sangat berkaitan dengan apa yang dipraktekkan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU dalam melakukan kegiatan-kegiatan kampus seperti : berteater, baca puisi, berpidato, dan
banyak lagi kegiatan-kegiatan kampus yang berhubungan dengan seni berbicara didepan umum dan beretorika. Atas dasar ini lah peneliti memilih mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya
USU sebagai objek penelitian peneliti untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU terhadap tayangan “Stand Up Comedy” di Metro TV.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah Persepsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Terhadap Tayangan “Stand Up Comedy” di Metro TV?”
I.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan masalah yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun
pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini bersifat deskriptif, yang hanya memaparkan
suatu situasi atau peristiwa secara sistematis. 2.
Penelitian ini menganalisis persepsi mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU terhadap tayangan entertainment “Stand Up Comedy” di Metro
TV. 3.
Objek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU stambuk 2009 yang masih aktif kuliah dan yang pernah menonton
tayangan “Stand Up Comedy”.
Universitas Sumatera Utara
4. Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan maret 2012,
dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran secara umum isi tayangan dan konsep “Stand Up Comedy” di Metro TV.
2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap tayangan entertainment “Stand Up Comedy” di Metro TV.
I.4.2 Manfaat Penelitian
1. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan FISIP USU khususnya
bagi Departemen Ilmu Komunikasi. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis dan
mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak
yang terkait dalam penelitian ini.
I.5 Kerangka Teori
Teori merupakan faktor yang sangat penting dalam proses penelitian. Teori atau paradigma teori digunakan untuk menuntun peneliti menemukan masalah penelitian,
menemukan hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan metodologi, dan menemukan alat-alat analisis data. Karena itu sangat penting teori dibicarakan dalam setiap pembahasan
penelitian. Melihat pentingnya kedudukan teori dalam dalam suatu penelitian, maka
Universitas Sumatera Utara
merupakan suatu keharusan setiap peneliti untuk memahami teori dan mengerti
kedudukannya dalam teori Bungin, 2005:25.
Kerlinger juga menyebutkan bahwa teori merupakan himpunan konstruk konsep, definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2004:6. Teori merupakan asumsi,konstruk,definisi, dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Dengan adanya kerangka teori akan mudah mempermudah peneliti dalam
menganalisis masalah.
I.5.1 Komunikasi
Komunikasi mengandung makna bersama-sama common. Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Para ahli
mendefinisikan menurut sudut pandang mereka masing-masing. Diantaranya adalah menurut Gode Arifin 1988 memberi penjelasan tentang komunikasi sebagai berikut; komunikasi
adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli
oleh satu atau beberapa orang Arifin, 1998:15.
Shannon dan Weaver Wiryanto, 2004:7 mendefinisikan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak
sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi Wiryanto, 2004:7. Rumusan komunikasi yang sangat dikenal
orang adalah rumusan yang dibuat oleh Harold Laswell. Menurut Laswell komunikasi adalah : “who says what in which channel to whom with what effect”. Jadi, jika dipilah-pilahkan
akan terdapat lima unsur atau komponen didalam komunikasi Mulyana, 2002:62 yaitu :
Universitas Sumatera Utara
• Siapa yang mengatakan
komunikator communicator •
Apa yang dikatakan pesan
message •
Media apa yang digunakan media channel
• Kepada siapa pesan disampaikan
komunikan communicantreceiver
• Akibat yang terjadi
efek effect
I.5.2 Komunikasi Massa
Komunikasi massa mass communication adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak surat kabar, majalah atau elektronik radio, televisi yang dikelola
oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang dilembagakan, yang ditujukan kepada kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonym, dan heterogen. Pesan-
pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, selintas, khususnya media elektronik Mulyana, 2002:75. Ciri komunikasi massa ditentukan oleh sifat unsur-unsur yang
dicakupnya, yakni sifat komunikator dan sifat efek. Fungsi komunikasi massa bagi
masyarakat menurut Alexis S Tan Nurudin, 2004:63 adalah :
1. To inform memberi informasi
2. To educate mendidik
3. To persuade mempersuasi
4. To entertaint menghibur
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana diketahui komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Jadi membahas komunikasi massa tidak akan lepas dari media massa sebagai media utama
dalam proses komunikasi itu sendiri.
I.5.3 Model Teori S-M-C-R
Model teori S-M-C-R adalah singkatan dari istilah-istilah S singkatan dari source yang berarti sumber atau komunikator, M singkatan dari message yang berarti pesan, C
singkatan dari channel yang berarti saluran atau media, sedangkan R singkatan dari receiver yang berarti penerima atau komunikan.
Komponen tersebut menurut Edward Sappir mengandung dua pengertian, yakni primer dan sekunder. Media sebagai saluran primer adalah lambing, misalnya bahasa, kial gesture,
gambar atau warna, yaitu lambang-lambang yang dipergunakan khusus dalam komunikasi tatap muka face to face communication, sedangkan media sekunder adalah media yang
berwujud, baik media massa misalnya, surat kabar, radio, televisi, maupun media massa lainnya seperti surat, telepon, atau poster.
