Efekfitias Penyampaian Informasi HIV/AIDS melalui Peer Group dan Metode Ceramah Interaktif terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMAN 1 Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir Tahun 2013
EFEKTIFITAS PENYAMPAIAN INFORMASI HIV/AIDS MELALUI PEER GROUP DAN METODE CERAMAH INTERAKTIF
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 1 KECAMATAN LUMBAN JULU
KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2013
Oleh
HERNA RINAYANTI M 107032165/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
THE EFFECTIVITY OF INFORMATION DELIVERY THROUGH PEER GROUP AND INTERACTIVE SHARE METHOD TOWARD
KNOWLEDGE AND STUDENT’S ATTITUDE IN SMA 1 DISTRICT LUMBAN JULU,
TOBA SAMOSIR’S REGENCY 2013
THESIS
BY
HERNA RINAYANTI M 107032165/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
EFEKTIFITAS PENYAMPAIAN INFORMASI HIV/AIDS MELALUI PEER GROUP DAN METODE CERAMAH INTERAKTIF
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 1 KECAMATAN LUMBAN JULU
KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2013
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
HERNA RINAYANTI M 107032165/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(4)
Judul Tesis : EFEKTIFITAS PENYAMPAIAN INFORMASI HIV/AIDS MELALUI PEER GROUP DAN METODE CERAMAH INTERAKTIF TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 1 KECAMATAN LUMBAN JULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2013 Nama Mahasiswa : HERNA RINAYANTI M
Nomor Induk Mahasiswa : 107032165
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing:
Tanggal Lulus : 22 Januari 2014 (Drs. Heru Santoso, M.S, Ph.D)
Ketua (dr. Yusniwarti Yusad, M.Si) Anggota
Dekan
(5)
Telah diuji
Pada Tanggal : 22 Januari 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. Heru Santoso, M.S, Ph.D Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si
2. Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D 3. drh. Hiswani, M.Kes
(6)
PERNYATAAN
EFEKTIFITAS PENYAMPAIAN INFORMASI HIV/AIDS MELALUI PEER GROUP DAN METODE CERAMAH INTERAKTIF
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 1 KECAMATAN LUMBAN JULU
KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2013
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Desember 2013
Herna Rinayanti M 107032165/IKM
(7)
ABSTRAK
Pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS bagi remaja sangat penting dilakukan karena angka kejadian HIV/AIDS dibelahan dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian yang sangat serius, ini terlihat dari penyebaran penyakit yang sangat cepat tanpa mengenal batas Negara dan masyarakat di dunia. Saat ini di seluruh dunia, setiap harinya sekitar 2000 anak-anak usia 15 tahun kebawah terinfeksi HIV AIDS.
SMA N 1 Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir lokasinya dekat dengan tempat prostitusi yang ada didaerah wisata Parapat yang memiliki resiko tinggi untuk terjangkit penyakit menular seksual atau HIV/AIDS.
Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan rancangan One group pre test dan post test terhadap pengetahuan dan sikap siswa yang ada di SMA N 1 Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu. Populasi dalam penelitian ini adalah 348 orang. Dan pengambilan sampel digunakan dengan purposive sampling.
Persentase rata-rata pengetahuan pada kelompok peer group setelah dilakukan intervensi (8,464), berbeda dengan rata-rata pengetahuan pada kelompok metode ceramah interaktif (7,681). Hal ini dibuktikan hasil uji t dengan nilai p = 0,024 < 0,05. Namun berbeda dengan rata-rata sikap siswa tentang HIV, AIDS pada kelompok peer group setelah dilakukan intervensi (38,290), berbedanya kurang bermakna dengan rata-rata sikap pada kelompok ceramah interaktif (36,058). Hal ini dibuktikan hasil Uji t dengan nilai p = 0,076>0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode peer group lebih efektif dibandingkan metode ceramah interaktif disebabkan pendidikan sebaya lebih mampu mempengaruhi pengetahuan dan sikap kelompok sebayanya.
Kepada pimpinan sekolah diharapkan meningkatkan peran pendidikan kelompok sebaya untuk menyampaikan informasi dan melakukan pembinaan tentang berprilaku beresiko HIV/AIDS kepada siswa SMA N 1 Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir.
(8)
ABSTRACT
Health education on HIV/AIDS is very important for the teenagers because the rate of HIV/AIDS incident is annual increasing. HIV/AIDS is the problem of community health which needs a very serious attention. This is seen through the rapid spread of this disease to any community and beyond the boundaries of the countries in the world. Every day it's about 2000 children, under fifteen years old infected by HIVAIDS.
SMA Negeri I (Senior High School) Lumban julu subdistrict is located near the location of prostitution in the tourist destination of Parapat that the SMA location is at the high risk to be infected with sexually transmitted disease or HIV/AIDS.
The purpose of this quasi-experimental study with one group pre test and post test design was to know the knowledge and attitude of the students towards HIV/AIDS. The population of this study was 348 and samples 138 students of SMA Negeri 1 (Senior High School) Lumban Julu Subdistrict and the samples used were selected through purposive sampling technique.
After the intervention,the average percentage of the knowledge of the students in peer group was 8.464 which was different from the knowledge of the students in lecture-method group (7.681).This was proven by the result oft -test showing that p = 0.024<0.05. After the intervention,the average percentage of the attitude of the students in peer group towards HIV/AIDS was 38.290, and this was less significantly different from the attitude of the students in lecture-method group towards HIV/AIDS (36.058) which was proven by the result of t-test showing that p= 0.076>0.05. Overall, the result of this study showed that peer-group method was more effective than interactive lecturer-method because the lecturers are more capable in influencing the knowledge and attitude of the students in peer group.
The principal of the school is expected to improve the participation of peer group lecturers in guiding the students at risk on how to behave when facing HIV/AIDS.
(9)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Efekfitias Penyampaian Informasi HIV/AIDS melalui Peer Group dan Metode Ceramah Interaktif terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa SMAN 1 Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir Tahun 2013.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Kesehatan Reproduksi pada Universitas Sumatera Utara.
Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan tesis ini.
(10)
4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Drs. Heru Santoso, M.S., Ph.D, selaku ketua komisi pembimbing dalam penulisan tesis ini dan dr. Yusniwarti Yusad, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan bimbingan sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
6. Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D sebagai komisi penguji tesis dan drh. Hiswani, M.Kes
7. Para dosen di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kecamatan Lumban Julu
Rekan- rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil selama mengikuti pendidikan, penelitian dan penulisan tesis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat di harapkan dan diucapkan terimakasih.
Medan, Desember 2013 Penulis
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Hipotesis ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan ... 12
2.2. Komunikasi dan Faktor Efektifitas Penyuluhan ... 17
2.3. Metode Ceramah Interaktif ... 20
2.3.1. Pengertian Metode Ceramah Interaktif ... 20
2.3.2. Sifat Metode Ceramah Interaktif ... 24
2.3.3. Kebaikan dan Kelemahan Metode Ceramah Interaktif ... 25
2.4. Pendidikan Teman Sebaya ... 27
2.4.1. Pengertian Pendidikan Kelompok Sebaya ... 27
2.4.2. Peer Education dalam Penanggulangan HIV/AIDS ... 29
2.4.3. Pengaruh Teman Sebaya ... 30
2.4.4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Peer Group ... 32
2.4.5. Alat Bantu Penyuluhan ... 33
2.5. Pengetahuan ... 34
2.5.1. Pengertian Pengetahuan ... 34
2.5.2. Tahapan Pengetahuan ... 35
2.5.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan ... 37
2.6. Sikap ... 39
2.6.1. Pengertian Sikap ... 39
2.6.2. Komponen Pokok Sikap ... 40
2.6.3. Berbagai Tingkat Sikap ... 41
2.6.4. Perubahan Sikap ... 41
2.7. HIV/AIDS ... 43
(12)
2.7.2. Sejarah Perkembangan Penyakit HIV/AIDS ... 46
2.7.3. Kebijakan Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia ... 48
2.7.4. Pendidikan Kesehatan HIV/AIDS melalui Pendidikan Kelompok Sebaya ... 50
2.7.5. Beberapa Model Pendidikan Kesehatan HIV/AIDS ... 52
2.8. Landasan Teori ... 54
2.9. Kerangka Konsep ... 56
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 57
3.1. Jenis Penelitian ... 57
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 58
3.2.2. Waktu Penelitian ... 58
3.3. Populasi dan Sampel ... 58
3.3.1. Populasi ... 58
3.3.2. Sampel ... 59
3.4. Pengumpulan Data ... 60
3.4.1. Validitas dan Reliabilitas ... 62
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional ... 65
3.5.1. Variabel Penelitian ... 65
3.5.2. Definisi Penelitian ... 65
3.6. Metode Pengukuran ... 65
3.7. Metode Analisis Data ... 67
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 69
4.1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Lumban Julu Toba Samosir ... 69
4.2. Analisis Univariat ... 70
4.2.1. Karakteristik Responden ... 70
4.2.2. Pre test Pengetahuan dan Sikap Responden pada Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah ... 71
4.2.3. Post test Pengetahuan dan Sikap Responden pada Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah ... 71
4.2.4. Post Test Kedua Pengetahuan dan Sikap Responden pada Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah ... 72
4.3. Analisis Bivariat ... 73
4.3.1. Hasil Uji t Pengetahuan Responden sebelum dan sesudah diberikan Penyampaian Informasi HIV/AIDS pada Kelompok Peer Group ... 73
4.3.2. Hasil Uji t Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyampaian Informasi HIV/AIDS pada Kelompok Peer Group ... 74
(13)
4.3.3. Hasil Uji t Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyampaian Informasi HIV/AIDS pada Kelompok
Peer Group ... 75
4.3.4. Hasil Uji t Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyampaian Informasi HIV/AIDS pada Kelompok Metode Ceramah Interaktif ... 76
4.3.5. Hasil Uji t Pada Pre test Pengetahuan Responden pada Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah Interaktif ... 76
4.3.6. Hasil Uji t pada Pre test Sikap Responden pada Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah Interaktif... 77
4.3.7. Hasil Uji t pada Post test Pengetahuan Responden pada Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah Interaktif... 78
