tokoh yang sejalan pendapatnya dengan Syaikh ‘Utsaimȋn dan mana yang
justru bertolak belakang dengan beliau. 3.
Penafsiran data, yaitu setelah tersedia data-data dengan lengkap dan kategorisasi telah dilakukan, maka dilakukan analisis atau penafsiran
terhadap data yang tersedia dengan menggunakan analisis, yang akhirnya dilakukan penafsiran kesimpulan dari apa yang telah dibahas.
10
Pada tahap ini penulis mengkategorikan mana saja poin yang dapat dikomparasikan
terhadap pemikiran tokoh lainnya, kemudian penulis memberikan kesimpulan serta beberapa kritik terhadap pemikiran tokoh tersebut.
10
Ibid., h.193
27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Riwayat Hidup Syaikh Muhammad bin Shȃlih Al-‘Utsaimȋn
Syaikh Al- ‘Utsaimȋn lahir pada tanggal 27 Ramadhan 1347 H 8 Maret
1929 M di kota Unaizah, salah satu kota yang berada di wilayah Qashim, Arab Saudi. Beliau tumbuh dalam keluarga yang sangat mengenal agama dan sikap
istiqamah. Beliau menikah dengan seorang perempuan dan memiliki delapan orang anak, lima laki-laki dan tiga perempun. Beliau wafat pada pukul 6 sore, hari
rabu tanggal 15 Syawal 1421 H 10 Januari 2001, di rumah sakit Raja Faisal di Jeddah, Allah subh
ȃnahu wa ta‟ȃlȃ. mengambil kembali titipan-Nya dan ruh Syaikh
‘Utsaimȋn pun menemui Tuhannya setelah menjalani hidup selama 74 tahun 18 hari.
1
2. Latar Belakang Pendidikan
Syaikh Al- ‘Utsaimȋn berjalan di atas jala yang ditempuh salafush shalih
dalam menuntut ilmu. Beliau memulai dengan mengafal al- qur’an saat masih
kanak-kanak. Beliau belajar membaca al- qur’an dar kakeknya yang berasal dari
pihak ibunya, yakni Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman ‘Ali Damagh. Kemudian beliau mempeajari Tauhid, Tafsir, Hadits dan Fiqh selama
hamper sebelas 11 tahun di Syaikh „Allȃmah Mufassir Abdurrahman Bihman bin
1
Muh ammad bin Shȃlih Al-‘Utsaimȋn, Shahih Fiqih Wanita, Jakarta: Akbar Media Eka
Sarana, 2007, h.xiv.
Nashir As- Sa’di yang merupakan Syaikh pertamanya. Beliau adalah muridnya
yang paling menonjol. Saat Syaikh Al-
‘Utsaimȋn meneruskan pendidikan formalnya di Riyadh,
beliau mempresentasikan Shahih Al-Bukhari di hadapan Syaikh Abdul Aziz bin
Baz dan beberapa risalah Ibnu Taimiyah, serta beberapa kitab fiqih. Ketika Syaikh Abdurrahman bin As-
Sa’di meningggal dunia, Syaikh Al- ‘Utsaimȋn dipercaya menggantikannya menjadi imam tetap masjid agung di
Unaizah, di samping kegiatan mengajarnya di Ma’had Ilmi. Kemudian beliau
pindahuntuk mengajar di dua faku ltas, yakni Syari’ah dan Ushul ad-Dȋn, yang
merupakan cabang Universtas Islam Imam Muhammad bin Su’ud di Qashim, dan juga sebagai anggta dewan ulama besar di Kerajaan Saudi sampai akhir hayatnya.
Syaikh-syaikh beliau diantaranya adalah Syaikh Muhammad Al-Amin bin Mukhtar Al-Jakni Asy-
Syinqithi, Syaikh ‘Ali bin Muhammad Ash-Shalihi, dan Syaikh Muh
ammad bin ‘Abdul ‘Aziz al-Muththawwi’.
3. Murid-muridnya
Syaikh Al- ‘Utsaimȋn sangat memperhatikan keadaan murid-muridnya.
Murid-murid yang datang kepadanya berasal dari berbagai penjuru dunia karena kepercayaan mereka kepada kekuatan ilmunya, keterampilannya dalam mengajar
serta kesih sayangnya terhadap para muridnya, seakan-akan mereka adalah anak- anaknya sendiri.
Perhatiannya terhadap murid-muridnya di antaranya, beliau menyediakan tempat tinggal bagi mereka yang dilengkapi dengan ruang makan, perpustakaan
yang kaya dengan buku-buku dan beberapa manuskrip perpustakaan nasional. Beliau juga memantau perkembangan nilai pendidikan mereka, menasehati
mereka untuk ta’at kepada wali amr penguasa dalam keta’atan kepada Allah subh
ȃnahu wa ta‟ȃlȃ. Beliau sendiri sangat tegas terhadap syari‟at Allah, menegakkan syiar-syiar Allah, memerintahkan yang
ma‟ruf dan melarang yang munkar.
2
2
Ibid,. h. xiv-xv.