Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir Q.S. Ar-Rum: 21
Sakinah, yang dimaksud adalah ketenangan dan ketentraman jiwa yang tidak hanya di dasari oleh naluri seksual saja, akan tetapi dorongan
kebutuhan jiwanya untuk mendapatkan ketenangan. Mawaddah yang dimaksud adalah menyintai, yang artinya sebagai cinta plus. Supaya cinta
yang ditanamkan dalam sebuah ikatan perkawinan tidak akan pudar sampai mati. Karena diharapkan bahwa pasangan suami istri yang melaksanakan
perkawinan itu langgeng seumur hidup, tidak ada yang memisahkan kecuali kematian. Rahmah adalah kasih sayang, kasih sayang dapat menghasilkan
kesabaran, murah hati, ramah, tidak angkuh, tidak mencari keuntungan sendiri, dan tidak pendendam. Dalam kehidupan rumah tangga, suami istri
tidak luput dari kelemahan sehingga suami istri harus saling melengkapi, dan saling menyayangi.
8
Penulis melihat dampak yang terjadi apabila suami melakukan poligami, maka dampaknya tidak hanya kepada istri yang
mengidap penyakit kista dan miom akan tetapi berdampak pula kepada anak-anaknya. Yaitu berkurangnya perhatian ayah terhadap anak-anak.
Karena dalam hal ini, perlindungan anak perlu diperhatikan untuk masa depannya kelak.
8
Huzaemah Yahido Tanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, Bogor : Ghalia Indonesia, 2011, h. 179.
Dalam hal pembuktian, penulis kurang setuju dengan Majelis Hakim yang berpendapat bahwa bukti surat dokter sudah tidak dibutuhkan lagi,
karena Termohon sudah mengakui mengidap penyakit kista dan miom di dalam persidangan. Karna menurut penulis, pembuktian merupakan tahap
yang menentukan dalam proses perkara, karena dari hasil pembuktian dapat diketahui benar atau tidaknya suatu gugatan atau bantahan.
9
Memang benar sang istri sudah mengakui jika dirinya telah mengidap penyakit kista dan
miom, tetapi alangkah lebih validnya jika memang ada surat keterangan dari dokter, sehingga Majelis Hakim mengetahui jika memang alasan Pemohon
mengajukan permohonan poligami memang benar dan pantas untuk dikabulkan.
Penulis sependapat dengan Majelis Hakim bahwa putusan ini sudah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan karena para pihak tidak
melakukan Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali.
9
Bambang Sugeng, dan Sujayadi, Hukum Acara Perdata dan Dokumentasi Litigasi Perkara Perdata, Jakarta : Kencana, 2011, h.65.
78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab terdahulu, maka pada bab ini penulis akan menguraikan beberapa
kesimpulan, yaitu : Mandul yang dipahami oleh Majelis Hakim yaitu sejak awal
perkawinan istri sudah dinyatakan mandul. Akan tetapi apabila di tengah perjalanan perkawinan istri dinyatakan mandul, walaupun sudah melahirkan
keturunan, suami diperbolehkan untuk menikah lagi. Menurut ilmu kedokteran, mandul terbagi 2 macam yaitu mandul primer dan sukender.
Mandul primer yaitu istri belum hamil walaupun bersenggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama dua belas
12 bulan. Sedangkan mandul sekunder yaitu istri pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama tanpa usaha
kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas 12 bulan.
Adapun alasan Hakim memberikan Izin Poligami pada perkara Nomor 0023Pdt.G2014PA.JS yaitu, karena istri trauma untuk melahirkan kembali
setelah dinyatakan mengidap penyakit kista dan miom, suami masih menginginkan anak, agar suami dan calon istri kedua tidak terjerumus ke
dalam perbuatan zina. Alasan ini sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dimana salah satu syaratnya istri tidak dapat menjalankan kewajiban.