4.3.8. Hasil Uji t Sikap pada Post test Pengetahuan Responden pada Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah Interaktif... 79
4.3.9. Hasil Uji t pada Post Test Kedua Pengetahuan Responden pada Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah ... 79
4.3.10. Hasil Uji t Sikap pada Post Test Kedua Responden pada Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah ... 80
BAB 5. PEMBAHASAN ... 82
5.1. Efektifitas Pengetahuan Siswa SMA tentang HIV/AIDS Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyampaian Informasi Melalui Peer Group ... 82
5.2. Efektifitas Pengetahuan Siswa SMA tentang HIV/AIDS Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyampaian Informasi Melalui Ceramah Interaktif ... 84
5.3. Efektifitas Sikap Siswa SMA tentang HIV/AIDS Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyampaian Informasi melalui Peer Group ... 85
5.4. Efektifitas Sikap Siswa SMA tentang HIV/AIDS Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyampaian Informasi melalui Ceramah Interaktif ... 87
5.5. Efektifitas Penyampaian Informasi tentang HIV/AIDS melalui Peer Group dan Ceramah Interaktif terhadap Pengetahuan dan Sikap ... 88
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
6.1. Kesimpulan ... 91
6.2. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93 LAMPIRAN
(14)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan
tentang HIV/AIDS ... 63 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Sikap ... 64 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 67 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin
dan Sumber Informasi ... 70 4.2 Pre Test Pengetahuan dan Sikap pada Kelompok Peer Group
dan Metode Ceramah ... 71 4.3 Post Test Pengetahuan dan Sikap Responden pada Kelompok
Peer Group dan Metode Ceramah ... 72 4.4 Post Test Kedua Pengetahuan dan Sikap Responden pada
Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah ... 73 4.5 Hasil Uji t pada Pre Test Pengetahuan Responden Sebelum dan
Sesudah Diberikan Penyampaian Informasi HIV/AIDS pada
Kelompok Peer Group ... 74 4.6 Hasil Uji t Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah diberikan
Penyampaian Informasi HIV/AIDS pada Kelompok Peer Group .. 75 4.7 Hasil Uji t Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah
Diberikan Penyampaian Informasi HIV/AIDS pada Kelompok
Metode Ceramah Interaktif ... 75 4.8 Hasil Uji t Sikap Responden Sebelum dan Sesudah diberikan
Penyampaian Informasi HIV/AIDS pada Kelompok Metode
Ceramah Interaktif ... 76 4.9 Hasil Uji t pada Pre Test Pengetahuan Responden pada Kelompok
(15)
4.10 Hasil Uji t pada Pre Test Sikap Responden pada Kelompok
Peer Group dan Metode Ceramah ... 78 4.11 Hasil Uji t pada Post Test Pertama Pengetahuan Responden pada
Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah ... 78 4.12 Hasil Uji t pada Post Test Pertama Sikap Responden pada
Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah ... 79 4.13 Hasil Uji t pada Post Test Kedua Pengetahuan Responden pada
Kelompok Peer Group dan Metode Ceramah ... 80 4.14 Hasil Uji t pada Post Test Kedua Sikap Responden pada Kelompok
(16)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1 Umpan Balik Langsung dari Proses Komunikasi ... 18
2.2 Langkah-langkah Pendekatan Interaktif ... 22
2.3 Kepercayaan, Sikap, Niat dan Perilaku ... 42
2.4 Skema Proses Kegiatan Belajar ... 51
2.5 Skema Teori Stimulus – Organisme – Respons ... 55
2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 56
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 96
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 102
Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 106
Lampiran 4. Master Data ... 116
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ... 122
Lampiran 6. Surat Balasan Penelitian ... 123
(18)
ABSTRAK
Pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS bagi remaja sangat penting dilakukan karena angka kejadian HIV/AIDS dibelahan dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian yang sangat serius, ini terlihat dari penyebaran penyakit yang sangat cepat tanpa mengenal batas Negara dan masyarakat di dunia. Saat ini di seluruh dunia, setiap harinya sekitar 2000 anak-anak usia 15 tahun kebawah terinfeksi HIV AIDS.
SMA N 1 Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir lokasinya dekat dengan tempat prostitusi yang ada didaerah wisata Parapat yang memiliki resiko tinggi untuk terjangkit penyakit menular seksual atau HIV/AIDS.
Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimental dengan menggunakan rancangan One group pre test dan post test terhadap pengetahuan dan sikap siswa yang ada di SMA N 1 Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu. Populasi dalam penelitian ini adalah 348 orang. Dan pengambilan sampel digunakan dengan purposive sampling.
Persentase rata-rata pengetahuan pada kelompok peer group setelah dilakukan intervensi (8,464), berbeda dengan rata-rata pengetahuan pada kelompok metode ceramah interaktif (7,681). Hal ini dibuktikan hasil uji t dengan nilai p = 0,024 < 0,05. Namun berbeda dengan rata-rata sikap siswa tentang HIV, AIDS pada kelompok peer group setelah dilakukan intervensi (38,290), berbedanya kurang bermakna dengan rata-rata sikap pada kelompok ceramah interaktif (36,058). Hal ini dibuktikan hasil Uji t dengan nilai p = 0,076>0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode peer group lebih efektif dibandingkan metode ceramah interaktif disebabkan pendidikan sebaya lebih mampu mempengaruhi pengetahuan dan sikap kelompok sebayanya.
Kepada pimpinan sekolah diharapkan meningkatkan peran pendidikan kelompok sebaya untuk menyampaikan informasi dan melakukan pembinaan tentang berprilaku beresiko HIV/AIDS kepada siswa SMA N 1 Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir.
(19)
ABSTRACT
Health education on HIV/AIDS is very important for the teenagers because the rate of HIV/AIDS incident is annual increasing. HIV/AIDS is the problem of community health which needs a very serious attention. This is seen through the rapid spread of this disease to any community and beyond the boundaries of the countries in the world. Every day it's about 2000 children, under fifteen years old infected by HIVAIDS.
SMA Negeri I (Senior High School) Lumban julu subdistrict is located near the location of prostitution in the tourist destination of Parapat that the SMA location is at the high risk to be infected with sexually transmitted disease or HIV/AIDS.
The purpose of this quasi-experimental study with one group pre test and post test design was to know the knowledge and attitude of the students towards HIV/AIDS. The population of this study was 348 and samples 138 students of SMA Negeri 1 (Senior High School) Lumban Julu Subdistrict and the samples used were selected through purposive sampling technique.
After the intervention,the average percentage of the knowledge of the students in peer group was 8.464 which was different from the knowledge of the students in lecture-method group (7.681).This was proven by the result oft -test showing that p = 0.024<0.05. After the intervention,the average percentage of the attitude of the students in peer group towards HIV/AIDS was 38.290, and this was less significantly different from the attitude of the students in lecture-method group towards HIV/AIDS (36.058) which was proven by the result of t-test showing that p= 0.076>0.05. Overall, the result of this study showed that peer-group method was more effective than interactive lecturer-method because the lecturers are more capable in influencing the knowledge and attitude of the students in peer group.
The principal of the school is expected to improve the participation of peer group lecturers in guiding the students at risk on how to behave when facing HIV/AIDS.
(20)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Sehingga petugas penyuluhan kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi juga harus menguasai pemahaman yang lengkap tentang pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983). Sedangkan Glanz, dkk., (1997) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan alat untuk merubah perilaku dan kombinasi dari berbagai pengalaman belajar seseorang untuk memberikan fasilitas/sarana menuju perilaku sehat.
Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai dari pendidikan kesehatan tersebut. Tujuan pendidikan kesehatan, menyangkut tiga hal, yaitu peningkatan pengetahuan (knowledge), perubahan sikap (attitude), dan ketrampilan atau tingkah laku (practice), yang berhubungan dengan masalah kesehatan masyarakat (Depkes RI, 1997). Menurut Sarwono (1997), pendidikan kesehatan merupakan proses mendidik individu/masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi. Beragam teknik pendidikan meliputi ceramah, seminar, diskusi, lokakarya, simulasi, pameran, demonstransi, perlombaan, kunjungan lapangan dan tutorial.
(21)
Pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS bagi remaja sangat penting dilakukan karena angka kejadian HIV/AIDS di belahan dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian yang sangat serius, ini terlihat dari penyebaran penyakit yang sangat cepat tanpa mengenal batas negara dan masyarakat di dunia. Saat ini di seluruh dunia, setiap harinya sekitar 2000 anak-anak usia 15 tahun ke bawah terinfeksi HIV akibat penularan dari ibu ke bayinya, sekitar 1.400 anak-anak usia dibawah 15 tahun meninggal akibat AIDS, sementara sekitar 6.000 orang dalam usia produktif antara 15-24 tahun terinfeksi HIV. Di Indonesia, hingga tahun 2008 masih terdapat kesenjangan yang sangat besar antara jumlah kasus yang dilaporkan dengan estimasi yang dilakukan oleh pemerintah. Ini menunjukkan masih banyak jumlah kasus yang belum diindentifikasi dan membutuhkan penanganan. ( Supriyatno, 2009)
Saat ini perkembangan epidemic HIV di Indonesia termasuk tercepat di Asia. Sebagian besar infeksi baru diperkirakan terjadi pada beberapa sub populasi beresiko tinggi (dengan prevalens lebih besar 5 %), yaitu pengguna NAPZA suntik, wanita penjaja seks (WPS), dan waria. Situasi demikian menunjukkan bahwa pada umumnya Indonesia berada pada tahap concentrated epidemic. Dari beberapa tempat sentinel, pada tahun 2006, prevalens HIV berkisar 21%-52% pada penasun, 1%-22% pada WPS, dan 3%-17%) pada waria. Sejak tanun 2000 prevalensi HIV mulai konstan di atas 5% pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi tertentu. Tanah Papua (Provinsi Papua Dan Iran Jaya Barat), keadaan yang meningkat ini ternyata menular melalui hubungan sesksual beresiko kepada masyarakat umum (dengan prevalens lebih besar
(22)
dari 1%). Situasi di Tanah Papua menunjukkan tahapan telah mencapai generalized epidemic (Supriyatno, 2009).
