Kebijakan Sekolah PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KAMPANYE SOSIAL STOP BULLYING ! UNTUK ANAK ANAK USIA SEKOLAH DASAR (SD) DI WILAYAH SRAGEN

commit to user 53 mengatasi masalah di sekolah kita, apa yang diharapkan untuk komunitas lebih luas? Junifrius Gultom, www.kompas.comkompas-cetak071117opini 3988130.htm.

L. Kebijakan Sekolah

Untuk mengatasi bullying di sekolah, diperlukan tindakan yang nyata dengan membuat dan menjalankan kebijakan sekolah. Ini diperlukan agar tercipta suatu suasana yang kondusif bagi siswa untuk belajar. Perlu diingat juga bahwa pembentukkan sebuah kebijakan antibullying adalah sebuah proses perubahan dari kebiasaan sebelumnya yang telah berlangsung sekian lama, dimana bullying tidak dilihat sebagai masalah, sebaliknya bullying dianggap penting sebagai bagian dari proses mendidik. Mengawali diskusi tentang kebijakan ada baiknya jika kita merujuk kepada Undang-Undang no.232002 tentang Perlindungan Anak BAB III tentang Hak dan Kewajiban Anak Pasal 13 yaitu : 1. Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan : a. Diskriminasi b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual c. Penelantaran d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan e. Ketidakadilan f. Perlakuan salah lainnya. commit to user 54 2. Dalam hal orang tua, wali atau pengasuhan anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman. Yayasan Semai Jiwa Amini SEJIWA, 2008:45-48 dan juga pasal 16 yang menyebutkan bahwa : 1. Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi. 2. Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. 3. Penangkapan, penahanan atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dilakukan sebagai upaya terakhir. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan saat kita ingin membentuk kebijakan sekolah yang antibullying. Menurut Andrew Mellor, pakar antibullying dari Scotlandia, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan kebijakan sekolah yang antibullying, yaitu : 1. Kejujuran Kejujuran dibutuhkan agar semua pihak yang terlibat untuk jujur pada diri sendiri dan pada lingkungan seputar fenomena bullying yang ada. Kejujuran pada diri sendiri bahwa mungkin selama ini kita tanpa disadari telah melakukan bullying dan kejujuran lingkungan bahwa selama ini perilaku-perilaku bullying telah dianggap sebagai suatu kebiasaan. Ketidakjujuran akan mengarah pada situasi yang semakin tidak sehat. 2. Keterbukaan Keterbukaan adalah salah satu hal yang mungkin selama ini kurang dimiliki oleh sekolah. Sekolah kerap kali menutup-nutupi kasus bullying yang terjadi karena menganggap itu sebuah aib dan akan berpengaruh pada reputasi sekolah itu. commit to user 55 Keterbukaan terhadap fakta-fakta yang ada, walaupun itu fakta yang kurang mengenakkan bagi pihak sekolah, tetap harus dijalankan. 3. Pemahaman Apabila kita ingin menyusun sebuah kebijakan maka kita harus berangkat dari dasar pemahaman yang sama mengenai bullying. Pemahaman yang sama akan sangat membantu dalam pembentukan kebijakan sekolah, karena sudut pandang setiap pihak bisa sangat berbeda-beda. 4. Tanggungjawab Tanggung jawab untuk pembentukan kebijakan sekolah yang antibullying bukanlah semata-mata tanggung jawab sekolah. Semua pihak memiliki tanggung jawab yang sama besar dalam pembentukan kebijakan itu. Tantangannya adalah bagaimana rasa tanggung jawab ini didasarkan pada rasa saling menghargai. Berdasarkan web pedulihakanak.com, muatan dari kebijakan disarankan terdiri dari 3 hal, yaitu : 1. Pencegahan contoh: a. Upaya penyadaran dan mengilangkan kekerasan b. Pelatihan hak anak bagi semua guru, anak, juga kepada masyarakat orangtua. c. Sosialisasi ttg perlindungan anak dan sekolah ramah anak baik kepada semua guru, anak, juga kepada masyarakat orangtua d. Menumbuhkan kesadaran kepada orangtua agar lebih memperhatikan perkembangan anak dan pendidikannya e. Budayakan “Senyum, Sapa, Salam, Santun, Sahabat” f. Pembentukan Organisasi Siswa Ramah Anak OSRA yang menampung aspirasi anak. commit to user 56 2. Penanganan contoh: a. Memberikan bimbingan, arahan, pendamaian b. Menemukan solusi win-win apabila terjadi konflik c. Teguran yang bijaksana kepada pelaku kekerasan d. Penerapan sanksi positif dan mendidik e. Bila terjadi luka fisik sekolah wajib memberikan P3K f. Pembuatan sistim pelaporan terhadap kasus diluar kemampuan sekolah 3. Rehabilitasi contoh: a. Amankan korban dan pelaku b. Pendampingan kepada korban untuk perbaikan baik psikis maupun pisik c. Pembuatan sistim pelaporan kepada pihak yang berkompeten d. Bila terjadi trauma maka harus dilakukan rujukan kepada ahlinya psikolog Agar kebijakan sekolah dapat dipatuhi, perlu ada sanksi positif yang mendidik, yang mampu diterima semua pihak dengan lapang dada, disertai sikap menghargai dan menghormati, antara lain : 1. Upaya untuk minta maaf 2. Pemberian bimbingan konseling 3. Pembinaan dlm bentuk nasehat 4. Pembuatan pernyataan tertulis yang tidak mengulangi lagi perbuatannya 5. Mengalihkan kegiatan Kemudian sistem pelaporan juga harus diatur, agar ada keyakinan dari semua warga sekolah bahwa setiap perkara yang terjadi di sekolah, sekecil apapun akan mendapat perhatian dan kebijakan dari aparat sekolah, tapi harus ada pemilahan, tidak sembarang perkara langsung ditanggapi secara keras oleh Tim Independen. Sistem pelaporan tersebut antara lain : commit to user 57 1. Jika terjadi pelanggaran maka segera melapor kepada tim independen yang dibentuk. 2. Tim independen akan menangani kasus, namun pada kasus berat mereka harus melaporakan kepada yang lebih berkompeten Pengaturan mengenai Tim Independen, antara lain : 1. Tim ini perlu dibentuk untuk mengawal penerapan “Kebijakan Perlindungan Anak” di sekolah 2. Tim ini bertujuan secara obyektif menangani kasus kekerasan 3. Tim terdiri dari: Pengawas Sekolah, Komite Sekolah, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Guru, Kepala Sekolah dan Perwakilan Anak. http:pedulihakanak.wordpress.com Untuk dapat mengawali tindakan yang bertujuan menuju kesejahteraan masyarakat yang lebih baik, yang bebas dari kasus bullying, harus diawali dengan adanya pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai bullying. Karena masalah terbesar yang menyebabkan kasus bullying sulit untuk ditangani adalah karena sangat minimnya kesadaran masyarakat akan bahaya bullying. Untuk itu diperlukan media-media yang dapat menginformasi dan kemudian menyadarkan masyarakat untuk dapat bersama-sama mengatasi masalah sosial ini, karena kasus sosial haruslah dihadapi secara sosial masyarakat bersama, tidak akan berdampak menuju hasil jika hanya satu atau beberapa orang saja. Maka suatu pengumuman seperti kampanye sosial perlu untuk diadakan.

M. Pengertian Kampanye Sosial