Pengertian Etika Kajian Teori

ىَوَ ناَم ٍئِرْم ِلُكِل اَمَِإَو ٍتاَيِ نلاِب ُلاَمْعَأااَمَِإ Sesungguhnya segala perbuatan itu disertai niat. Dan seseorang diganjar sesuai dengan niatnya. HR Bukhari dan Muslim Hal itu sejalan dengan firman Allah subhȃnahu wa ta‟ȃlȃ:           … Tidak ada paksaan dalam agama, sesungguhnya sudah nyata petunjuk daripada kesesatan. QS. Al-Baqarah : 256 10 Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia diberi kebebasan, diberi hak pilih untuk berbuat dan tidak berbuat. Akan tetapi, kebebasan di sini bukanlah dalam artian tidak terbatas, melainkan kebebasan yang terikat oleh norma yang berujung pada dua akibat, yaitu membahagiakan dan menyesatkan. Singkatnya, bahwa pokok persoalan atau objek etika ialah segala perbuatan yang timbul dari orang yang melakukan dengan ikhtiar dan sengaja, dan ia mengetahui waktu melakukannya apa yang ia perbuat. 11 Inilah yang dapat kita beri hukum baik dan buruk, demikian juga segala perbuatan yang timbul tiada dengan kehendak, tetapi dapat diikhtiarkan penjagaan sewaktu sadar.

3. Tujuan Mempelajari Etika

Etika tidak dapat menjadikan manusia baik, tetapi dapat membuka matanya untuk melihat baik dan buruk, maka etika tidak berguna bagi kita, kalau kita tidak mempunyai kehendak untuk menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Orang yang tidak mempelajari etika, dapat juga memberi hukum baik dan buruk kepada sesuatu, dan dapat pula ia menjadi baik perangainya. Tiap-tiap ilmu memberi pandangan kepada yang mempelajarinya dalam dilingkungan yang diselidiki oleh ilmu itu. Maka yang mempelajari etika 10 Ahmad Amin, Al-Akhlaq: Etika Ilmu Akhlak, Terj. Farid Ma’ruf, Jakarta : PT Bulan Bintang, 1957, h. 59. 11 Ibid., h. 5 dapat menyelidiki dengan seksama segala perbuatan yang dikemukakan kepadanya, dengan tidak tunduk dalam menentukan hukumnya kepada kebiasaan orang, tetapi segala pendapatnya hanya diambil dari pandangan ilmu pengetahuan, peraturannya dan timbangannya. Tujuan Etika bukan hanya mengetahui pandangan, bahkan setengah dari tujuan-tujuannya, ialah mempengaruhi dan mendorong kehendak kita, supaya membentuk hidup suci dan menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan, dan memberi faedah kepada sesama manusia. Maka Etika itu ialah mendorong kehendak agar berbuat baik, akan tetapi ia tidak selalu berhasil kalau tidak ditaati oleh kesucian manusia. 12

4. Peranan Etika

Menurut Ahmad Amin, setidaknya ada empat alasan mengapa etika diperlukan pada era saat ini; Pertama, individu hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistic. Pluralistic yang dimaksud di sini adalah perbedaan suku, daerah dan agama, termasuk di dalamnya juga bidang moralitas. Individu sering kebingungan untuk mengikuti moral yang benar yang harus diikuti. Untuk mencapai suatu pendirian dalam pergolakan pandangan-pandangan di bidang moral, maka refleksi kritis tentang etika diperlukan. Kedua, pada saat ini individu berada dalam pusaran transformasi masyarakat yang berlangsung sangat cepat. Modernisasi telah merambah budaya tradisional ke segala penjuru tanah air, hingga masuk ke pelosok-pelosok desa, bahkan ke tempat yang sebelumnya tidak dapat dijamah. Pengaruh modernisasi mengakibatkan berubahnya cara berpikir manusia; berkembangnya rasionalisme, materialisme, sekularisme, individualisme dan pluralism religius. Serta sistem pendidikan modern telah mengubah lingkungan budaya dan rohani secara hakiki 12 Ibid., h.10. di dunia, termasuk di dalamnya Indonesia. Dalam menghadapi situasi ini maka diperlukan etika, agar manusia tidak kehilangan orientasi dan dapat membedakan mana moralitas hakiki yang tidak boleh berubah dengan pemahaman-pemahaman yang boleh berubah. Ketiga, perubahan sosial, budaya dan moral yang terjadi saat ini, sering digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memancing di air yang keruh. Pihak-pihak itu berdalih dengan menawarkan ideologi-ideologi yang dibawa sebagai obat penyelamat, sehingga muncul aliran-aliran yang aneh dan menyimpang dari akal sehat. Untuk itu etika diperlukan untuk menghadapi ideologi-ideologi ini melalui tinjauan kritis dan objektif dalam membentuk penilaian, agar tidak terlalu mudah terpancing atau terpengaruh ajaran yang dibawanya. Keempat, etika juga diperlukan kaum agamawan untuk membantu menemukan dasar kemantapan dalam iman kepercayaannya, sekalaigus berpartisipasi dan tidak menutup diri terlibat dalam semua dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah. 13

5. Pengertian Ilmu

Secara bahasa, al- „ilmu adalah lawan dari al-jahl kebodohan, yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan pengetahuan pasti. Secara istilah dijelaskan oleh sebagian ulama bahwa ilmu adala ma‟rifah pengetahuan sebagai lawan dari al-jahl ketidaktahuan. Menurut ulama lainnya , ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui. 14 Ilmu science adalah pengetahuan yang logis dan empiris. Sekalipun demikian, hendaklah diketahui juga bahwa berlandakan kesepakatan umum pemakai istilah di Indonesia, ilmu berarti juga pengetahuan knowledge. Di 13 Ibid., h. 64-67 14 Muh ammad bin Shȃlih Al-‘Utsaimȋn, Panduan Lengkap Menuntut Ilmu, Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2006, h. 7.