Berdasarkan laporan rutin Depkes RI, laju peningkatan kasus baru AIDS yang semakin cepat terutama dalam 3 tahun terakhir. Hal ini terlihat dari jumlah kasus baru AIDS dalam 3 tahun terakhir lebih dari 3 kali lipat dibanding jumlah yang pernah dilaporkan pada 15 tahun pertama epidemic AIDS di Indonesia. Dari jumlah kumulatif 16.110 kasus AIDS yang dilaporkan pada Desember 2008, sekitar 74,9% adalah laki-laki, 24,6% adalah perempuan. Berdasarkan cara penularan dilaporkan 48% pada heteroseksual dan 42,3% pada pengguna napza suntik. Kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (50,82%), disusul pada kelompok umur 30-39 tahun (29,36%) (Supriyatno, 2009).
Selanjutnya data HIV/AIDS sampai Juni tahun 2008 menyebutkan kelompok masyarakat yang paling tinggi faktor resiko penularan adalah pada usia produktif, yaitu pada penggunaan IUD (6.237 kasus), heteroseksual (5.438 kasus), hommoseksual dan biseksual (482 kasus), transmisi perinatal (228 kasus), dari transfusi darah (10 kasus) dan tanpa diketahui 291 kasus. Secara kumulatif pengidap HIV dan kasus AIDS di Indonesia sejak bulan Januari sampai dengan Juni 2008 berjumlah 18.963 yang terdiri dari Secara kumulatif pengidap HIV dan kasus AIDS di Indonesia sejak bulan Januari sampai dengan Juni 2008 berjumlah 18.963 yang terdiri dari 6.277 kasus HIV dan 12.686 kasus AIDS, dengan jumlah angka kematian 2.479 (Depkes RI, 2008). Dilihat dari penyebaran kasus HIV/AIDS di Indonesia, tercatat hampir semua provinsi telah melaporkan adanya kasus HIV/AIDS. Kasus
(23)
terbesar terdapat di 10 Provinsi, masing-masing DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Kepulauan Riau dan Sumatera Barat (KPAN, 2010).
Berdasarkan data Komisi penanggulangan AIDS Nasional Daerah Sumatera Utara yang bersumber dari Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Utara 2010, disebutkan jumlah penderita AIDS mulai tahun 1994 sampai bulan April 2009 sebanyak 872 kasus dimana Kabupaten Deli Serdang terbanyak kedua setelah Medan sebesar 66 kasus. Jumlah Penderita HIV (+) di Sumatera Utara mulai Tahun 1992 sampai bulan April 2009 sebanyak 808 kasus, dimana Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah terbanyak kedua setelah Medan sebesar 76 kasus. (KPAN, 2010). Peningkatan kasus tersebut menuntut adanya upaya-upaya yang nyata untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS di kalangan masyarakat terutama para pekerja seks komersial.
Ditinjau dari distribusi umur penderita AIDS pada tahun 2009 memperlihatkan tingginya presentase jumlah usia muda dan jumlah usia anak. Penderita dari golongan umur 20-29 tahun mencapai 54,77% dan bila digabung dengan golongan sampai 49 tahun, maka angka menjadi 89,37%. sementara presentase anak 5 tahun kebawah mencapai1,22% dan diperkiraka pada tahun 2006 sebanyak 4360 anak tertular HIV dan separuhnya telah meninggal dunia. Diperkirakan pada akhir tahun 2015 akan terjadi penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari 38.500 anak yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV (KPAN, 2010).
(24)
Kaum remaja (Adolescent) merupakan titik rawan dalam penyebaran HIV/ AIDS, disebabkan antara lain dari sikap mereka permissive terhadap hubungan seksual. Perilaku seksual dikalangan remaja telah banyak mendapat sorotan sejak dekade 1980 an, baik dalam penulisan media dipopuler maupun studi-studi penelitian ilmiah (Sarlito, 2010).
Pengendalian HIV/AIDS di sektor kesehatan adalah pelayanan kesehatan baik swasta maupun publik yang terorganisir termasuk di antaranya adalah promosi kesehatan, pemcegahan dan diagnostik, memberikan kemudahan untuk pengobatan, perawatan, dan dukungan terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) serta mengintegrasikannnya ke dalam sistem kesehatan yang telah tersedia. Selain itu meningkatkan kemampuan petugas dan isntitusi kesehatan dalam pengendalian HIV/AIDS termasuk pelatihan, pengorgasisasian, serta penerapan prosedur kewaspadaan universal dalam setiap tindakan medis di semua fasilitas kesehatan. (Supriyatno, 2009)
Strategi pencegahan HIV/AIDS yang dipergunakan oleh pemerintah selama ini, menurut Bantari (2005) menggunakan pendekatan yang disebut rumus ABCD. Rumus tersebut mengandung pemahaman sebagai berikut : A untuk Abstinence (pantang hubungan seks sebelum menikah), B untuk Be Faithful (berhubungan seks hanya dengan satu pasangan atau tidak berganti-ganti pasangan), C untuk Use condom (penggunaan kondom secara continue bila melakukan hubungan sekssual), D untuk No Drugs (tidak menggunakan narkoba). Bila respons yang masih terbatas seperti kondisi saat ini dengan cakupan program yang rendah berlangsung terus,
(25)
maka hasil pemodelan infeksi HIV mengindikasikan tingkat penularan akan terus meningkat di Indonesia. Diperkirakan akan ada sekitar 400.0000 orang terinfeksi HIV pada tahun 2010.
Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Cara efektif dalam pendekatan kelompok adalah dengan metode ceramah. Pada metode ceramah dapat terjadi proses perubahan perilaku kearah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran (Notoatmodjo, 2007). Metode ceramah merupakan salah satu metode mengajar yang paling banyak digunakan dalam proses belajar mengajar metode ceramah ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara langsung atau dengan cara lisan penggunaan metode ini sifatnya sangat praktis dan efisien bagi pemberian pengajaran yang bahannya banyak dan mempunyai banyak peserta didik.
Metode ceramah yang disertai dengan berbagai aktivitas interaktif untuk mendukung proses pembelajaran agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan mudah dan jelas. Pembelajaran ceramah interaktif cenderung lebih menitik beratkan kepada komunikasi dua arah antara pemberi pesan dengan penerima pesan. Pembelajaran interaktif dapat menggunakan sistem tanya jawab, diskusi kelompok, dan permainan. (Bantari, 2005)
Peer group (PG) dipandang sebagai sarana diseminasi dan saluran komunikasi yang tepat bagi kalangan remaja dengan menggunakan remaja itu sendiri sebagai bagian dari kelompok sasaran. Dalam pendekatan ini, remaja diasumsikan lebih
(26)
mudah menerima informasi tentang HIV/AIDS (penggunaan NAPZA) dari teman kelompoknya, dibanding bila mendapatkan penyuluhan dari orang-orang dewasa, seperti guru dan orang tua. Peer group dilakukan dalam bentuk dialog diantara dua pihak yang setara, sehingga penyampaian informasi yang bersifat terbuka dan sangat personal seperti pengetahuan tentang seks, aktifitas seksual, HIV/AIDS dan lain-lain, dapat disampaikan lebih baik daripada melalui cara formal oleh seorang penyuluh atau pendidik dari luar kelompok remaja. Peer group dilakukan dengan maksud menimbulkan efek perubahan pada pengetahuan, sikap, keyakinan dan perilaku di level individual. (Bantari, 2005)
Berkaitan dengan remaja, program Peer group umumnya mengambil sasaran di kalangan murid-murid sekolah lanjutan (SMP dan SLTA). Remaja perlu diarahkan dan dicegah sejak dini agar tidak termasuk ke dalam sub–populasi rawan HIV/AIDS. Program–program tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa pengetahuan dan pemahaman remaja tentang hubungan seksual dan HIV/AIDS umumnya sering kali tidak tepat atau tidak lengkap sehingga membutuhkan prosedur peningkatan dan pengetahuan dan pemahaman.
Bantari (2005), melakukan penelitian Peer Education di kalangan siswa SLTA di wilayah Depok, Jawa barat. Penelitian bertujuan melihat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS diantara siswa yang diberikan pendidikan kelompok sebaya dan yang tidak mengikuti program tersebut (kelompok control). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pendidikan kelompok sebaya memiliki pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS.
(27)
Sesuai dengan kebijaksanaan pendidikan tinggi dalam penanggulangan HIV/AIDS, pendidikan sebaya merupakan salah satu pelaksanaan pendidikan pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler (Depdikbud,1997). Hal ini mengacu pada pengalaman negara-negara lain, pendidikan paling efektif dalam pencegahan HIV/AIDS adalah melalui pendidikan sebaya. Melalui pendidikan sebaya kaum muda diperguruan tinggi dapat mengembangkan pesan maupun memilih media yang lebih tepat sehingga informasi yang diterima dapat dimengerti oleh sesama mereka. (Juliandi, 2005)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chotimah Anggraini, tentang penerapan metode peer group dalam meningkatkan pengetahuan tentang HIV AIDS pada remaja bahwa rata-rata pengetahuan remaja sebelum penerapan metode peer group adalah 51.8803, rata-rata pengetahuan setelah penerapan peer group adala 77.0794.Hasil yang diperoleh yaitu nilai signifikan pada pengetahuan remaja sebelum dan setelah penerapan metode peer group dengan nilai p value 0,0001.
