Teknik Pengumpulan Data Analisis Data

14

BAB II POLIGAMI DAN MANDUL DALAM HUKUM ISLAM DAN UNDANG-

UNDANG DI INDONESIA

A. Poligami dalam Hukum Islam

a. Pengertian Poligami

Poligami memiliki akar sejarah yang cukup panjang, sepanjang sejarah peradaban manusia itu sendiri. Poligami ialah mengawini beberapa lawan jenisnya di waktu yang bersamaan. Berpoligami berarti menjalankan melakukan poligami. Poligami sama dengan poligini, yaitu mengawini bebrapa wanita dalam waktu yang sama. 1 Dalam bahasa Arab, poligami disebut dengan ta’did al-zawjah yang artinya berbilangnya pasangan. Islam datang menghapus segala bentuk perkawinan yang ada. Islam hanya membenarkan perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang keduanya tidak terhalang menikah secara syar’i, bukan mahram yang didahului dengan proses meminang kepada orang tua wali perempuan, membayar mahar, ada ijab-kabul. Pada prinsipnya Islam tidak membenarkan semua perkawinan yang di dalamnya terdapat unsur-unsur kezaliman, kekerasan, ketidakadilan, pelecehan, pemaksaan, ketidakpastian, dan penindasan. 2 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1998, cet. ke-1, h. 693. 2 Yayan Sopyan, Islam Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, Jakarta: RMBooks, 2012, h. 143. Islam datang sebagai agama yang “rahmatan lil alamin” di mana Islam mendudukkan perempuan sederajat dengan laki-laki, hanya tinggi rendahnya takwa yang membedakannya. Poligami yang sudah menjadi tradisi masyarakat Arab pada waktu itu mulai dibatasi, yakni dari yang tadinya tidak terbatas menjadi terbatas maksimal empat 4 orang. Hal ini dibuktikan dari sejarah ketika para sahabat yang saat masuk Islam memiliki istri lebih dari empat, kemudian Nabi meminta mereka untuk mempertahankan 4 orang saja dan sisanya diceraikan, di antara mereka adalah Naufal ibn Mu’awiyyah, Qais ibn Tsabit, dan Ghailan ibn Salamah. Dalam syariat Islam, poligami dibenarkan atau dibolehkan dengan syarat suami berlaku adil terhadap istri-istrinya. 3 Untuk menjaga tindakan yang semena-mena, Islam memberikan syarat berlaku adil dalam melakukan poligami. Syarat ini merupakan syarat yang cukup berat dimana tidak sembarang laki-laki bisa melakukannya. Dalam Hukum Islam poligami sebagai suatu proses kepemimpinan seorang laki-laki atau suami dalam rumah tangganya. Apabila seorang suami yang poligami tidak mampu melaksanakan prinsip keadilan dalam rumah tangga, ia tidak mungkin dapat melaksanakan keadilan jika menjadi pemimpin di masyarakat. 3 Beni Ahmad Saebani Syamsul Falah, Hukum Perdata Islam, Bandung: Pustaka Setia 2011, h. 120.