Bullying di SD Kecamatan Sragen

commit to user 71 dan 2 Desa Tangkil dan Kedungupit yang terdiri dari 113 Dukuh, 364 RT, 111 RW. Dengan luas wilayah 2.727 Ha prosentase 2.90. d. Demografi Data terakhir tahun 2009 jumlah penduduk Kecamatan Sragen sebanyak 64.953 orang, dengan populasi terbanyak pada tingkat usia 15 sd 64 tahun yaitu 68 dari total penduduk. Tabel 8 : Klasifikasi Penduduk Menurut Umur terlampir e. Pendidikan Sarana pendidikan di Kecamatan Sragen lengkap sampai dengan perguruan tinggi, meskipun belum ada Perguruan Tinggi Negeri PTN. Tabel 9 : Jumlah Sarana Pendidikan terlampir f. Data Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen Data terakhir yang didapat dari Unit Pelaksana Tehnis UPT Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen, pada bulan September 2009 tahun ajaran 20092010 ini, di Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen terdapat 40 Sekolah Dasar SD, baik negeri maupun swasta, dengan jumlah siswa 8.478 orang anak. Tabel 10 : Data Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen terlampir

3. Bullying di SD Kecamatan Sragen

Data numerial resmi dari instansi memang sangat sulit didapat, mengingat kasus bullying adalah sesuatu yang dianggap aib, yang tidak akan dibuka kepada umum, sehingga untuk mendapatkan data pasti mengenai bullying yang terjadi di SD commit to user 72 Kecamatan Sragen hanya didapat dari studi kasus dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Contoh kasus yang terjadi antara lain : - Seorang anak laki-laki yang terkenal nakal, kelas 5, berbadan lebih besar daripada teman-temannya, karena ia sudah beberapa kali tidak naik kelas sering mengganggu teman-temannya bahkan sering memalak anak kelas 1 dan 2, tak jarang juga teman sekelasnya, hingga anak-anak kelas 1 dan 2 tidak tahan lagi dan melapor kepada guru. Segera guru dan kepala sekolah mengambil tindakan, dengan memanggil anak nakal kelas 5 tersebut kemudian memarahi dan menasihatinya. Untungnya setelah itu, ia tidak memalak lagi. - Entah dari mana awalnya hingga muncul ‘trend’ memanggil temannya dengan berdasarkan nama ayahnya, atau pekerjaan ayahnya, atau pun berdasarkan keadaan fisik ayahnya, hal ini membuat beberapa anak bahkan sampai menangis karenanya. Untunya guru segera bertindak, dengan memarahi dan menasihati anak-anak didiknya, dan dengan terpaksa memberi hukuman fisik dengan memilih dijewer teman sekelas atau memukul menampar mulutnya sendiri, tapi untungnya hal ini tidak berlangsung lama, dan segera membuat anak-anak jera. - Ada juga kejadian seorang anak laki-laki yang nakal memukul dada temannya hingga menangis dan melapor kepada orangtuanya, hingga orangtuanya menghadap pihak sekolah, dan melapor bahwa anaknya sampai minta pindah sekolah, untungnya bisa diselesaikan, dan tidak jadi pindah sekolah. - Ada juga kejadian yang melibatkan tindakan orangtua yang salah. Seorang anak laki-laki yang terkenal nakal, kelas 5, berbadan lebih besar daripada teman-temannya, karena ia sudah beberapa kali tidak naik kelas selanjutnya disebut : si A, suatu hari ia mengganggu temannya, seorang anak laki-laki commit to user 73 kelas 5 juga, tapi berkarakter pendiam, dan tidak pernah berbuat nakal kepada temannya selanjutnya disebut : si B, si A terus mengganggu si B, hingga akhirnya si B tidak tahan hingga melakukan perlawanan, si A tentu saja juga melawan, apalagi ia lebih kuat. Tapi ternyata setibanya di rumah si A menceritakan kepada orangtuanya, dan besok paginya, ayah si A bahkan pergi ke sekolah anaknya, dan langsung mencari si B, dan memukulinya, untungnya hal ini diketahui pihak sekolah karena, si B dengan diantar