Dari hasil penelitian Juliandi, (2005) diperoleh kesimpulan bahwa pendidikan sebaya lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam HIV AIDS di Universitas Sumatera Utara, pendidikan teman sebaya efektif dalam meningkatkan sikap mahasiswa dalam hal HIV/AIDS di Universitas Sumatera Utara, dan akses mahasiswa dalam mendapakan informasi mengenai HIV/AIDS dari pendidikan teman sebaya.
Hasil survey yang dilakukan di SMAN 1 Lumban Julu, di mana lokasinya dekat dengan tempat prostitusi yang ada di daerah wisata prapat yang memiliki risiko
(28)
tinggi untuk terjangkit penyakit menular seksual atau HIV/AIDS. Oleh sebab itu, para remaja perlu diberikan informasi, berupa ceramah interaktif dan peer group tentang HIV/AIDS dengan tujuan mereka dapat mencegah dan mengatasi terjadinya penyakit HIV/AIDS tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memberikan informasi penyuluhan dengan metode ceramah interaktif dan peer group. Metode ceramah dapat digunakan pada sasaran dengan tingkat pendidikan rendah maupun tinggi. Pada waktu pemberian informasi dilakukan sasaran bisa berpartisipasi secara aktif dan memberikan umpan balik terhadap materi yang diberikan. Metode Peer Group (Kelompok teman sebaya) mempermudah untuk mengadopsi kebiasaan-kebiasaan sikap, gagasan, keyakinan, nilai dan pola tingkah laku dalam bermasyarakat.
1.2 Permasalahan
Dengan memperhatikan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah belum pernah dilakukan penelitian tentang efektifitas penyampaian informasi HIV/AIDS melalui peer group dan metode ceramah interaktif terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMAN 1 di Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas penyampaian informasi HIV/AIDS melalui peer group dan metode ceramah interaktif terhadap
(29)
pengetahuan dan sikap siswa SMAN 1 Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir Tahun 2013.
1.4 Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan efektifitas penyampaian informasi HIV/AIDS melalui Peer Group dan metode ceramah interaktif terhadap pengetahuan dan sikap siswa SMAN 1 Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir.
1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa tentang HIV/AIDS di SMAN 1 Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir.
2. Bagi Guru
Diharapkan menghasilkan informasi tentang HIV/AIDS untuk disampaikan kepada siswa SMA N 1 Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir.
3. Bagi Responden
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan siswa SMAN 1 Lumban Julu sehingga berupaya menghindari perilaku beresiko terjadinya HIV/AIDS.
(30)
4. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan informasi tentang HIV/AIDS sesuai dengan hasil penelitian.
(31)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan
Menurut Blum (1974) dalam Notoatmodjo (2007) dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kepada orangtua atau remaja memerlukan intervensi dengan dua upaya yaitu melalui :
1. Tekanan (Enforcement)
Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan baik adalah dengan cara tekanan, paksaan atau koersi (coertion). Upaya ini bisa dalam bentuk undang-undang, peraturan-peraturan, intruksi-intruksi, tekanan-tekanan dan sanksi- sanksi.
2. Edukasi (Education)
Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar dengan cara puj ersuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan lain sebagainya melalui penyuluhan dan pendidikan.
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Sehingga petugas penyuluhan kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi juga harus menguasai pemahaman yang lengkap tentang pesan yang akan disampaikan (Azrul & Azwar, 1983).
(32)
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan, sehingga pendidikan kesehatan adalah bagian dari seluruh upaya kesehatan yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku sehat, pendidikan kesehatan mendorong perilaku yang menunjang kesehatan, mencegah penyakit, mengobati penyakit dan membantu pemulihan. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan yang terencana dengan tujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap, persepsi dan perilaku seseorang atau masyarakat dalam pengambilan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan (WHO, 1992). Sedangkan Glanz, dkk., (1997) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan alat untuk merubah perilaku dan kombinasi dari berbagai pengalaman belajar seseorang untuk memberikan fasilitas/sarana menuju perilaku sehat.
Sasaran pendidikan kesehatan disetiap tingkatan masyarakat berbeda antara satu dengan lainnya. Menurut Simons-Morton, dkk., (1995), ada empat tingkatan yang dapat dijadikan sasaran pendidikan kesehatan. Keempat tingkatan tersebut adalah :
1. Tingkatan individu Sasarannya yaitu pengetahuan, sikap, perilaku dan filosofi dari individu yang menjadi target sasaran.
2. Tingkatan organisasi Sasarannya yaitu kebijakan, praktek/pelaksanaan program, fasilitas yang tersedia dan sumber daya pendukung.
3. Tingkatan kelompok masyarakat Sasarannya yaitu kebijakan, praktek/pelaksanaan program, fasilitas yang tersedia dan sumber daya yang tersedia.
(33)
4. Tingkatan pemerintahan Sasarannya yaitu kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dibidang kesehatan, program kesehatan, fasilitas sebagai sarana pendidikan kesehatan, sumber daya, peraturan-peraturan yang dibuat di bidang kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut Mardikanto (1993), bahwa penyuluhan pada dasarnya merupakan proses komunikasi dan proses perubahan perilaku melalui pendidikan. Bertolak dari pemahaman tentang pengertian seperti hal di atas maka pemilihan metode peyuluhan dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan-pendekatan seperti berikut :
1. Metode Penyuluhan dan Proses Komunikasi
Untuk memilih metode yang efektif dalam berkomunikasi dan penyuluhan dapat didasarkan pada tiga cara pendekatan, yaitu :
a. Metode penyuluhan menurut media yang digunakan di mana dapat dibedakan atas :
b. Media lisan, baik yang disampaikan secara langsung (melalui percakapan, tatap muka ) maupun tidak langsung (lewat, radio, telefon)
c. Media cetak, baik berupa gambar, tulisan, foto, selebaran, poster dan lain-lain yang dibagikan atau dipasang pada tempat-tempat strategis seperti dijalan dan pasar
d. Media proyeksi, berupa gambar atau tulisan lewat slide, pertunjukan film, dan lain-lain
Metode penyuluhan menurut hubungan penyuluh dan sasarannya, dimana dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu :
(34)
a. Komunikasi langsung baik melalui percakapan tatap muka atau telefon yang mana komunikasi secara langsung dalam waktu relative singkat
b. Komunikasi tidak langsung seperti lewat surat, perantaraan orang lain, dimana komunikasi tidak dapat dalam waktu singkat.
Metode penyuluhan menurut keadaan psikososial sasarannya, dimana dibedakan dalam 3 (tiga) hal , yaitu :
a. Pendekatan perorangan dimana penyuluh berkomunikasi secara orang perorang, seperti melalui kunjungan rumah ataupun kunjungan ditempat kegiatan sasaran
b. Pendekatan kelompok dalam hal ini penyuluh berkomunikasi dengan kelompok sasaran pada waktu yang sama.
c. Pendekatan massal jika penyuluh berkomunikasi secara tidak langsung atau langsung dengan sejumlah ssasaran yang sangat banyak bahkan mungkin tersebar tempat tinggalnya, seperti penyuluhan lewat televisi.
2. Metode Penyuluhan dalam Pendidikan Non Formal
Ciri utama dalam metode ini adalah penyuluhan dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan program penyuluhan sesuai dengan kebutuhan sasarannya.
3. Metode Penyuluhuan dalam Pendidikan Orang Dewasa
Pemilihan metode penyuluhan dalam pendidikan orang dewasa ini harus selalu mempertimbangkan :
a. Waktu penyelenggaraan yang tidak terlalu mengganggu kegiatan/ pekerjaan pokoknya
(35)
b. Waktu penyelenggaraan sesingkat mungkin c. Lebih banyak menggunakan alat peraga
Menurut Notoatmodjo (2007), faktor metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Ada beberapa metode yang dikemukakan antara lain :
1. Metode penyuluhan perorangan, termasuk didalamnya bimbingan dan penyuluhan serta wawancara (interview)
2. Metode penyuluhan kelompok dalam metode ini harus diingat besarnya kelompok dan tingkat pendidikan sasaran. Metode ini mencakup :
a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang, metode yang baik untuk kelompok besar ini adalah ceramah dan seminar b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang.
Metode yang cocok untuk kelompok kecil adalah diskusi kelompok , curah pendapat, bola salju (snow balling), permainan simulasi, memainkan peran, dan lain-lain
3. Metode penyuluhan massa
Dalam penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Beberapa contoh dari metode ini adalah seperti ceramah umum (public speaking), pidato-pidato melalui media elektronik, tulisan-tulisan dimajalah atau Koran serta bill board
(36)
2.2 Komunikasi dan Faktor Efektifitas Penyuluhan
Secara umum, komunikasi meruakan suatu pernyataan antar manusia, baik secara perorangan maupun berkelompok yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu yang berarti. Dalam kerangka penyuluhan, maka ilmu komunikasi jelas sangat diperlukan sebagai dasar dalam mentransfer pesan yang akan disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran. Sasaran komunikasi dalam penyuluhan kesehatan adalah masyarakat yang pada umumnya adalah kepala dan ibu rumah tangga, Pasangan Usia Subur (PUS), ibu hamil/nifas, remaja, dan sebagainya. Jika pengertian komunikasi di atas dikaitkan dengan bidang kesehatan secara umum, maka komunikasi penyuluhan di bidang kesehatan dapat diartikan sebagai pernyataan antara manusia, baik secara individu maupun kelompok berkaitan dengan kegiatan penyuluhan di bidang kesehatan yang sifatnya khusus, menyangkut bidang yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dengan menggunakan lambang-lambang tertentu (Lucie, 2005).
Upaya seseorang atau sekelompok orang untuk dapat memperoleh informasi sekaligus teknologi yang tepat guna dan sesuai dengan kondisi sasaran, hanya dapat dilakukan jika sasaran memperoleh penyuluhan dengan benar. Pemahaman yang mendalam tentang peran penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi, penerangan, perubahan perilaku, sampai proses transformasi sosial (Suriatna, 1988).