Putusan ini sudah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dengan melihat fakta persidangan yang terjadi di
persidangan dengan adanya pengakuan dari istri dan keterangan dari para saksi, serta tidak adanya Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali yang
dilakukan oleh para pihak.
B. SARAN
Tujuan perkawinan adalah untuk menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, yang hampir mustahil diwujudkan dalam keluarga
yang berpoligami. Mengenai permasalahan poligami dengan alasan istri mengidap penyakit kista dan miom. Berkaitan dengan karya tulis ini,
penulis dapat memberkan beberapa saran diantaranya: 1. Kepada pemerintah, untuk lebih tegas kembali dalam memberlakukan
Undang-Undang Perkawinan, dalam hal ini mengenai masalah Izin Poligami.
2. Kepada Hakim, agar lebih teliti lagi dalam menangani dan memutuskan perkara Izin Poligami, supaya tidak ada penyalahgunaan kebolehan
berpoligami. 3. Kepada pelaku poligami, agar lebih memikirkan kembali dampak yang
terjadi akibat poligami, supaya tidak ada pihak yang merasa tersakiti
80
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika 2006.
Badrudin, Arud. “Pembatalan Perkawinan Karena Poligami Liar Analisis Yurisprudensi Perkara Nomor 461Pdt.G1995PA.Smd”, Skripsi
S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010
Djalil, Basiq. Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010. Fajri, Muhammad. “Izin PPoligami Akibat Istri Hamil di Luar Nikah
Analisis Komparatif Putusan No : 1723Pdt.G2013PA.Mlg dan Putusan No : 50Pdt.G2013PA.Tlm, Skripsi S1Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014
Farida, Anik. Menimbang Dalil Poligami Antara Teks, Konteks Praktek, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta 2008.
Farhat, Karam Hilmi. Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani Yahudi, Jakarta: Darul Haq 2007.
Ghazaly, Abdul Rahman. Fiqih Munakahat, Bogor: Kencana 2003. Harahap, Yahya. Hukum Perkawinan Nasional, Medan: Zahir Trading Co
Medan, 1975. Hasan, Mustofa. Pengantar Hukum Keluarga, Bandung: CV Pustaka Setia
2011. Khallaf, Abdul Wahab. Kaidah-kaidah Hukum Islam, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1996. Kharlie, Ahmad Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika
2013. .................. Asep Syarifuddin Hidayat. Hukum Keluarga di Dunia Islam
Kontemporer, Lembaga Penelitian UIN Jakarta:2011. Moeleng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya 2004.
Mujahidin, Ahmad. Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012.
Nasution, Amir Taat. Rahasia Perkawinan dalam Islam, Jakarta: PT Pedoman Ilmu Jaya, 1994.
Nurlaela, Eva Siti “Mandul Sebagai Alasan Perceraian Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan.” Skripsi S1Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 Nuruddin, Amiur dan Azhar Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di
Indonesia studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 11974 sampai KHI, Jakarta: Kencana 2006.
Rasyid, Chatib Syaifuddin. Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktik Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: UUI Press, 2009.
Rofiq, Ahmad. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.
Rozi, Muhammad. Efektifitas Mediasi dalam Menyelesaikan Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Skripsi S1Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Saebani, Beni Ahmad. Fiqih Munakahat 2, Bandung: Pustaka Setia 2010. .................. Syamsul Falah. Hukum Perdata Islam di Indonesia,
Bandung: CV Pustaka Setia, 2011. Salmiati, “Cerai Gugat Wanita Karier Analisis Putusan Nomor :
1002Pdt.G2010PA.JS”, Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran Vol.2, Jakarta : Lentera Hati 2000.
Soekanto, Soejono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI 1984. Sopyan, Yayan. Islam Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam
dalam Hukum Nasional, Jakarta: RMBooks 2012. Sugeng, Bambang dan Sujayadi. Hukum Acara Perdata dan Dokumentasi
Litigasi Perkara Perdata, Jakarta : Kencana, 2011.