HukumUndang-Undang Mengenai Kasus Bullying

commit to user 38 penculikan, 18 diantaranya ditemukan dalam keadaan meninggal dan enam diantaranya menjadi korban mutilasi. Banyak faktor yang memicu kekerasan terhadap anak, salah satunya masalah ekonomi. Mengenai kekerasan terhadap anak yang terjadi di Jakarta, Arist mengkhawatirkan, terjadi peningkatan yang signifikan. Karena pada tahun ini saja sudah terdapat 900 kasus sedangkan tahun lalu mencapai 1.926 kasus. Sekarang beban hidup semakin berat, kecenderungan peningkatan kekerasan terhadap anak juga tinggi. Ini yang perlu diantisipasi semua pihak, ujarnya, Senin 2107. Terkait hal tersebut, Seto Mulyadi Ketua Komnas PA mengatakan, dari fenomena itu maka sudah waktunya pemerintah mencanangkan gerakan nasional hentikan kekerasan terhadap anak. Pembentukan kantor Kementrian Anak juga sangat penting agar pemerintah lebihfokus dalam mengurusi permasalahan anak. Menurutnya, kekerasan terhadap anak bukan lagi muncul sebagai urusan domestik yang tidak boleh disentuh pemerintah. Pasalnya, aksi kekerasan itu juga disebabkan oleh lemahnya regulasi kebijakan untuk melindungi anak. Masalah kemiskinan struktural, korupsi di segala sektor dan pembangunan nasional yang tidak berperspektif anak juga turut andil terjadinya kekerasan terhadap anak Rahmi, http:www.halohalo.co.id.

