commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, manusia pun berkembang. Pola pikir manusia zaman dahulu sangat jauh berbeda dengan sekarang. Kalau dahulu manusia
hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, sekarang beorientasi untuk mencari keuntungan sendiri, bahkan mengejar kekuasaan. Moral
manusia juga semakin jahat. Hal ini dapat diperhatikan dari berita-berita yang diliput di media massa, kasus kejahatan terus meningkat, dan bervariasi caranya. Semua ini
menyebabkan pergaulan pada zaman sekarang ini semakin mengkhawatirkan. Anak zaman sekarang semakin cepat berpikir dewasa, ini semua tentu saja sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan juga media informasimassa, terutama televisi, seseorang bisa mendapat banyak masukan, yang baik atau pun buruk, itu
sebabnya sangat penting untuk memiliki kontrol diri dan iman spiritualitas sangat penting, dan terutama bagi anak-anak, perhatian orang tua sangatlah penting.
Di lembaga pendidikan tingkat dasar juga terjadi bullying. Edo Rinaldo, yang masih berumur sekitar delapan tahun dan duduk di kelas II di salah satu SD di Jakarta
Timur, mengalami tindak kekerasan yang dilakukan oleh tiga kawan perempuannya yang sekelas, dibantu seorang murid lelaki kelas IV. Sementara itu, di sebuah SD di
Jatinangor, Jawa Barat, juga diduga terjadi tindak kekerasan, dan akhirnya murid yang menjadi korban penganiayaan tersebut pindah sekolah A.M. Fatwa, 2007:4.
Contoh-contoh di atas hanyalah sebagian kecil kejadian nyata yang diketahui umum akan adanya bullying di masyarakat, dan kebetulan terjadi di pergaulan anak.
Hal ini tentu saja membuat para orang tua resah dan semakin mengkhawatirkan
commit to user 2
pergaulan anak-anaknya. Ditambah lagi dengan maraknya Narkoba, tidak hanya di kota-kota besar saja, tapi juga sampai ke pelosok daerah.
Bullying secara umum adalah tindakan sengaja menyebabkan kerugian kepada orang lain, secara lisan, pelecehan fisik, penyerangan, atau lebih halus, seperti
manipulasi. Bullying biasanya dilakukan untuk memaksa orang lain dengan memberikan rasa takut atau ancaman. Dampak bullying tidak hanya secara fisik
memar, luka, dsb tapi juga psikis trauma, mendendam, dsb, dan pada keadaan yang paling parah dapat menyebabkan kematian www.wikipedia.orgbullying.
Bullying terjadi di berbagai bidang kehidupan masyarakat, tidak terbatas dalam kehidupan orang dewasa saja, tapi hal ini pun terjadi dalam kehidupankegiatan
pergaulan anak-anak, bahkan yang sangat disayangkan, bullying pun terjadi dalam lingkungan pendidikan, tempat dimana seharusnya seseorang apalagi seorang anak
belajar untuk menjadi ‘benar’, malah mendapat pengetahuanpengalaman yang ‘salah’ yang seharusnya tidak menjadi ‘bekal’ kehidupannya selanjutnya. Lebih parahnya
lagi, bullying juga dapat terjadi dalam lingkungan keluarga, yaitu tempat dimana hubungan yang paling erat dan penuh kasih sayang, yang seharusnya paling minim
terjadinya tindakan bullying. Sekolah sebagai salah satu tempat dimana seorang anak banyak menghabiskan
waktunya untuk bertumbuh, berkembang, belajar, dan berinteraksi sosial serta membentuk karakter dan pola pikirnya adalah tempat yang justru banyak terjadi kasus
anak hingga dewasa sekalipun, yang mampu menyebabkan timbulnya karakter keras, bullying menjadi pengalaman menyakitkan yang akan terkenang terus dalam ingatan,
mendendam, haus kekuasaan, bukan hal yang tidak mungkin akan diterapkan kepada orang lain, atau bahkan sebaliknya berkarakter pendiam, tidak mampu membela diri,
hingga akhirnya terus menjadi korban penindasan bullying orang lain. Seperti
commit to user 3
apapun dampaknya, berakibat tidak baik. Parahnya lagi, bullying di lingkungan sekolah tidak hanya terjadi di antara para siswanya saja, tapi juga antara
pengajarguru kepada siswanya, padahal guru sebagai yang didewasakan dalam lingkungan sekolah, sekaligus sebagai orang tua kedua bagi siswanya, seharusnya
dapat memberikan contoh yang baik, mengarahkan di jalan yang benar, tapi kenapa malah menjadi pengaruh buruk ? Berdalih siswa yang terlalu bandel dan tak bisa
diatur lagi, dengan cara yang halus sudah tidak mempan, bukan alasan yang dapat
dibenarkan.
Banyak yang terjadi di masyarakat, bullying ini begitu ‘halus’, hingga terasa
sebagai kejadian ‘biasanormal’ terjadi di kehidupan sehari-hari, bukan sesuatu yang penting apalagi harus diberantas, ini salah kaprah, tidak seharusnya penindasan
dianggap normal, karena dampaknya sangat merugikan, tidak hanya bagi korbannya, tapi juga orang-orang di sekitarnya, dan bahkan bagi pelakunya. Dampak yang
ditimbulkan tidak hanya secara fisik saja, tapi juga dapat berupa gangguan psikologi. Karena respon masyarakat yang masih sangat minim terhadap kasus bullying
ini, maka perhatian dan usaha pemberantasan dari masyarakat pun masih sangat kurang. Tetapi karena masalah bullying ini adalah masalah serius, dan perlu segera
adanya perhatian, maka pada tahun 2007, Majalah Bobo, sebagai pelopor majalah anak-anak Indonesia yang dekat dan memperhatikan dunia anak Indonesia,
mengangkatnya menjadi topik dalam Konferensi Anak Bobo Ke-7, yang diadakan dari mulai tanggal 25-27 November 2007 yang lalu, di Jakarta, dihadiri oleh para
pembicara yang berkompeten di bidangnya, serta yang penting adalah terkumpulnya para delegasi anak dari berbagai daerah di seluruh Indonesia yang berjumlah 36 anak,
yang terdiri dari siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SD dari berbagai daerah di Indonesia yang dipilih melalui seleksi dengan membuat karya tulis bertema
“Stop Bullying”.
commit to user 4
Acara ini memberi pengetahuan, pengalaman, melatih keberanian, dan kemandirian, serta memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mampu melakukan studi kasus,
mengemukakan pendapatnya, dan kemudian mencari solusi yang baik yang sesuai dengan karakter anak-anak. Diharapkan anak-anak akan memiliki perhatian akan hal-
hal yang terjadi di sekitarnya, dan mampu untuk menempatkan diri, sehingga kemudian dapat menjaga diri serta mampu membela kebenaran dan keadilan sesuai
dengan sifatnya http:www.konferensianak.com
. Kasus bullying menjadi siklus yang terus berkelanjutan, antara korban menjadi
pelaku, selama ada pelaku maka ada korban, tidak ada habisnya, selama tidak ada kesadaran dari semua pihak.
B. Perumusan Masalah