Menurut Widjaja (1986), komunikasi sebagai bentuk penyampaian pesan, maka perlu diketahui apakah pesan yang disampaikan telah efektif sampai kepada sasaran komunikasi. Untuk hal tersebut, maka seorang komunikator perlu melakukan
(37)
evaluasi dalam bentuk umpan balik atau Feedback. Umpan balik dari komunikator ke komunikan dapat bersifat langsung (Direct Feed-Back) maupun tidak langsung (Indirect Feed-Back).
Dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :
Gambar 2.1 Umpan Balik Langsung dari Proses Komunikasi Sumber : Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat oleh Lucie (2005).
Menurut Lucie (2005), didalam membahas faktor efektivitas penyuluhan, maka banyak unsur-unsur yang sangat berperanan dalam tercapainya efektifitas suatu penyuluhan atau pendidikan kesehatan, ada empat unsur yaitu:
1. Metode Penyuluhan
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1996), pilihan seseorang terhadap satu metode/tekhnik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Karena beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai.
2. Media Penyuluhan
Yaitu alat bantu penyuluhan, yang dalam peranannya berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga
KOMUNIKATOR PESAN KOMUNIKAN
(38)
pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Menurut Mardikanto (1993), media adalah alat bantu atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi untuk memperagakan atau menjelaskan uraian yang disampaikan penyuluh agar materi penyuluhan mudah diterima dan dipahami. Alat peraga atau media, selain sebagai alat memperjelas juga dapat berfungsi sebagai berikut yaitu 1) Menarik perhatian atau memusatkan perhatian, sehingga konsentrasi sasaran terhadap materi tidak terpecah; 2) Menimbulkan kesan mendalam, artinya apa yang disuluhkan tidak mudah untuk dilupakan; serta 3) Alat untuk menghemat waktu yang terbatas, terutama jika penyuluh harus menjelaskan materi yang cukup banyak.
3. Materi Penyuluhan
Yaitu segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, baik yang menyangkut ilmu atau teknologi. Materi yang baik dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran, menarik karena dapat memperbaiki produktivitas sumber daya manusia, yang lebih penting lagi dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan. Kartasaputra (1994) mengemukakan bahwa, materi penyuluhan agar dapat diterima, dimanfaatkan dan diaplikasikan oleh sasaran penyuluhan dengan baik, harus : a) sesuai dengan kemampuan sasaran penyuluhan; b) tidak bertentangan atau sesuai/selaras dengan adat/kepercayaan yang berkembang di daerah setempat; c) mampu mendatangkan keuntungan; d) bersifat praktis, mudah dipahami dan diaplikasikan sesuai tingkat pengetahuan; e) mengesankan, dapat dimanfaatkan dengan hasil nyata dan dapat dinikmati.
(39)
4. Waktu dan Tempat Penyuluhan
Seorang penyuluh harus mengetahui kapan sasaran ada di lapangan, di rumah dalam keadaan santai, di kantor, ketika berada dalam kegiatan kelompok, sosialisasi masyarakat, dan sebagainya.
Komunikasi akan lebih efektif apabila disampaikan secara langsung berhadapan. Menurut penelitian, teknik komunikasi yang efektif adalah dengan mengemukakan kesimpulan komunikasi secara eksplisit kepada subyek yang sikapnya hendak diubah, dan dengan mengulang-ulanga argumentasi yang mendukung sikap yang dituju (Middlebrook, 1974). Pengulangan pesan yang terlalu sering justru dapat mendatangkan penolakan dari individu yang dijadikan target. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh (Cacioppo dan Petty, 1979 dalam Azwar 2003) ditemukan bahwa pengulangan akan menaikkan perubahan sikap, tetapi apabila diteruskan maka pengulangan itu justru akan menurun efeknya.
2.3 Metode Ceramah Interaktif
2.3.1 Pengertian Metode Ceramah Interaktif
Ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat bantu, seperti gambar, dan audio visul lainnya. Ceramah juga sebagai kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata sering mengaburkan dan kadang-kadang ditafsirkan salah. Kemungkinan terjadinya hal ini adalah karena penceramahnya kurang pandai menyampaikan informasi dan mungkin pula karena khalayaknya bukan pendengar yang baik (Sagala,
(40)
2009). Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang sering digunakan. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2007).
Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan yang merujuk pada pandangan konstruktivis yang menitikberatkan pada pertanyaan siswa sebagai ciri sentralnya dengan cara mengali pertanyn-pertanyaan siswa. Di dalam model pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk melibatkan keingintahuannya terhadap obyek yang akan dipelajari, kemudian melakukan penyelidikan tentang pertanyaan mereka sendiri (Margareth, 2004).
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode ceramah interaktif merupakan suatu penyampaian informasi yang sifatnya dua arah dari penceramah kepada hadirin atau sebaliknya yang menitikberatkan pada pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai ciri sentralnya dengan cara mengali pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan siswa tersebut.
(41)
Menurut Faire dan Cosgrove dalam Margareth (2004) pembelajaran interaktif digambarkan sebagai berikut:
Persiapan Pengetahuan awal Kegiatan eksplorasi
Pertanyaan siswa Perbandingan Penyelidikan
Pertanyaan Susulan Pengetahuan akhir Refleksi
Bagan 2.1. Langkah-langkah Pendekatan Interaktif Sumber : Pembelajaran interaktif Margareth, 2004
Berdasarkan gambar di atas pendekatan pembelajaran interaktif memiliki langkah-langkah persiapan, pengetahuan awal, kegiatan eksplorasi, pertanyaan siswa, penyelidikan atau investigasi, pengetahuan akhir dan refleksi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahapan ini guru memilih topik seperti HIV/AIDS yang akan dibahas dalam pembelajaran.
2. Pengetahuan Awal
Pada tahapan ini guru bertanya mengenai hal-hal yang sudah diketahui siswa mengenai HIV/AIDS.
(42)
3. Kegiatan Eksplorasi
Pada tahapan ini dimaksudkan untuk merangsang berpikir dan merangsang siswa mengajukan pertanyaan tentang HIV/AIDS.
4. Pertanyaan Siswa
Pada tahapan ini masing-masing kelompok mengajukan pertanyaan. Semua pertanyaan yang diajukan oleh semua kelompok di tulis di papan tulis.
5. Penyelidikan/Investigasi
Pada tahapan ini semua pertanyaan tentang HIV/AIDS yang terkumpul diseleksi, didasarkan pada kemungkinan untuk diselidiki. Setelah itu siswa melakukan penyelidikan atas pertanyaan yang telah diseleksi dengan cara observasi atau pengamatan yang berkaitan dengan ODHA.
6. Pengetahuan akhir
Setelah penyelidikann mereka untuk mengetahui pengetahuan akhir siswa setelah melakukan penyelidikan/investigasi. Pendapat siswa dikumpulkan dan dibandingkan dengan pengetahuan awal tentang HIV/AIDS.
7. Refleksi
Langkah ini penting karena siswa dirangsang untuk urun pendapat mempertimbangkan secara kritis apa yang telah dilakukan dan mengetahui apa yang sudah diketahui tentang ODHA, dan siswa membacakan hasil pembelajaran.
(43)
Hal-hal yang sangat mendukung dalam memberikan ceramah kepada siswa tentang HIV/AIDS, sebagaimana pendapat Sagala Syaiful, (2009) bahwa agar ceramah menjadi metode yang baik hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Digunakan jika jumlah khayalak cukup banyak.
2. Digunakan jika guru akan memperkenalkan materi pembelajaran baru. 3. Dipakai jika khalayak tidak mampu menerima informasi melalui kata-kata. 4. Sebaiknya diselingi oleh penjelasan melalui gambar dan alat-alat visual lainnya. 5. Sebelum ceramah dimulai, sebaiknya guru berdalih dulu memberikan ceramah.
Menurut Sagala Syaiful, (2009), ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode ini dipergunakan jika berada dalam kondisi berikut :
a. Waktu penyampaian informasi terbatas b. Orang yang mendengarkan sudah termotivasi c. Pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata d. Kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain
e. Ingin menambahkan atau menekankan apa-apa yang sudah dipelajari f. Mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan apa yang sudah dicapai. g. Sasaran dapat memahami kata-kata yang digunakan
2.3.2 Sifat Metode Ceramah Interaktif
Peranan siswa dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat masalah-masalah penting yang disampaikan guru. Menurut Sagala Syaiful, (2009), sifat metode ceramah adalah:
(44)
1. Tidak dapat memberikan kesempatan untuk berdiskusi memecahkan masalah sehingga proses penyerapan pengetahuan kurang tajam.
2. Kurang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keberanian mengemukakan pendapatnya.
3. Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang dapat ditangkap oleh pendengamya, apalagi menggunakan kata-kata asing.
4. Kurang cocok dengan tingkah laku kemampuan anak yang masih kecil, karena taraf berpikir anak masih berada dalam taraf yang kurang konkret.
2.3.3 Kebaikan dan Kelemahan Metode Ceramah Interaktif
Menurut Suryosubroto (2002), kebaikan metode ceramah antara lain (a) guru dapat menguasai seluruh arah kelas; (b) organisasi kelas sederhana. Sedangkan kelemahan metode ceramah (a) guru sukar mengetahul sampai di mana murid-murid telah mengerti pembicaraannya atau menerima pesan yang disampaikan; (b) murid sering kali memberi pengertian lain dan hal yang dimaksudkan guru.
Sagala Syaiful, (2009) menyebutkan kelebihan metode ceramah interaktif antara lain:
a. Dapat menampung banyak siswa, sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan si pengajar, dan biaya pun menjadi relatif lebih murah.
b. Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang dianggap penting, sehingga waktu dan energi dapat digunakan seefektif mungkin.
(45)
d. Sangat baik, jika terbatasnya jumlah buku dan alat peraga.
Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah bahwa peserta didik belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan observasi atau pengamatan. Dengan cara seperti itu peserta didik menjadi kritis dan aktif belajar (Prayekti, 2006). Selain keterampilan berpikir rasional dan keterampilan proses dalam memecahkan suatu persoalan melalui aktivitas hands-on dan minds-on, memberi sarana bermain bagi siswa melalui aktivitas eksplorasi dan penyidikan, melatih siswa untuk mengungkapkan rasa ingin tahuannya pada tahap pertanyaan siswa (Andayani, 2005).