Jadi komunikator pada komunikasi tatap muka hanya menggunakan satu media, misalnya bahasa, sedangkan pada komunikasi bermedia seorang komunikasi bermedia adalah seorang
komunikator seperti wartawan, penyiar, atau reporter menggunakan dua media, yakni media primer dan media sekunder, jelasnya bahasa dan sarankan yang ia operasikan. Secara
sederhana, teori ini mengemukakan bahwa proses komunikasi akan terjadi apabila seseorang menyampaikan pesan melalui saluran kepada komunikan.
I.5.4 Televisi Televisi sebagai media komunikasi massa, berasal dari dua suku kata, yaitu “tele”
yang berarti jarak” dalam bahasa yunani dan “visi” yang berarti “citra atau gambar” dalam
Universitas Sumatera Utara
bahasa latin. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh. Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya
yaitu memberi informasi, mendidik, membujuk, dan menghibur. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada mdia televisi. Umumnya tujuan khalayak menonton televisi adalah untuk
memperoleh informasi dan hiburan J.B Wahyudi, 1985:28.
I.5.5 Hiburan
Hiburan merupakan sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hiburan diartikan sebagai semua macam atau jenis keramaian, pertunjukan atau permainan atau segala bentuk
usaha yang dapat dinikmati oleh setiap orang dengan nama dan dalam bentuk apapun, dimana untuk menonton atau mempergunakan fasilitas yang ada. Dengan demikian dimaksudkan
disini adalah pengertian hiburan yang luas, yang dapat menimbulkan perasaan senang,
terhibur atau hal-hal yang menyenangkan bagi diri manusia dalam bentuk :
1. Keramaian, antara lain pasar malam, pesta dansa, taman rekreasi, tempat tempat wisata dan yang sejenis.
2. Pertunjukan, antara lain bioskop, wayang kabaret, sirkus, sandiwara, pertunjukan pertunjukan di Rumah Makan, Rumah Minum, Bar, Kelab Malam, varrete, lawak,
sulap, pertunjukan ketangkasan mengemudi, ketangkasan berkuda, menonton acara hiburan di televisi dan yang sejenis.
3. Permainan, antara lain menembak, melempar, sepeda air, pusat hiburan bola sodok permainan mesin keping, kereta pesiar, selancar, bola gelinding bowling, komedi
putar dan yang sejenis.
4. Bentuk usaha yang dapat dinikmati serta dapat menimbulkan rasa terhibur bagi setiap orang, antara lain tempat usaha seperti usaha kesegaran jasmani yang semata-mata untuk
Universitas Sumatera Utara
olah raga, penjagaan dan peningkatan kesehatan, usaha pemandian umum, atau bentuk usaha lain http:jakarta.go.id
.
Hiburan juga tidak dapat dipungkiri bahwa hiburan memang tidak pernah lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Selama ini hiburan seringkali diartikan secara sempit, seperti nonton
film atau nonton konser. Tetapi sebenarnya, perlu dipahami bahwa arti hiburan itu sendiri sebetulnya luas. Misalnya, datang ke bioskop untuk menonton film, itu juga sudah termasuk
hiburan, mendengar musik di radio tape di rumah, pergi ke restoran dan makan bersama teman- teman, juga menonton acara hiburan di televisi, asalkan sifatnya bisa menghibur dan dapat
dikatakan sebagai hiburan. Hiburan juga dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas yang bisa kita lakukan. Artinya,
hiburan juga bisa membantu kita memberi semangat sebelum kita mengerjakan kembali aktivitas kita sehari-hari. Hiburan tidak dapat dipungkiri bahwa hiburan memang tidak pernah lepas dari
kehidupan sehari-hari. Menonton acara komedi dapat dikatakan sebagai aktivitas hiburan yang paling banyak penggemarnya. Dunia hiburan pada saat ini masih didominasi oleh acara-acara
komedi, Menonton acara-acara komedi adalah salah satu sarana hiburan yang dapat melepas lelah setelah beraktifitas.
I.5.6 Retorika dan Public Speaking
Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric bersumber dari perkataan Latin rhetorica yang berarti ilmu bicara. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren dalam
bukunya, Modern Rhetoric, mendefinisikan retorika sebagi the art of using language effectively atau seni penggunaan bahasa secara efektif. Kedua pengertian tersebut
menunjukkan bahwa retorika mempunyai pengertian sempit: mengenai bicara, dan pengertian luas: penggunaan bahasa, bisa lisan, dapat juga tulisan. Oleh karena itu, ada sementara orang
yang menartikan retorika sebagai Public speaking atau pidato di depan umum, banyak juga
Universitas Sumatera Utara
yang beranggapan bahwa retorika tidak hanya berarti pidato didepan umum, tetapi juga termasuk seni menulis.
