Poligami dalam Undang-Undang di Indonesia

Dalam surat permintaan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 harus diantumkan alasan yang lengkap yang mendasari permintaan ijin untuk beristeri lebih dari seorang atau untuk menjadi isteri keduaketigakeempat. Permintaan ijin harus diajukan menurut saluran hirarki. Dalam menjabarkan masalah poligami, KHI lebih cenderung sebagai “tafsir” dan “bayan” bagi Undang-Undang Perkawinana, yakni poligami sebagai dispensasi dari monogam dengan beberapa persyaratan. Permasalahan poligami tercantum dalam Bab IX dari pasal 55 sampai dengan pasal 59.

c. Syarat-Syarat Poligami

Dalam PerUndang-Undangan di Indonesia, syarat poligami sangat ketat. Izin poligami hanya dapat diberikan bila memenuhi sekurang- kurangnya salah satu syarat alternatif dan tiga syarat kumulatif. Syarat alternatif meliputi, yaitu a istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, b istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau c istri tidak dapat melahirkan keturunan. Syarat kumulatif, yaitu syarat kumulatif, a ada persetujuan tertulis dari istri-istri, b adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri dan anak-anak mereka, dan c ada jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri dan anak-anaknya. 29 29 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 56-57. Pasal 5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 memberikan persyaratan terhadap seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang sebagai berikut : 1 Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 1 Undang-Undang ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a adanya persetujuan dari isteriisteri-isteri b adanya kepastian bahawa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka c adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka. 2 Persetujuan yang dimaksud dalam padaayat 1 huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila isteriisteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuan dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang- kurangnya 2 dua tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari hakim Pengadilan Agama. 30 Keadilan yang dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, terutama pada Pasal 5 adalah keadilan dari segi materi. Keadilan materi dalam bentuk pembagian nafkah yang dapat diukur secara matematis, sedangkan keadilan dalam bentuk batiniah sulit untuk diukur karena menyangkut masalah perasaan atau hati, yang mengetahuinya hanya suami yang berpoligami dan istri yang merasakannya karena dipoligami. 30 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, h.47.