Sagala Syaiful, (2009) menjelaskan kelemahan metode ceramah interaktif adalah:
a. Terlalu banyaknya materi yang di ceramahkan (disampaikan) akan membuat si anak tidak mampu menguasai semua materi.
b. Pembelajaran melalui ceramah, cenderung lebih mudah terlupakan dibanding dengan belajar dengan melakukan (learning to do)
c. Sistem pembelajaran si anak lebih ke arah hafalan (rote learning), sehingga akan kebingungan bila ditanya pengertian dan asal muasal suatu
Dengan menggunakan metode ceramah interaktif, remaja atau siswa/siswi akan lebih mudah memahami tentang informasi khususnya HIV/AIDS karena mereka bisa saling berdiskusi dan menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan HIV/AIDS.
(46)
2.4Pendidikan Teman Sebaya (Peer Group) 2.4.1 Pengertian Pendidikan Kelompok Sebaya
Istilah kelompok sebaya (peer group) diartikan adalah kelompok yang terdiri dari individu yang sederajat atau setara (Equal). Pengertian setara ialah mengacu pada persamaan-persamaan tertentu didalam kelompok, terutama dari segi persamaan usia dan status sosial. Beliau mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya adalah suatu kelompok primer yang mempunyai hubungan erat dan intim dan anggotanya memiliki kesamaan dalam hal status, dimana istilah kelompok teman sebaya dikalangan anak-anak dan remaja, melainkan juga kelompok orang dewasa yang memiliki status lebih kurang sama (Bantarti, 2005).
Konsep peer group menggunakan orang-orang dari kelompok sebaya dimaksudkan untuk mempermudah penyampaian pesan-pesan kepada kelompok sasaran. Asumsi mendasarnya disini adalah, seseorang akan lebih bersedia mendengarkan jika pesan-pesan disampaikan oleh orang yang berasal dari lingkungan mereka sendiri, atau memiliki latar belakang sosial yang lebih kurang sama (Lucie, 2005).
Metode ini telah diterapkan sejak lama dalam bidang kesehatan masyarakat (public health) dan kesehatan keluarga seperti pada pendidikan gizi, keluarga berencana, pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, dan masalah kenakalan remaja (UNAIDS, 2007). Flanangan dan Mghner menjelaskan bahwa umumnya metode peer group dipilih karena :
(47)
1. Cocok Secara Budaya (Culturally Appropripate)
Peer Group merupakan sarana yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan yang secara kultural bersifat peka atau sensitive, dimana kemungkinan benturan norma dan nilai-nilai dapat dikurangi karena dilakukan melalui orang dalam kelompok seseorang itu sendiri
2. Berbasis Komunitas (Community Based)
Peer group merupakan intervensi pada level komunitas yang mendukung dan melengkapi program-program lain. peer group ini memiliki keterkaitan erat dengan strategi-strategi (pembangunan sosial) lainnya yang berbasis komunitas. 3. Mudah Diterima oleh Khalayak yang Menjadi Sasaran
Sebagian besar orang merasa lebih nyaman mengadukan persoalan mereka kepada kelompok sebaya , terutama masalah-masalah pribadi seperti seksualitas. 4. Ekonomis
Metode peer group memungkinkan tersedianya layanan sosial yang luas dengan biaya lebih kecil, dan layanan tersebut dapat tersedia secara efektif.
Peer group (pendidikan kelompok teman sebaya) adalah orang-orang yang dilatih untuk menjangkau target populasi khusus dari suatu layanan kesehatan. Tidak semua orang dari kelompok sasaran dapat menjadi peer edukator. Suatu program peer group dapat efektif, peer edukator harus dipilih dari orang-orang yang diterima oleh kelompok sasaran, dan kepribadian mereka harus kondusif untuk mendapatkan informasi dan memiliki kecocokan dengan pekerjaan yang akan mereka lakukan.
(48)
Model pembelajaran tutor sebaya mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan, Miler (dalam Djalil 1997) menuliskan saran penggunaan pendidikan sebaya sebagai berikut.
a. Menjelaskan tujuan kepada seluruh siswa (kelas). misalnya: agar materi HIV/AIDS mudah dipahami.
b. Menyiapkan bahan dan sumber belajar yang memadai. c. Menggunakan cara yang praktis dan sistematis.
d. Hindari kegiatan pengulangan yang telah dilakukan guru.
e. Pusatkan kegiatan tutorial pada keterampilan yang akan dilakukan tutor. f. Memberikan latihan singkat mengenai yang akan dilakukan tutor.
g. Melakukan pemantauan terhadap proses belajar yang terjadi melalui tutor sebaya. h. Menjaga perilaku siswa yang menjadi tutor tidak sombong atau meremahkan
temannya.
2.4.2 Peer Education dalam Penanggulangan HIV/AIDS
Pendidikan kelompok sebaya sangat bermanfaat bagi program penanggulangan HIV/AIDS, karena aspek informasi dan pengetahuan berperan bagi seseorang untuk mencegah dirinya terkena infeksi , dimana pengetahuan, sikap, dan perilaku seksual memiliki keterkaitan erat. Banyak kekeliruan informasi berkenaan dengan HIV/AIDS, sehingga merupakan mitos-mitos yang mempengaruhi persepsi seseorang tentang penyakit tersebut dan/ atau tentang penderita. Untuk itu, diperlukan peer edukator terlatih untuk membantu penyampaian informasi dan pengetahuan yang
(49)
benar, sekaligus membangun kewaspadaan terhadap resiko penularan HIV/ AIDS dikalangan kelompok sebaya yang menjadi sasaran program.
2.4.3 Pengaruh Teman Sebaya
Teman sebaya dapat memberi pengaruh positif atau negative pada remaja . Memiliki teman-teman yang nakal meningkatkan resiko remaja menjadi nakal pula (Santrock, 2005). Remaja menjadi nakal karena mereka tersosialisasi kedalam kenakalan, terutama oleh kelompok pertemanan. Sebaliknya secara positif, menurut Vembrianto, kelompok teman sebaya adalah tempat terjadinya proses belajar sosial, yakni suatu proses dimana individu mengadopsi kebiasaan–kebiasaan, sikap, gagasan, keyakinan, nilai-nilai dan pola tingkah laku dalam masyarakat, dan mengembangkan nya menjadi suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya .
Pada masa remaja, individu mulai merasakan, identitas dirinya (ego) dimana dirinya adalah manusia unik yang sudah siap masuk ke dalam peran tertentu ditengah masyarakat. Pada masa inilah individu mulai menyadari sifat-sifat yang melekat dalam dirinya sendiri, seperti aneka kesukaan dan ketidak sukaannya, tujuan-tujuan yang dikejar dimasa depan, kekuatan dan keinginan mengontrol nasibnya sendiri. Inilah masa atau tahapan identitas versus kekacauan identitas, seperti dikemukakan Erikson, pada tahap ini ego memiliki kapasitas untuk memilih dan mengintegrasikan bakat, kemampuan, dan ketrampilan-ketrampilan dalam melakukan identifikasi dengan orang–orang yang sependapat dan dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan sosial, serta menjaga pertahanan dirinya terhadap berbagai ancaman dan kecemasan. Melalui proses tersebut remaja akhirnya mampu memutuskan infus-infus,
(50)
kebutuhan-kebutuhan, dan peranan-peranan manakah yang paling cocok dan efektif bagi diri mereka. Semua ciri tersebut dipilih dan dihimpun pada masa remaja , untuk kemudian nantinya diintegrasikan dalam rangka membentuk identitas psikososial bagi orang dewasa.
Tahap pembentukan identitas pada diri remaja adalah masa-masa yang paling sulit jika dibandingkan dengan masa-masa lain, karena adanya kekacauan peran atau kekacauan identitas. Keadaan atau kondisi ini dapat membuat remaja bisa merasa terisolasi, hampa, cemas dan bimbang. Dia merasa harus melakukan keputusan keputusan penting namun tidak sanggup. Mereka sangat peka terhadap orang-orang lain yang memandang mereka, dan menjadi mudah tersinggung dan merasa malu. Selama periode kekacauan identitas, remaja merasa bahwa ia mundur keperiode sifat kanak-kanak sebagai alternatif yang menyenangkan daripada melibatkan diri dalam masyarakat orang dewasa yang dituntut dirinya suatu saat remaja menutup diri terhadap siapapun karena takut ditolak dikecewakan atau disesatkan.
Teman sebaya merupakan acuan penting bagi remaja untuk dapat melewati dengan baik, masa-masa sulit pada periode pada transisi dan pembentukan identitas tersebut. Dalam pergaulan sehari-hari, remaja sangat terikat dengan kelompok teman sebayanya, dimana semua tindakan atau perbuatan perlu memperoleh dukungan dan persetujuan sebayanya (Sarlito, 2008).
(51)
2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Peer Group
Pendekatan metode pendidikan sebaya mempunyai sejumlah kelebihan, yaitu: a. Pendidikan sebaya dapat dilakukan di mana saja asalkan nyaman buat pendidik
sebaya dan kelompoknya. Kegiatan tidak harus dilakukan di ruangan khusus tetapi bisa dilakukan di teras mesjid, di bawah pohon yang rindang, di ruang kelas yang sedang tidak dipakai dan sebagainya.
b. Pendidikan sebaya merupakan peran serta masyarakat dalam mendukung dan melengkapi program lain yang berkaitan dengan strategi masyarakat lainnya. c. Kelompok target lebih merasa nyaman berdiskusi dengan sebaya mengenai
masalah mereka seperti HIV/AIDS.
d. Teknik penyampaian informasi tidak monoton.
e. Komunikasi dua arah
Komunikasi yang terjadi bersifat dua arah, atau terjadi hubungan timbal balik. Dialog sangat efektif menghadapi teman yang sifatnya tertutup, cenderung menolak pandangan lain atau perubahan. Pendidik sebaya harus bisa mendengarkan setiap teman, terbuka dan menghargai pandangan dengan menghindari kesan bahwa pendidik sebaya hendak memaksakan suatu informasi baru pada sasaran. Melalui komunikasi dua arah ini hambatan atau permasalahan yang mungkin terjadi bisa beres tanpa ada yang dikecewakan (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, 2008).
