Proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi responden yang tidak merokok; tidak komsumsi alkohol; berolahraga; mengatur pola makan yaitu asupan garam dan tidak komsumsi makanan berlemak; BMI25 kgm 2 ; tidak ada penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskular.

K. Analisis Data Penelitian

Data yang sudah diperoleh dari pengukuran dan wawancara pada responden penelitian secara langsung, kemudian dipindahkan serta dianalisis di Microsoft Excel. Pengolahan data pertama yaitu melakukan editing dari data yang sudah ada, memilih variabel yang akan diteliti dan melakukan pemisahan untuk responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi. Contohnya, terdapat data yang tidak lengkap informasinya pada responden sehingga data responden ini dilakukan cleaning. Pada penelitian ini penulis menggunakan responden berjumlah 244 responden dan tidak ada data yang dilakukan ekslusi. Data yang sudah selesai dilakukan editing sesuai dengan faktor risiko kesehatan BMI, pola makan asupan garam dan komsumsi makanan berlemak, olahraga, merokok, alkohol, dan penyakit penyerta kemudian diolah dengan program komputer. Data profil terkait dengan kategori usia menggunakan uji Anova yaitu Anova satu arah one way Anova. One way Anova digunakan untuk variabel yang akan dianalisis terdiri dari satu variabel bebas. Tujuan analisis menggunakan anova adalah menguji perbedaan mean. Tabel IV. Uji one way Anova pada umur Usia tahun 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99 Sistolik Diastolik Denyut nadi Uji Anova dilakukan antara sistolik dengan kategori usia, diastolik dengan kategori usia dan denyut nadi dengan kategori usia. Hasil dari uji Anova akan menunjukan nilai mean, standar deviasi SD dan nilai p. Anova digunakan untuk mencari perbedaan yang signifikan dengan multivariable. Karena multivariable jadi tidak bisa dilakukan uji tes t pada kategori usia Hartono,2011. Uji tes t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan meyakinkan dari dua buah mean sampel dari dua variabel yang dikomparatifkan, uji tes t efektif apabila digunakan menghitung nilai signifikan dengan jumlah variabelnya dua. Hartono, 2011. Tabel V . Uji tes t pada BMI BMI Kgm 2 ≥25 25 Sistolik Diastolik Denyut Nadi Terkait profil tekanan darah, denyut nadi terhadap jenis kelamin terhadap masing- masing faktor risiko kesehatan BMI, pola makan komsumsi asin dan makanan berlemak, aktivitas fisik olahraga, kebiasaan merokok, komsumsi alkohol, dan penyakit penyerta dianalisis menggunakan uji tes t. Menurut teori batas pusat Central Limit Theorem menyatakan bahwa sampel n30 distribusi sampling mendekati normal Hartono, 2011. Langkah selanjutnya dilakukan perhitungan frekuensi prevalensi hipertensi, kesadaran hipertensi, terapi hipertensi serta proporsi penggunaan obat antihipertensi di Padukuhan Jragung. Analisis menggunakan croostab tabulasi silang digunakan untuk mengetahui frekuensi dari masing-masing variabel. Data diolah menggunakan Chi-Square , Chi-Square merupakan salah satu tes statistik non parametik non- parametic test atau tes bebas distribusi. Uji Chi-Square diterapkan pada kasus yang akan diuji apakah frekuensi yang diamati data observasi untuk membuktikan atau ada perbedaan secara nyata Hartono, 2011. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi dari faktor risiko kesehatan terhadap responden hipertensi dan menghitung nilai OR 95 CI. Keputusan diambil berdasarkan tingkat signifikan nilai p yaitu : a. Jika nilai p 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak b. Jika nilai p 0,05 maka hipotesis penelitian diterima Tabel VI. Menghitung nilai Odds Ratio paparan terhadap kasus dengan tabel 2×2 Penyakit Paparan Kasus + Kontrol - Terpapar a b Tidak terpapar c d Keterangan : Total : a + b , c + d : a + c, b + d Jadi : a + b + c + d Besarnya nilai OR odds ratio ditentukan dengan rumus: a × d b × c dengan nilai Confidence Interval CI 95. Nilai OR adalah merupakan ukuran paparan faktor risiko dengan kejadian penyakit , dihitung dari angka kejadian pada kelompok berisiko terpapar faktor risiko dibandingkan dengan angka kejadian penyakit pada kelompok yang tidak berisiko tidak terpapar faktor risiko Hartono, 2011. Pada tahap terakhir dilakukan penghitungan frekuensi pengendalian responden hipertensi terapi baik dengan farmakologi maupun non farmakologis. 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini terkait prevalensi hipertensi, kesadaran terhadap hipertensi, dan terapi hipertensi di Padukuhan Jragung Kabupaten Sleman. Peneliti melakukan pembahasan terkait faktor risiko kesehatan yang memiliki perbedaan faktor risiko kesehatan BMI, pola makan asupan garam dan komsumsi makanan berlemak, aktivitas fisik olahraga, aktivitas merokok, komsumsi alkohol, dan penyakit penyerta terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi. Tujuan dari penelitian yaitu mengevaluasi proporsi prevalensi, kesadaran serta terapi responden hipertensi dan mengevaluasi pengaruh faktor risiko kesehatan BMI, pola makan asupan garam dan komsumsi makanan berlemak, aktivitas fisik olahraga, kebiasaan merokok, komsumsi alkohol, dan penyakit penyerta terhadap prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi yang dilakukan pada masyarakat di Padukuhan Jragung. Survei ± selama 3 bulan, peneliti dapat mengevaluasi proporsi prevalensi, kesadaran, terapi responden hipertensi serta pengaruh faktor risiko kesehatan yang terdiri dari BMI, pola makan asupan garam dan komsumsi makanan berlemak, aktivitas merokok, aktivitas fisik olahraga, alkohol, dan penyakit penyerta terhadap prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi yang dilakukan pada masyarakat di Padukuhan Jragung secara non farmakologi atau farmakologi. Padukuhan Jragung terdapat ± 386 orang dengan usia ≥40 tahun pada 6 RT.

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi berdasarkan faktor risiko kesehatan di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor risiko kesehatan).

0 9 79

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 86

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

0 2 87

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 2 116

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 1 95

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 0 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor risiko kesehatan

0 11 93