d. Tata Cara Poligami

Mengenai prosedur atau tata cara poligami yang resmi diatur oleh Islam memang tidak ada ketentuan secara pasti, namun di Indonesia, dengan Kompilasi Hukum Islamnya, telah mengatur hal tersebut. 31 Ada dua hal yang harus diberikan penegasan yakni pertama, poligami hanya bisa dilakukan apabila memperoleh izin dari pengadilan. Kedua, pengadilan hanya akan mengeluarkan izin apabila poligami itu dikehendaki oleh pihak- pihak yang bersangkutan. Dan yang disebut pihak-pihak yang bersangkutan adalah isteri pertama, isteri kedua, dan atau seterusnya, dan suami. 32 Pelaksanaan tidak boleh dilakukan secara liar, pengadilanlah satu-satunya lembaga yang memberikan dispensasi poligami. Oleh sebab itu Pasal 3 ayat 2 Undang-Undang Perkawinan menyatakan: “Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan” Dengan ayat ini jelas sekali Undang-Undang Perkawinan telah melibatkan Pengadilan Agama sebagai institusi yang cukup penting untuk mengabsahkan kebolehan poligami bagi seorang. Di dalam penjelasan pasal 3 ayat 2 dinyatakan : Pengadilan dalam memberikan putusan selain memeriksa apakah syarat tersebut pasal 4 dan 5 telah dipenuhi harus 31 H.M.A. Tihami Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat, h.369. 32 Yayan Sopyan, Islam Negara, h. 162. mengingat pula apakah ketentuan-ketentuan hukum perkawinan dari calon suami mengizinkan adanya poligami. 33 Berkenaan dengan pasal 4 di atas setidaknya menunjukkan ada 3 alasan yang dijadikan dasar mengajukan permohonan poligami a. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri; b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; c. Tidak dapat melahirkan keturunan. Tampaknya alasan-alasan ini bernuansa fisik kecuali alasan yang ketiga. Terkesan seorang suami tidak memperoleh kepuasaan yang maksimal dari istrinya, maka alternatifnya poligami. seperti yang termuat dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan, syarat-syarat yang di penuhi bagi seorang suami yang ingin melakukan poligami ialah : 1. Adanya persetujuan istri; 2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri- istri dan anak-anak mereka; 3. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri dan anak- anak mereka. Menyangkut prosedur melaksanakan poligami aturannya dapat dilihat di dalam PP No 9 Tahun 1975. Pada pasal 40 dinyatakan apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengadilan. 34 33 Amiur Nuruddin Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 163. Sedangkan tugas Pengadilan diatur dalam Pasal 41 PP No 9 Tahun 1975 sebagai berikut : Pengadilan kemudian memeriksa mengenai : a. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkn seorang suami kawin lagi; b. Ada atau tidaknya persetujuan dari istri, baik persetujuan lisan maupun tertulis, apabila persetujuan merupakan persetujuan lisan, persetujuan itu harus diucapkan di depan sidang Pengadilan. c. Ada atau tidak adanya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak, dengan memperlihatkan : 1. Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang di tanda tangani oleh bendahara tempat bekerja; 2. Surat keterangan pajak penghasilan; 3. Surat keterangan lain yang dapat di terima oleh Pengadilan. d. Ada atau tidak adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka dengan persyaratan atau janji dari suami yang di buat dalam bentuk yang di tetapkan untuk itu. 35 Berikutnya dijelaskan pada Pasal 42 keharusan Pengadilan memanggil para istri untuk memberikan penjelasan atau kesaksian. Di dalam pasal ini juga dijelaskan bahwa Pengadilan diberi waktu 30 hari untuk memeriksa permohonan poligami setalah diajukan oleh suami lengkap dengan persyaratan. 34 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 40. 35 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 41. Kemudian, dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan kepada suaminya untuk beristri lebih dari seorang, berdasarkan salah satu alasan tersebut diatas, maka pengadilan Agama dapat menetapkan pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar istri yang bersangkutan di persidangan Pengadilan Agama dan terhadap penetapan ini, istri atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi. 36 Apabila keputusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, izin Pengadilan tidak diperoleh maka menurut Pasal 44 PP Nomor 9 Tahun 1975, Pegawai Pencatat dilarang untuk melakukan pencatatan perkawinan seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang sebelum adanya izin Pengadilan. 37 Ketentuan hukum yang mengatur tentang pelaksanaan poligami mengikat semua pihak, pihak yang akan melangsungkan poligami dan pegawai pencatat perkawinan. Apabila mereka melakukan pelanggaran terhadap ketentuan pasal-pasal di atas dikenakan sanksi pidana. KHI memuat masalah poligami ini pada bagian IX dengan judul, Beristri Lebih dari Satu Orang, yang di ungkap dari pasal 55 sampai 59. Pada pasal 55 dinyatakan : 1. Beristri lebih dari seorang pada waktu bersamaan, terbatas hanya sampai empat orang istri; 2. Syarat utama beristri lebih dari satu orang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya; 36 H.M.A. Tihami Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat, h.370. 37 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam, h.49. 3. Apabila syarat utama yang disebut pada ayat 2 tidak mungkin di penuhi, suami dilarang beristri lebih dari satu orang. Lebih lanjut dari KHI pasal 56 dijelaskan 1. Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapat izin dari Pengadilan Agama; 2. Pengajuan permohonan izin dimaksudkan pada ayat 1 dilakukan menurut tata cara sebagaimana diatur dalam bab VIII PP No. 9 Tahun 1975; 3. Perkawinan yang dilakukan istri kedua, ketiga, keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum tetap. 38 Dari pasal-pasal di atas, KHI sepertinya tidak berbeda dengan Undang-Undang Perkawinan bahkan dengan semangat Fiqih. Kendatipun pada dasarnya UUP dan KHI menganut asas monogami, namun sebenarnya peluang yang diberikan untuk poligami juga terbuka lebar. Dikatakan demikian, kontribusi UUP dan KHI hanya sebatas tata cara prosedur poligami. 39 Pada pasal 57 dijelaskan : Pengadilan Agama hanya memberi izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila : 1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri; 2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; 3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan. 38 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 55-56. 39 Amiur Nuruddin Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 166. Tampak pada pasal 57 KHI diatas, Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila terdapat alasan-alasan sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 Undang- Undang Perkawinan. Jadi pada dasarnya Pengadilan hanya memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari satu apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam perspektif metedologis, pengaturan ketentuan hukum mengenai poligami yang boleh dilakukan atas kehendak yang bersangkutan melalui izin Pengadilan Agama, setelah dibuktikan izin istri atau istri-istri, dimaksudkan untuk merealisasikan kemaslahatan. Yaitu terwujudnya cita- cita dan tujuan perkawinan rumah tangga, yang kekal dan abadi diridhai Allah SWT berdasarkan cinta dan kasih sayang. Karena itu segala persoalan yang mungkin akan menjadi penghalang bagi terwujudnya tujuan perkawinan tersebut harus dihilangkan atau setidaknya dikurangi. Ini sejalan dengan kaidah : ﺢﻠﺼﳌﺍ ﺐﻠﺟ ﻰﻠﻋ ﻡﺪﻘﻣ ﺪﺳﺎﻔﳌﺍﺀﺭﺩ “Menghindari madharat kerusakan harus didahulukan daripada mengambil manfaat kemaslahatan.” 40

