sebagian dari filsafat Naturalisme. Menurut Al-Ghazali, ilmu-ilmu tersebut jika diperdalam akan menimbulkan kekacauan pikiran dan keraguan, dan akhirnya
cenderung mendorong manusia kepada kufur dan ingkar.
19
Menyimak pandangannya, terlihat bahwa Al-Ghazali berpendapat bahwa ilmu sebagai obyek tidak bebas nilai. Setiap ilmu pengetahuan yang dipelajari
harus dikaitkan dengan nilai moral dan nilai manfaat. Karena itu selanjutnya ia melihat ilmu dari sudut pandang nilai ini dan membaginya menjadi dua kelompok.
Pembagian ini didasarkan atas nilai manfaat bagi yang mempelajarinya dan bagi kepentingan masyarakat.
7. Keutamaan Menuntut Ilmu
Sesungguhnya ilmu memiliki kedudukan yang mulia dan tinggi itu seperti yang diungkapkan dalam QS. Al-Mujaadilah: 11
“…Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang- orang yang diberinya ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa ya ng kamu kerjakan”.
20
Allah subh ȃnahu wa ta‟ȃlȃ telah memuji ilmu dan pemiliknya serta
mendorong hamba-hamba-Nya untuk berilmu dan membekali diri dengannya. Demikian juga sunnah Nabi Muhammad
shallallȃhu „alaihi wa sallam sebagaimana dalam haditsnya:
ْوُ ثِرْوُ ي ََْ َءاَيِبْن َْأا منِإ ْنَمَف , َمْلِعْلا اْوُ ثَرَو اَمَِإَو , اًََْرِد َاَو اًراَنْ يِد ا
ٍظَِِ َذَخَأ َُذَخَأ ٍرِفاَو
.
19
Ibid., h. 141
20
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Quran dan Terjemahannya, Jakarta : Syȃmil
Cipta Media, 2005.
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, yang mereka wariskan hayalah ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia
m engambil bagian yang banyak”. HR. Abu Dawud dan Tirmidzi
Tidak sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu sebagaimana tidak sama orang yang hidup dengan orang yang mati, orang yang
mendengar dengan orang yang tuli, dan orang yang melihat dengan orang yang buta. Ilmu adalah cahaya yang bisa dijadikan petunjuk oleh manusia sehingga
mereka bisa keluar dari kegelapan menuju cahaya terang. Karena ilmu menjadi sebab diangkatnya derajat orang-orang yang dikehendaki Allah subh
ȃnahu wa ta‟ȃlȃ.
21
8. Hukum Menuntut Ilmu
Mencari ilmu syar’i adalah fardhu kifayah, apabila ada orang yang sudah mempelajarinya maka hukumnya menjadi sunnah bagi yang lainnya. Tetapi
terkadang mencari ilmu ini menjdi fardhu „ain bagi manusia.
Menurut Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua, yaitu:
Pertama, hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, puasa. Inilah yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut
ilmu itu hukumnya wajib. Kedua, hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang
pembagian hak, tentang pelaksanaan hukum qishas, cambuk, potong tangan dan lain sebagainya.
22
Ketahuilah, menuntut ilmu itu adalah suatu kemuliaan yang sangat besar dan menempati kedudukan yang sangat tinggi bahkan seperti berjihad di jalan
Allah subh ȃnahu wa ta‟ȃlȃ.
21
Muh ammad bin Shȃlih Al-‘Utsaimȋn, Panduan Lengkap Menuntut Ilmu,…h.11.
22
Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu, Bogor: Pustaka At- Taqwa, 2010, h.3.