(52)
Sedangkan menurut Muchtar (2007), metode pendidikan sebaya mempunyai kelemahan antara lain:
a. Dapat menimbulkan perselisahan akibat ego remaja.
b. Informasi yang disampaikan kurang jelas apabila teman sebaya kurang memahami teknik komunikasi yang baik.
c. Bersifat diskriminatif, apabila teman sebaya merasa tidak senang dengan teman lainnya.
d. Tidak semua siswa dapat menjelaskan atau memahami informasi yang disampaikan kepada temannya.
e. Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya karena perbedaan pola pikir
2.4.5 Alat Bantu Penyuluhan
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan penyuluh dalam penyampaian informasi. Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/ pengetahuan yang diperoleh. Lucie , 2005 membagi alat peraga tersebut atas sebelas macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam sebuah kerucut.Secara berurut dari intensitas yang paling kecil sampai yang paling besar alat tersebut antara lain: kata-kata; tulisan ; rekaman radio; televisi; film; pameran; fieldtrip; demonstrasi; sandiwara; benda tiruan; benda asli. alat bantu akan sangat membantu di dalam
(53)
melakukan penyuluhan agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan tepat (Notoatmodjo, 2007).
Ada beberapa macam alat bantu antara lain :
a. Alat bantu lihat , misalnya slide, film, gambar dan lain-lain b. Alat bantu dengar, misalnya radio, piringan hitam dan lain-lain c. Alat bantu dengar misalnya televise, video cassette
Menurut pembuatan dan penggunaanya alat bantu ini dapat dikelompokkan menjadi :
a. Alat bantu yang rumit (complicated) seperti film strip, slide, yang memerlukan alat untuk mengoperasikannnya
b. Alat bantu yang sederhana seperti leafl, benda- benda yang nyata, buku bergambar, flannel graph, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
2.5 Pengetahuan
2.5.1 Pengertian Pengetahun
Pengetahuan merupakan pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut (Walgito, 2005).
(1)
Correlations Sikap
Correlations
1 ,319 ,028 ,262 ,221 ,582** ,300 ,413* ,379* ,326 ,404* ,479** ,365* ,417* ,479** ,237 ,357 ,393* ,182 ,393* ,596** ,086 ,884 ,163 ,240 ,001 ,107 ,023 ,039 ,078 ,027 ,007 ,048 ,022 ,007 ,207 ,053 ,032 ,336 ,032 ,001
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,319 1 ,615** ,957** ,763** ,218 ,832** ,789** ,674** ,592** -,089 -,017 -,142 -,042 -,017 -,159 ,100 -,065 ,026 -,065 ,469** ,086 ,000 ,000 ,000 ,247 ,000 ,000 ,000 ,001 ,638 ,930 ,456 ,828 ,930 ,400 ,599 ,734 ,891 ,734 ,009
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,028 ,615** 1 ,536** ,419* -,155 ,521** ,488** ,372* ,304 ,111 ,182 ,088 ,188 ,182 ,082 ,289 ,155 ,272 ,155 ,438* ,884 ,000 ,002 ,021 ,412 ,003 ,006 ,043 ,102 ,559 ,335 ,644 ,319 ,335 ,665 ,121 ,415 ,146 ,415 ,016
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,262 ,957** ,536** 1 ,763** ,237 ,808** ,802** ,624** ,620** -,127 -,054 -,183 -,086 -,054 -,196 ,054 -,096 ,048 -,096 ,432* ,163 ,000 ,002 ,000 ,208 ,000 ,000 ,000 ,000 ,502 ,775 ,333 ,653 ,775 ,299 ,775 ,613 ,802 ,613 ,017
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,221 ,763** ,419* ,763** 1 ,327 ,783** ,606** ,635** ,568** ,033 ,062 -,019 ,040 ,062 ,084 ,180 -,028 ,036 -,028 ,492** ,240 ,000 ,021 ,000 ,078 ,000 ,000 ,000 ,001 ,863 ,746 ,922 ,833 ,746 ,660 ,342 ,884 ,849 ,884 ,006
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,582** ,218 -,155 ,237 ,327 1 ,262 ,335 ,324 ,263 ,622** ,535** ,574** ,466** ,535** ,293 ,400* ,537** ,287 ,537** ,650** ,001 ,247 ,412 ,208 ,078 ,161 ,070 ,081 ,160 ,000 ,002 ,001 ,009 ,002 ,116 ,029 ,002 ,125 ,002 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,300 ,832** ,521** ,808** ,783** ,262 1 ,679** ,811** ,547** -,061 -,040 -,124 -,085 -,040 -,165 ,040 -,102 -,012 -,102 ,434* ,107 ,000 ,003 ,000 ,000 ,161 ,000 ,000 ,002 ,750 ,835 ,512 ,656 ,835 ,382 ,835 ,590 ,951 ,590 ,017
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,413* ,789** ,488** ,802** ,606** ,335 ,679** 1 ,550** ,774** ,136 ,205 ,088 ,194 ,205 ,060 ,184 ,148 ,078 ,148 ,604** ,023 ,000 ,006 ,000 ,000 ,070 ,000 ,002 ,000 ,475 ,277 ,643 ,304 ,277 ,752 ,329 ,436 ,680 ,436 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,379* ,674** ,372* ,624** ,635** ,324 ,811** ,550** 1 ,444* ,049 ,064 ,064 ,096 ,064 ,032 ,128 ,017 ,033 ,017 ,479** ,039 ,000 ,043 ,000 ,000 ,081 ,000 ,002 ,014 ,796 ,736 ,736 ,614 ,736 ,865 ,499 ,931 ,861 ,931 ,007
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,326 ,592** ,304 ,620** ,568** ,263 ,547** ,774** ,444* 1 ,069 ,071 ,032 ,000 ,071 -,016 ,087 ,061 ,033 ,061 ,452* ,078 ,001 ,102 ,000 ,001 ,160 ,002 ,000 ,014 ,718 ,708 ,868 1,000 ,708 ,933 ,647 ,747 ,863 ,747 ,012
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,404* -,089 ,111 -,127 ,033 ,622** -,061 ,136 ,049 ,069 1 ,942** ,981** ,908** ,942** ,742** ,799** ,921** ,610** ,921** ,796** ,027 ,638 ,559 ,502 ,863 ,000 ,750 ,475 ,796 ,718 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,479** -,017 ,182 -,054 ,062 ,535** -,040 ,205 ,064 ,071 ,942** 1 ,923** ,964** 1,000** ,808** ,856** ,947** ,665** ,947** ,844** ,007 ,930 ,335 ,775 ,746 ,002 ,835 ,277 ,736 ,708 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,365* -,142 ,088 -,183 -,019 ,574** -,124 ,088 ,064 ,032 ,981** ,923** 1 ,925** ,923** ,769** ,778** ,907** ,585** ,907** ,759** ,048 ,456 ,644 ,333 ,922 ,001 ,512 ,643 ,736 ,868 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,417* -,042 ,188 -,086 ,040 ,466** -,085 ,194 ,096 ,000 ,908** ,964** ,925** 1 ,964** ,855** ,810** ,918** ,602** ,918** ,806** ,022 ,828 ,319 ,653 ,833 ,009 ,656 ,304 ,614 1,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,479** -,017 ,182 -,054 ,062 ,535** -,040 ,205 ,064 ,071 ,942** 1,000** ,923** ,964** 1 ,808** ,856** ,947** ,665** ,947** ,844** ,007 ,930 ,335 ,775 ,746 ,002 ,835 ,277 ,736 ,708 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,237 -,159 ,082 -,196 ,084 ,293 -,165 ,060 ,032 -,016 ,742** ,808** ,769** ,855** ,808** 1 ,673** ,739** ,489** ,739** ,635** ,207 ,400 ,665 ,299 ,660 ,116 ,382 ,752 ,865 ,933 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,006 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,357 ,100 ,289 ,054 ,180 ,400* ,040 ,184 ,128 ,087 ,799** ,856** ,778** ,810** ,856** ,673** 1 ,813** ,783** ,813** ,796** ,053 ,599 ,121 ,775 ,342 ,029 ,835 ,329 ,499 ,647 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,393* -,065 ,155 -,096 -,028 ,537** -,102 ,148 ,017 ,061 ,921** ,947** ,907** ,918** ,947** ,739** ,813** 1 ,638** 1,000** ,791** ,032 ,734 ,415 ,613 ,884 ,002 ,590 ,436 ,931 ,747 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,182 ,026 ,272 ,048 ,036 ,287 -,012 ,078 ,033 ,033 ,610** ,665** ,585** ,602** ,665** ,489** ,783** ,638** 1 ,638** ,610** ,336 ,891 ,146 ,802 ,849 ,125 ,951 ,680 ,861 ,863 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,006 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,393* -,065 ,155 -,096 -,028 ,537** -,102 ,148 ,017 ,061 ,921** ,947** ,907** ,918** ,947** ,739** ,813** 1,000** ,638** 1 ,791** ,032 ,734 ,415 ,613 ,884 ,002 ,590 ,436 ,931 ,747 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,596** ,469** ,438* ,432* ,492** ,650** ,434* ,604** ,479** ,452* ,796** ,844** ,759** ,806** ,844** ,635** ,796** ,791** ,610** ,791** 1 ,001 ,009 ,016 ,017 ,006 ,000 ,017 ,000 ,007 ,012 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 STOT
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 STOT
Correlation is si gnifi cant at the 0.01 level (2-tail ed). **.