J. HukumUndang-Undang Mengenai Kasus Bullying

Ada beberapa perundang-undangan yang perlu disosialisasi untuk dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh semua komunitas pendidikan, antara lain Undang- Undang Dasar 1945 khususnya menyangkut pendidikan dan hak-hak asasi manusia, Undang-Undang Perlindungan Anak, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional khususnya menyangkut arah dan tujuan pendidikan, agar para pendidik dapat mengarahkan aktivitasnya dalam mendidik untuk mencapai tujuan tersebut A.M. Fatwa, http:www.reformasihukum. Banyak perundangan yang bisa dijadikan sandaran hukum, baik pasal-pasal yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana maupun UUPA. Menurut pasal 77 UUPA misalnya, hukumannya bisa selama lima tahun penjara dan atau denda paling besar seratus juta rupiah. Bahkan menurut pasal 81 dan pasal 82, yang terkait dengan commit to user 39 kekerasan seksual terhadap anak, hukumannya paling sedikit tiga tahun dan paling lama 15 tahun dan denda hingga tiga ratus juta rupiah. Tanggal 22 Oktober 7 tahun lalu, telah disahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak UUPA. Pada pasal 20 UUPA, dijelaskan bila selain orang tua, negara, Pemerintah dan masyarakat juga mempunyai kewajiban untuk melindungi anak. Dalam konteks inilah, dapat dipahami adanya kewajiban guru untuk juga melindungi anak, sebagai anak didiknya. Namun dalam kenyataannya, masih sering terjadi kasus bullying oleh guru. Sayangnya, belum banyak yang mengangkat kasus ini, padahal kian hari, jumlahnya kian meningkat Neni Utami, http:www.pelita. or.id. Pasal 54 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menegaskan : “Anak di dalam dan dilingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman - temannya di dalam sekolah yang bersangkutan atau lembaga pendidikan lainnya” http:www.news.indosiar.com. Tentunya, ada banyak undang-undang yang dilanggar oleh terjadinya bullying, termasuk Undang-Undang Nasional RI Tentang Perlindungan Anak serta undang- undang yang dikeluarkan Konvensi Hak Anak. Dalam Konvensi Hak Anak, tercatat ada dua hal yang dilanggar oleh terjadinya bullying. Undang-undang yang pertama adalah Undang-Undang Pasal 16 Ayat 1 yang berbunyi: Tidak seorang anakpun dapat dikenai campur tangan sewenang-wenang atau tidak sah mengenai kehidupan pribadi, keluarga, rumah tangga, atau hubungan surat menyuratnya, ataupun diserang secara tidak sah nama ba iknya.Undang-undang ini tampaknya merujuk kepada bullying jenis mental. Dimana sindiran, penyerangan nama baik, dan hal-hal lain yang disebutkan dalam undang-undang tersebut digunakan sebagai alat bullying. Ayat selanjutnya dari pasal ini memberi semacam petunjuk apabila undang-undang ayat 1 commit to user 40 dilanggar: Anak berhak atas perlindungan hukum terhadap campur tanganserangan seperti tersebut di atas. Tentunya, ayat ini seolah memberi peringatan bagi para penindas bahwa jalan hukum dapat ditempuh apabila terjadi bullying. Pasal 27 ayat 1-2 juga merupakan pasal yang dilanggar oleh perbuatan bullying. Pasal ini berbunyi: Negara-negara pihak mengakui hak setiap anak atas kehidupan yang layak untuk pengembangan fisik, mental, spiritual, dan sosialnya. Tentunya maksud dari pasal ini adalah bahwa anak memiliki hak atas kehidupan yang layak untuk pengembangan fisik, mental, spiritual, dan sosial mereka. Tetapi, apakah bullying membantu pengembangan fisik, mental, spiritual, dan sosial mereka? Justru sebaliknya. Penghambatan pengembangan fisik dapat saja terjadi karena stres berkelanjutan yang membuat fisik memburuk. Perkembangan mental, tentunya, malah hancur karena bullying seolah menenemkan mental tunduk kepada anak yang tertindas. Pengembangan spiritual kemungkinan besar tidak akan terjadi, dan pengembangan sosial akan terhambat karena ketika mereka ditindas, banyak orang semakin menjauhi mereka entah karena takut ditarget penindas karena dianggap membela tertindas atau alasan lainnya. Bagi para orangtua dan yang bertanggung jawab atas anak, ayat 2 menyebutkan tugas mereka: Orangtua atau orang lain yang bertanggungjawab atas anak, mempunyai tanggung jawab utama untuk mengupayakan kondisi kehidupan yang diperlukan untuk pengembangan anak, sesuai dengan kemampuan dan kondisi keuangan mereka. Ayat ini menunjukkan tanggung jawab dari orangtua atau yang bertanggung jawab atas anak untuk terus berupaya membuat kondisi kehidupan tersebut. Pada undang-undang Indonesia, juga terdapat beberapa ayat yang dilanggar oleh bullying, seperti pada Pembukaan UU RI No. 23 Tahun 2002 Tentang commit to user 41 Perlindungan Anak pasal c-d. Pasal d merupakan sambungan dari c. Bunyi pasal c adalah: Menimbang bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Pasal ini hanya menjelaskan mengenai kegunaan anak di masa depan, tetapi pasal d- lah yang penting: Menimbang bahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Dalam kedua undang-undang ini, dijelaskan efek jangka panjang dari kehidupan tanpa bullying, yang merupakan suksesnya tugas yang diemban tersebut. Bab 3 pasal 4 dari undang-undang juga merupakan salah-satu undang-undang yang dilanggar bullying. Undang-undang itu mengatakan: Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Yang paling saya soroti adalah kata ”dari kekerasan dan diskriminasi”. Itu berarti, anak sebenarnya berhak untuk dilindungi dari bullying, karena kekerasan dan diskriminasi juga termasuk bullying jenis mental dan fisik. Kewajiban orangtua dan yang bertanggungjawab atas anak semakin ditegaskan dalam pasal 13 ayat 1 yang berbunyi: Setiap anak selama berada dalam pengasuhan orangtua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan: 1. diskriminasi, commit to user 42 2. eksploitasi, baik ekonomi atau seksual, 3. penelantaran, 4. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan, 5. ketidak adilan, 6. perlakuan salah lainnya. Besarnya tanggung jawab orangtuapenanggungjawab anak semakin ditegaskan dalam ayat 2, yang berkata: Dalam hal ini, orang tua, wali, atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dalam ayat 1, maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman. Sebuah ayat yang semakin menunjukkan tanggung jawab orangtua. Pasal 16 Ayat 1 yang juga dilanggar bullying berkata: Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi. Sebenarnya ayat ini memiliki makna yang kuranglebih sama dengan pasal 13 ayat 1, tapi masih ada perbedaannya http:rumahradel.blogspot.com200801. Dalam UU Perlindungan Anak Th 2002 Pasal 59, sekolah diwajibkan untuk melindungi murid dari segala bentuk kekerasan. Sedangkan Pasal 1 butir 1 UU Sisdiknas menyatakan, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan peserta didik agar memiliki kepribadian, kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, dan akhlak mulia. Bab XI Sisdiknas tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pasal 40 ayat 2 menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban : 1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; 2. Memiliki komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; commit to user 43 3. Memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Namun dalam realitasnya, tidak sedikit guru sekolah yang belum memenuhi harapan sebagaimana tertuang dalam sistem pendidikan nasional itu. Artinya, dalam banyak hal mereka tidak menjadi seorang pengayom, melainkan cenderung menjadi penghukum punisher. Aksi tindak penganiayaan oknum guru terhadap murid di lingkungan sekolah merupakan salah satu indikatornya. Pelaku penganiayaan terhadap anak dapat dikenai Pasal 80 UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak atau Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan. Tindak penganiayaan guru pada murid juga bertentangan dengan UU HAM No 391999 Bab III, HAM dan Kebebasan Manusia. Pasal 66 menyatakan, setiap anak berhak bebas dari sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi. Sedangkan Pasal 11 menyatakan, setiap anak berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara layak. Jadi, tindak kekerasan guru yang lepas kendali terhadap murid, apa pun bentuknya dan apa pun alasannya, jelas menyalahi UU yang berlaku. Pelaku dapat dikenai hukuman minimal 3,5 tahun penjara sesuai UU tentang Perlindungan Anak No. 802002 M. Fauzi, www.hupelita.com. Dalam pasal 2 konvensi hak anak-anak tentang tidak adanya diskriminasi, secara eksplisit dinyatakan bahwa tidak boleh ada seorang anak pun yang boleh diperlakukan secara berbeda karena masalah ras, bahasa, tempat mereka hidup, laki atau perempuan, anak biasa atau kebutuhan khusus, kaya atau miskin, agama. Setiap anak adalah sama. Yang kemudian persoalan persamaan equality itu dilindungi dalam pasal 19 tentang perlindungan setiap anak dari segala bentuk kekerasan; anak- commit to user 44 anak memiliki hak untuk dilindungi dari segala bentuk yang menyakiti mereka baik fisik maupun mental Ponny Retno Astuti, 2008:sinopsis.

K. Solusi Bullying