temannya melapor kepada guru, karena temannya sangat kasihan melihat wajah si B sangat pucat, pihak sekolah pun memanggil ayah si A tadi, dan memperingatkan bahwa perbuatannya tidak benar, sebagai orangtua tidak seharusnya main hakim sendiri, apalagi mengingat bahwa anaknya sendiri, si A, adalah anak yang nakal yang sering mengganggu temannya dan bahkan yang memulai masalah dengan mengganggu si B. Besoknya orangtua si A menghadap pihak sekolah untuk mempertanyakan masalah yang sebenarnya terjadi, sekaligus meminta izin untuk anaknya yang tidak mau masuk sekolah. Selama beberapa hari si B tidak mau masuk sekolah, hingga Guru Wali Kelasnya datang ke rumahnya, dan menasihati si B agar mau masuk sekolah lagi, barulah esoknya si B masuk sekolah lagi. Peristiwa-peristiwa tersebut di atas baru sedikit dari banyak kasus bullying yang terjadi di lingkungan SD. Pada umumnya, bullying di tingkat SD kebanyakan berupa bullying verbal, berupa ejekan-ejekan, sebutan-sebutan, atau pun perdebatan antar teman yang dikarenakan emosi dan ego anak-anak. Tapi terkadang hal ini menyebabkan anak menjadi terganggu secara psikologinya, bahkan anak yang berkarakter lemah akan semakin rendah diri dan minder, dan hal ini bisa menyebabkan menjadi karakternya sampai dewasa, yang commit to user 74 menyebabkan kesulitan bersosialisasi dan tidak mampu menyemangati diri untuk mencapai cita-citanya. Bullying fisik hanya terkadang saja terjadi. Untuk tingkat SD sebenarnya hanya dengan ketegasan bukan berarti galak dari gurupihak sekolah seringnya sudah cukup untuk menghentikan kenakalan- kenalan anak, tapi jika dikaji ulang, kenakalan-kenakalan anak tingkat SD disebabkan karena menirumencontoh perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang dilihat dan didengarnya yang terjadi di sekitarnya, bisa dilingkungan rumah, hal- hal yang terjadi di kampungnya, di jalan, di TV, bisa sangat mempengaruhi anak- anak usia SD. Jadi sebaiknya orang-orang yang lebih dewasa orangtua, guru, dan lain-lain, memberi contoh yang perbuatan, tingkah laku, dan perkataan yang baik serta menjaga anak-anaknya menonton acara yang baik yang sesuai dengan usianya, serta dapat bertindak bijaksana dan tegas. Menurut nara sumber guru SD, kuantitas bullying verbal bisa terjadi setiap hari, ada saja yang ejekansebutan yang dilontarkan anak-anak kepada temannya, ada saja perdebatan yang beremosi yang dilakukan anak-anak, tapi yang sampai menyebabkan dampak serius yang dapat langsung terlihat, seperti menangis, atau pun orangtua yang melapor ke sekolah memang jarang, hanya sekitar 2-5 kali dalam 1 tahun ajaran. Sedangkan untuk bullying fisik, memang lebih jarang terjadi, tapi bukannya tidak ada. Menurut nara sumber, anak SD zaman sekarang sudah melakukan pemalakan atau pemukulan terhadap temannya atau pun adik kelasnya, walau pun memang kadarnya tidak seberat bullying fisik anak-anak yang lebih besar seperti di tingkat SMP, SMA, atau pun Perguruan Tinggi. Pelaporan kepada pihak sekolah baik itu oleh anak-anak mau pun orangtua mengenai bullying fisik, kuantitasnya hanya sekitar 3-10 kali dalam 1 tahun ajaran. commit to user 75 Dari 2 nara sumber, yaitu 2 guru SD dari 2 sekolah yang berbeda di Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, menyatakan hal yang tidak jauh berbeda, ini menunjukkan bahwa bullying memang terjadi di tingkat SD di Kecamatan Sragen, ini berarti juga rata-rata terjadi diseluruh Kecamatan di Kabupaten Sragen, dan bukannya tidak mungkin terjadi juga di seluruh Indonesia, bahkan di sekolah- sekolah dasar di luar negeri.

4. Dewan Perlindungan Perempuan dan Anak DPPA Kabupaten Sragen