Correlation is si gnifi cant at the 0.05 level (2-tail ed). *.
(2)
Nonparametric Correlations
Correlations
1,000 ,302 -,012 ,239 ,221 ,597** ,306 ,394* ,383* ,334 ,410* ,470** ,370* ,408* ,470** ,230 ,347 ,387* ,168 ,387* . ,105 ,950 ,203 ,240 ,000 ,100 ,031 ,037 ,072 ,025 ,009 ,044 ,025 ,009 ,221 ,060 ,034 ,375 ,034
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,302 1,000 ,634** ,957** ,690** ,183 ,786** ,779** ,637** ,572** -,112 -,034 -,159 -,051 -,034 -,171 ,094 -,069 ,022 -,069 ,105 . ,000 ,000 ,000 ,333 ,000 ,000 ,000 ,001 ,555 ,859 ,403 ,789 ,859 ,367 ,620 ,717 ,907 ,717
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-,012 ,634** 1,000 ,564** ,368* -,184 ,463* ,484** ,301 ,260 ,057 ,139 ,028 ,144 ,139 ,023 ,267 ,119 ,292 ,119 ,950 ,000 . ,001 ,045 ,329 ,010 ,007 ,106 ,165 ,764 ,463 ,883 ,448 ,463 ,903 ,153 ,532 ,117 ,532
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,239 ,957** ,564** 1,000 ,702** ,200 ,774** ,812** ,607** ,614** -,137 -,058 -,187 -,083 -,058 -,190 ,058 -,081 ,015 -,081 ,203 ,000 ,001 . ,000 ,290 ,000 ,000 ,000 ,000 ,469 ,760 ,322 ,664 ,760 ,314 ,760 ,669 ,935 ,669
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,221 ,690** ,368* ,702** 1,000 ,344 ,753** ,567** ,611** ,549** ,059 ,086 ,011 ,068 ,086 ,114 ,208 -,001 ,038 -,001 ,240 ,000 ,045 ,000 . ,063 ,000 ,001 ,000 ,002 ,756 ,652 ,953 ,723 ,652 ,549 ,270 ,994 ,844 ,994
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,597** ,183 -,184 ,200 ,344 1,000 ,261 ,319 ,319 ,283 ,612** ,536** ,568** ,465** ,536** ,297 ,395* ,524** ,279 ,524** ,000 ,333 ,329 ,290 ,063 . ,164 ,086 ,086 ,130 ,000 ,002 ,001 ,010 ,002 ,111 ,031 ,003 ,135 ,003
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,306 ,786** ,463* ,774** ,753** ,261 1,000 ,667** ,811** ,555** -,059 -,040 -,120 -,085 -,040 -,155 ,040 -,100 -,010 -,100 ,100 ,000 ,010 ,000 ,000 ,164 . ,000 ,000 ,001 ,755 ,834 ,529 ,656 ,834 ,412 ,834 ,600 ,957 ,600
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,394* ,779** ,484** ,812** ,567** ,319 ,667** 1,000 ,541** ,767** ,132 ,199 ,086 ,189 ,199 ,064 ,179 ,157 ,073 ,157 ,031 ,000 ,007 ,000 ,001 ,086 ,000 . ,002 ,000 ,488 ,291 ,653 ,317 ,291 ,738 ,343 ,408 ,700 ,408
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,383* ,637** ,301 ,607** ,611** ,319 ,811** ,541** 1,000 ,450* ,056 ,068 ,068 ,096 ,068 ,040 ,125 ,028 ,017 ,028 ,037 ,000 ,106 ,000 ,000 ,086 ,000 ,002 . ,013 ,768 ,721 ,721 ,614 ,721 ,834 ,512 ,882 ,927 ,882
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,334 ,572** ,260 ,614** ,549** ,283 ,555** ,767** ,450* 1,000 ,086 ,082 ,048 ,007 ,082 ,000 ,089 ,075 ,021 ,075 ,072 ,001 ,165 ,000 ,002 ,130 ,001 ,000 ,013 . ,653 ,666 ,800 ,972 ,666 ,999 ,640 ,692 ,912 ,692
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,410* -,112 ,057 -,137 ,059 ,612** -,059 ,132 ,056 ,086 1,000 ,950** ,984** ,916** ,950** ,752** ,799** ,921** ,587** ,921** ,025 ,555 ,764 ,469 ,756 ,000 ,755 ,488 ,768 ,653 . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,470** -,034 ,139 -,058 ,086 ,536** -,040 ,199 ,068 ,082 ,950** 1,000 ,932** ,965** 1,000** ,805** ,853** ,953** ,649** ,953** ,009 ,859 ,463 ,760 ,652 ,002 ,834 ,291 ,721 ,666 ,000 . ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,370* -,159 ,028 -,187 ,011 ,568** -,120 ,086 ,068 ,048 ,984** ,932** 1,000 ,929** ,932** ,773** ,776** ,910** ,556** ,910** ,044 ,403 ,883 ,322 ,953 ,001 ,529 ,653 ,721 ,800 ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,408* -,051 ,144 -,083 ,068 ,465** -,085 ,189 ,096 ,007 ,916** ,965** ,929** 1,000 ,965** ,852** ,807** ,928** ,584** ,928** ,025 ,789 ,448 ,664 ,723 ,010 ,656 ,317 ,614 ,972 ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,470** -,034 ,139 -,058 ,086 ,536** -,040 ,199 ,068 ,082 ,950** 1,000** ,932** ,965** 1,000 ,805** ,853** ,953** ,649** ,953** ,009 ,859 ,463 ,760 ,652 ,002 ,834 ,291 ,721 ,666 ,000 . ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,230 -,171 ,023 -,190 ,114 ,297 -,155 ,064 ,040 ,000 ,752** ,805** ,773** ,852** ,805** 1,000 ,660** ,747** ,454* ,747** ,221 ,367 ,903 ,314 ,549 ,111 ,412 ,738 ,834 ,999 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000 ,012 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,347 ,094 ,267 ,058 ,208 ,395* ,040 ,179 ,125 ,089 ,799** ,853** ,776** ,807** ,853** ,660** 1,000 ,817** ,779** ,817** ,060 ,620 ,153 ,760 ,270 ,031 ,834 ,343 ,512 ,640 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,387* -,069 ,119 -,081 -,001 ,524** -,100 ,157 ,028 ,075 ,921** ,953** ,910** ,928** ,953** ,747** ,817** 1,000 ,629** 1,000** ,034 ,717 ,532 ,669 ,994 ,003 ,600 ,408 ,882 ,692 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000 .
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,168 ,022 ,292 ,015 ,038 ,279 -,010 ,073 ,017 ,021 ,587** ,649** ,556** ,584** ,649** ,454* ,779** ,629** 1,000 ,629** ,375 ,907 ,117 ,935 ,844 ,135 ,957 ,700 ,927 ,912 ,001 ,000 ,001 ,001 ,000 ,012 ,000 ,000 . ,000
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,387* -,069 ,119 -,081 -,001 ,524** -,100 ,157 ,028 ,075 ,921** ,953** ,910** ,928** ,953** ,747** ,817** 1,000** ,629** 1,000 ,034 ,717 ,532 ,669 ,994 ,003 ,600 ,408 ,882 ,692 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000 .
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
,589** ,365* ,330 ,350 ,429* ,661** ,365* ,582** ,399* ,487** ,836** ,863** ,793** ,810** ,863** ,643** ,802** ,824** ,598** ,824** Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 STOT Spearm an's rho
(3)
Lampiran 3 : Hasil uji validitas dan reliabilitas
1.
Pengetahuan
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Ca se P rocessing Sum ma ry
30
100,0
0
,0
30
100,0
Valid
Ex cluded
a
Total
Cases
N
%
Lis twis e deletion based on all
variables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
,937
15
Cronbach's
Alpha
N of Items
Item Statistics
,70
,466
30
,77
,430
30
,77
,430
30
,63
,490
30
,77
,430
30
,83
,379
30
,73
,450
30
,73
,450
30
,80
,407
30
,63
,490
30
,70
,466
30
,77
,430
30
,77
,430
30
,63
,490
30
,77
,430
30
p1
p2
p3
p4
p5
p6
p7
p8
p9
p10
p11
p12
p13
p14
p15
(4)
Ite m-Tota l Sta tisti cs
10,30
21,114
,575
,936
10,23
20,254
,866
,928
10,23
20,530
,790
,930
10,37
20,447
,701
,933
10,23
21,220
,603
,935
10,17
21,316
,667
,934
10,27
20,961
,639
,934
10,27
20,616
,728
,932
10,20
21,476
,571
,936
10,37
20,792
,618
,935
10,30
21,114
,575
,936
10,23
20,254
,866
,928
10,23
20,530
,790
,930
10,37
20,447
,701
,933
10,23
21,220
,603
,935
p1
p2
p3
p4
p5
p6
p7
p8
p9
p10
p11
p12
p13
p14
p15
Sc ale Mean if
Item Deleted
Sc ale
Variance if
Item Deleted
Correc ted
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Scale Sta tisti cs
11,00
23,793
4,878
15
Mean
Variance
St d. Deviation
N of Items
2.
Sikap
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Ca se P rocessing Sum ma ry
30
100,0
0
,0
30
100,0
Valid
Ex cluded
a
Total
Cases
N
%
Lis twis e deletion based on all
variables in the procedure.
a.
(5)
Reliability Statistics
,925
20
Cronbach's
Alpha
N of Items
Item Statistics
2,20
,961
30
1,70
,877
30
1,57
,774
30
1,63
,850
30
1,77
,898
30
2,17
,913
30
1,50
,861
30
1,87
,937
30
1,33
,758
30
2,10
,923
30
2,10
,923
30
2,07
,944
30
2,10
,923
30
2,00
,947
30
2,07
,944
30
2,13
,937
30
1,93
,944
30
2,17
,913
30
1,73
,907
30
2,17
,913
30
S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15
S16
S17
S18
S19
S20
(6)