C. Mandul

40 Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, h. 144.

a. Pengertian Mandul

Menurut Ensiklopedia Indonesia, pengertian Sterilitet kemandulan adalah terdapat baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Biasanya disebabkan pada kelainan alat kelamin. Ada kelainan bawaan dan ada kelainan yang timbul di kemudian hari. 41 Infertilitas mandul adalah kegagalan pasangan untuk hamil setelah satu tahun memiliki hubungan seksual yang teratur tanpa kontrasepsi. Infertilitas bisa primer atau sekunder. Infertilitas primer adalah istilah yang menggambarkan pasangan yang belum pernah hamil, sedangkan infertilitas sekunder mengacu pada pasangan yang telah mencapai kehamilan di masa lalu tapi tidak mampu mendapatkannya lagi. Ada beberapa perbedaan dalam evaluasi dan pengobatan, karena secara teoritis, pasangan yang sebelumnya mencapai kehamilan memiliki semua komponen dasar dari sistem reproduksi mereka yang utuh. Hal ini menyiratkan kemungkinan jauh lebih besar bahwa salah satu atau kedua pasangan baru mengembangkan masalah yang menyebabkan infertilitas mereka saat ini. 42 Mandul terbagi dua yaitu mandul primer dan mandul sekunder. Mandul primer yaitu istri belum hamil walaupun bersenggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama dua belas 41 Tim Penyusun, Ensiklopedia Indonesia, h. 1279. 42 http:kamuskesehatan.comartiinfertilitas . diakses pada tanggal 21 oktober 2015 pukul 15.04. 12 bulan. Mandul sekunder yaitu istri pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas 12 bulan. 43 Menurut ilmu kedokteran, presentase kemungkinan terjadinya kehamilan adalah 3,27 hamil dalam satu bulan pertama, 57,0 dalam tiga bulan, 72,1 dalam 6 bulan, 85,4 dalam 12 bulan, dan 93,4 dalam waktu 24 bulan. Dan waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2.3 bulan sampai 2,8 bulan. Ini berarti, semakin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah kemandulan jika pasangan yang ingin punya anak itu dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan. 44

b. Faktor-Faktor Terjadinya Kemandulan

Faktor terjadinya kemandulan pada wanita adalah : a. Penyakit kista Kista adalah penyakit tumor jinak yang terbungkus oleh selaput semacam jaringan di organ reproduksi perempuan yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berupa cairan kental, dan ada pula yang yang 43 http:raramidy.blogspot.com201111mandul-dalam-pandangan-islam.html . diakses pada tanggal 7 April 2015 pukul 10.59. 44 Hanifa Wiknjosastro dkk, Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999, h. 498. berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya. 45 Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi menjadi dua, yaitu non-neoplastik dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya. 46 Pada penderita kista yang sudah parah akan menimbulkan kemandulan. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan menalurkan sel telur dengan baik. Selain itu, ada beberapa masalah lain yang menyebabkan wanita sulit mendapatkan keturunan seperti adanya kegagalan yang disebabkan karena pengangkatan kista yang dilakukan berulang-ulang. Operasi berulang-ulang akan menyebabkan ovarium rusak dan adanya infeksi pada folikel yang tidak matang. 47 b. Penyakit Miom mioma uteri Miom adalah pertumbuhan di dalam atau di sekitar uterus rahim yang tidak bersifat kanker atau ganas. Miom dikenal juga dengan nama nama mioma, uteri fibroid, atau leiomioma. Miom berasal dari sel otot 45 http:penyakitkista.org diakses pada tanggal 11 September 2015 pukul 09.52. 46 http:penyakitkista.org . 47 http:bidanku.comwaspada-penyakit-kista-sebabkan-kemandulan . di akses pada tanggal 13 September 2015 pukul 18.10.