Kedua pengertian atau anggapan tersebut benar sebab kedua-duanya berkisar pada penggunaan bahasa. Misalnya ialah bagaimana menggunakan bahasa sebagai lambang
komunikasi itu, apakah komunikasi tatap muka atau komunikasi media. Pada akhirnya, apabila ditinjau dari ilmu komunikasi, bahasa sebagai lambang dalam proses komunikasi itu
tidak berdiri sendiri, tetapi bertautan dengan komponen-komponen komuniksi lainnya: komunikator yang menggunakan bahasa itu, pesan yang dibawakan oleh bahasa itu, yang
akan meneruskan bahasa itu, komunikan yang dituju oleh bahasa itu, dan efek yang diharapkan dari komunikan dengan menggunakan bahasa itu.
Sebagai cikal bakal ilmu komunikasi, retorika mempunyai sejarah yang panjang. Para ahli berpendapat bahwa retorika sudah ada sejak manusia ada. Akan tetapi, retorika sebagai
seni bicara yang dipelajari dimulai pada abad ke 5 SM. Ketika kaum Sofis di Yunani mengembara dari tempat yang satu ke tempat yang lain untuk mengajarkan pengetahuan
mengenai politik dan pemerintahan dengan penekanan terutama pada kemampuan berpidato.
1.5.7 Persepsi
Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terdiri dalam pengamatan seseorang terhadap sesuatu informasi yang disamapaikan oleh orang lain yang sedang saling
berkomunikasi, berhubungan, atau bekerjasama, jadi setiap orang tidak terlepas dari proses persepsi. Persepsi dianggap lebih mendalam jika dibandingkan dengan opini. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Le Bouef yang mengatakan bahwa “Persepsi adalah pemahaman kita terhadap apa yang kita alami. Penafsiran kita terhadap apa yang kita lihat
dan apa yang kita dengar yang dipengaruhi oleh kombinasi antara pengalaman masa lalu,
Universitas Sumatera Utara
keadaan, serta psikologi yang benar-benar sama. Bagi setiap orang, apa yang di
persepsikannya itulah kenyataannya”.
Menurut Mc Mahon Adi, 1994:55, persepsi diartikan sebagai proses menginterpretasikan ransangan input dengan menggunakan alat penerima informasi
sensory information. Mergen, King Robinson Adi, 1994:55, persepsi menunjuk pada bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium dunia sekitar kita.
Dengan kata lain, persepsi dapat pula didefinisikan sebagai sesuatu yang dialami oleh manusia.
William James Adi, 1994:55, menambahkan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh atau pengolahan ingatan memory kita diolah kembali
berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Menurut Hindle Thomas dikutip dari Adi, 1994:58 memberikan definisi bahwa persepsi diartikan sebagai suatu proses dimana
seseorang menerima, memilih atau menafsirkan informasi. Kimbal Young mengatakan, “Persepsi adalah sesuatu yang menunjukkan aktivitas
merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek baik fisik maupun sosial” Walgito, 1986:89. Definisi ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau
sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan setelah dirasakan akan menginterpretasikan objek yang dirasakan tersebut.
Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja. Tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat
sesuatu mungkin memberi interpretasi yang berbeda tentang apa yang dilihatnya itu. Secara umum terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhu persepsi seseorang, yaitu:
1. Diri orang yang bersangkutan
sendiri. Apabila seorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi
Universitas Sumatera Utara
tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individu yang turut mempengaruhi seperti sikap, motif,kepentingan, minat pengalaman dan harapannya.
2. Sasaran persepsi tersebut.
Sasaran itu mungkin berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan,
suara, ukuran, tindak-tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi itu turut menentukan cara pandang orang melihatnya.
3. Faktor situasi. Persepsi harus
dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam
pertumbuhan persepsi seseorang Siagian,1989:101. Jalaluddin rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi 2005, mengungkapkan
bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor struktural yang berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada system saraf individu dan faktor fungsional yang
berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk faktor personal.
Dala Sobur 2003:446, dijelaskan bahwa dalam persespi terdapat tiga komponen utama, yaitu :
1. Seleksi, adalah proses
penyaringan oleh indera terhadap ransangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses
mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Sejalan dengan pendapat Renan Khasali, menurut Sobur interpretasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi
Universitas Sumatera Utara
kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses
mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. 3.
Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.
I.6 Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai. Konsep adalah generalisasi
dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai berbagai fenomena yang sama. Kerangka konsep dari suatu gejala sosial yang memadai
diperlukan untuk menyelesaikan masalah penelitian dengan cara yang jelas dan dapat diuji, karena itu variabel-variabel yang penting harus didefinisikan dengan jelas, setidaknya
beberapa variabel yang harus didefinisikan secara operasional untuk memungkinkan dalil- dalil yang dapat diuji. Adapun konsep yang akan dijelaskan dalam penelitian ini yaitu
persepsi mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU terhadap tayangan Stand Up Comedy di Metro TV.
I.7 Model Teoritis Gambar 1
Tayangan Stand Up Comedy
Waktu Penayangan
Frekuensi Menonton
Kredibilitas Comic
Tema Pilihan
Setting Acara
Persepsi Mahasiswa Fakultas Ilmu
Budaya USU
Seleksi
Interpretasi
Reaksi
Universitas Sumatera Utara
I.8 Operasional Variabel