terapi musik dan murottal Al-Qur’an bervariatf. Durasi yang dipakai berkisar 5-30 menit Aziz, Purwati, 2010; Chen, 2013.
Mendengarkan Al-Qur’an terbukti meningkatkan gelombang alpha yang merupakan gelombang yang berhubungan dengan kedamaian atau
ketenangan internal individu, misalnya saat meditasi Zulkurnaini dkk, 2012. Selain itu Al-Qur’an menjadi kebutuhan bagi umat muslim
Tumiran dkk, 2013 tidak hanya untuk terapi saja namun sebagi dzikir. Allah berfirman dalam salah satu ayat-Nya.
“ yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah Allah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tentram” . Ar-Ra’d : 28 Al-Qur’an yang diperdengarkan dalam bentuk suara masuk
menjadi rangsang auditori yang diterima oleh telinga yang akan mengakibatkan getaran yang akan diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran kemudian dipancarkan ke saraf melalui Nervus VII vestibule choclearis ke otak kemudian dilanjutkan ke lobus temporal untuk
diteruskan ke amigdala sebagai pusat emosi yang berperan penting dari salah satu sistem limbik Pedak, 2009 dan Sherwood, 2011. Setelah
masuk ke pusat limbik maka otak mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengaran kemudian mempengaruhi metabolisme
tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik Satiadarma dan Zahra, 2004 dalam Zahrofi, 2013.
Penelitian ini memberikan hasil nilai p = 0,034 yaitu p 0,05 yang berarti mendengarkan murottal Al-Qur’an memberikan pengaruh terhadap
tingkat kecemasan anak presirkumsisi. Selain itu penurunan kecemasan terlihat pada uji bivariat dengan beda rata-rata sebelum intervensi 2,20 ±
0,561 dan rata-rata sesudah intervensi 1,80 ± 0,414.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Karya tulis ilmiah ini masih memiliki keterbatasan baik dari segi metodologi, penulisan, amupun analisa. Kelemahan penelitian ini yaitu tidak
terkajinya efek terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap respon
kecemasan, misalnya tanda-tanda vital, respon kognitif, fisik, dan psikologis. Sehingga pada penelitian ini tidak terdapat data objektif yang dapat
diperbandingkan dengan data yang di dapatkan.
51
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Berdasarkan uraian pada pemabahasan penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran usia anak yang akan menjalani sirkumsisi bervariatif, mulai
rentang 8-12 tahun dengan usia terbanyak pada rentang usia 9 tahun dan 11 tahun dalah 26,7 n=4.
2. Presentase tingkat kecemasan anak presirkumsisi sebelum intervensi yaitu tidak cemas 6,7 n=10, agak cemas 66,7, dan 26,7 n=4
dengan rata-rata 2,20 ± 0,561. Sedangkan presentase tingkat kecemasan anak tidak cemas 20 n=12, agak cemas 80 n=12
dengan rata-rata 1,80 ± 0,414. 3. Hasil uji bivariat dapat disimpulkan bahwa murottal Al-Qur’an
berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak presirkumsisi. Penelitian ini memberikan hasil nilai p = 0,034 yaitu p 0,05 dengan
beda rata rata sebelum intervensi 2,20 ± 0,561dan sesudah intervensi 1,80 ± 0,414 sehingga terdapat perbedaan sebesar 0,4 .
7.2 Saran 7.2.1 Bagi Balai Sunatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakuakan intervensi mendengarkan murottal Al-Qur’an tingkat kecemasan anak
berada di rentang tidak cemas sampai cukup cemas. sedangkan setelah intervensi tingkat kecemasan anak berada pada rentang tidak cemas
sampai agak cemas. Diharapkan dengan hasil tersebut institusi dapat
menggunakan terapi ini sebagai salah satu pilihan untuk menurunkan kecemsasan anak presirkumsisi.
7.2.2 Bagi Penelitian Berikutnya
Penelitian berikutnya diharapkan dapat mengkaji pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap kecemasan anak presirkumsisi dengan
memperhatikan tanda-tanda vital yang dapat dipakai sebagai data objektif pengaruh mendengarkan murottal terhadap tingkat
kecemasan. Selain itu disarankan pula penelitian denga terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an dilakukan pada karakteristik
responden yang bervariatif dan tindakan medis yang lain.
7.2.3 Bagi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu pilihan terapi komplementer dalam pemenuhan rasa nyaman pasien dengan
mengkolaborasikan nilai-nilai sprititual dan religius.
7.2.4 Bagi Institusi Keperawatan
Institusi keperawatan diharapkan dapat mengintegrasikan nilai- nilai spiritual dan religi pada kajian keilmuan atau penelitian agar
terdapat integrasi antara nilai-nilai keagamaan dengan pendidikan, terutama pada institusi keperawatan dengan latar belakang keislaman.