Metode pengajaran Deskripsi Data

b. Kibr sombong, adalah menolak kebenaran dan meremehkan merendahkan manusia. Merasa dirinya memiliki ilmu yang lebih tinggi dari orang lain dan merasa dirinya „alim padahal belum layak. c. Fanatik madzhab, penuntut ilmu wajib menghindari sikap berkelompok dan bergolongan. d. Su‟udzhan buruk sangka, baik itu kepada sesama teman ataupun guru apalagi tanpa alasan yang jelas. 11 Al-Ghazali pun mengatakan dalam bukunya ih ya‟ „ulumiddin bahwa usaha dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan lainnya adalah melalui amalan jiwa, yaitu mengutamakan kesucian jiwa dari akhlak yang tercela. 12 Dapat terlihat dari pemikiran para ulama tersebut sangat mengutamakan niat yang baik dalam setiap perbuatan manusia apalagi dalam hal menuntut ilmu. Sudah seharusnya dalam menuntut ilmu seseorang mengutamakan keikhlasan semata-mata karena Allah ta‟ȃlȃ, dan seseorang tidak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. Banyak sekali ayat-ayat Al- Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallȃhu „alaihi wa sallam yang memerintakhan kita untuk ikhlas, diantaranya yaitu firman Allah subh ȃnahu wa ta‟ȃlȃ berikut:                   “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. QS. Al-Bayyinah:5 13 11 Ibid,. h.81-97 12 Al-Ghazali, Ihyȃ „Ulumiddin: Ilmu dan Keyakinan, Jakarta: Republika Penerbit, 2011, h.109. 13 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, Jakarta : Syȃmil Cipta Media, 2005 Jika dilihat dari kondisi saat ini, sepertinya masih jauh dari yang diharapkan oleh para ahli pendidikan Islam tersebut. Sebab masih banyak para penuntut ilmu yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi yang bersifat duniawi. Hal ini sulit untuk dipungkiri, karena kebanyakan dari mereka sudah terkontaminasi oleh gemerlap kehidupan dunia. Namun, pandangan tersebut bukan berarti menafikan orang-orang yang secara ikhlas mencari ilmu. 2. Menghilangkan Kebodohan Syaikh Utsaimȋn berpendapat bahwa seeorang penuntut ilmu harus meniatkan dalam menuntut ilmu untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain karena pada asalnya manusia adalah bodoh. 14 Dalil tentang hal ini adalah firman Allah ta‟ala:                  “Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur ”. QS. An-Nahl: 78 15 Menurut Syaikh Utsaimȋn, apabila engkau belajar dan engkau menjadi ulama maka hilanglah kebodohan itu dari dirimu, demikian pula engkau harus berniat menghilangkan kebodohan dari umat dengan cara mengajari mereka dengan berbagai cara agar manusia bisa mengambil manfaat dari ilmumu. 16 Jadi, tidak aneh jika Allah subh ȃnahu wa ta‟ȃlȃ menurunkan wahyu-Nya pertama kali tentang perintah untuk menuntut ilmu. Sebab kondisi Rasulullah 14 Muh ammad bin Shȃlih Al-‘Utsaimȋn, Op. cit., h.27. 15 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, …. 16 Ibid., h.28