Uji biokimia menunjukkan perbedaan antara kelima bakteri penghasil IAA. Semua isolat yang diperoleh bersifat motil, uji katalase bersifat positif, dan tidak satu
pun bakteri yang diperoleh dapat menghidrolisis gelatin. Hanya satu bakteri yang dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbonnya yaitu I
1
dan sebagian lainnya dapat menghidrolisis pati, serta memfermentasikan gula.
Tabel 2. Uji Biokimia Bakteri Penghasil IAA
Isol at
Respon terhadap Uji Biokimia
S it
rat Ge
lat in
M ot
ilit as
Hid rol
is a
P at
i
K at
al as
e Uji TSIA
Glu k
os a
Sukr os
a L
ak tos
a E
ndap an
K eret
ak an
I
1
+ -
+ -
+ -
- -
- -
I
2
- -
+ +
+ +
- -
- -
I
3
- -
+ -
+ +
+ +
- -
I
4
- -
+ +
+ -
- -
- -
I
5
- -
+ +
+ -
- -
- -
Hasil pengamatan pada uji biokimia menunjukkan bahwa semua isolat penghasil IAA bersifat positif setelah diuji katalase hal ini berbanding terbalik dengan
penelitian yang dilakukan oleh Siregar 2009, yang mendapatkan bahwa semua bakteri penghasil IAA yang diisolasi dari akar padi bersifat negatif seletah diuji
katalase. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh asal isolasi bakteri yang tidak sama. Pengamatan aktivitas mikroorganisme dapat diketahui dari kemampuannya
menggunakan dan menguraikan molekul yang kompleks seperti pati, lemak, protein, asam nukleat, asam amino dan sakarida. Hasil dari pengujian ini digunakan untuk
spesifikasi mikroorganisme tersebut dan untuk membuktikan bahwa isolat-isolat tersebut berbeda Lay, 1994.
4.2 Kemampuan Bakteri dalam Menghasilkan IAA Selama Masa Pertumbuhan Secara
In-vitro
Setelah dilakukan uji kualitatif terhadap kelima isolat bakteri dengan menggunakan spektrofotometer, maka diperoleh hasil konsentrasi IAA yang bervariasi dari masing-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
masing isolat. Pada hari ke-2, isolat I
3
menghasilkan IAA tertinggi sebanyak 24.10 ppm dan isolat I
4
menghasilkan IAA terendah sebanyak 10.50 ppm. Pada hari ke-4, isolat I
3
masih menghasilkan IAA tertinggi sebanyak 32.80 ppm dan isolat I
5
menghasilkan IAA terendah sebanyak 18.15 ppm. Pada hari ke-6, isolat I
3
masih menunjukkan dominansinya dalam menghasilkan IAA tertinggi sebanyak 33.3 ppm
dan isolat I
5
masih tetap menghasilkan IAA terendah sebanyak 18.00 ppm. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa isolat I
3
mampu menghasilkan konsentrasi IAA paling tinggi dan terus meningkat hingga hari keenam Gambar 1.
Gambar 1. Konsentrasi IAA yang dihasilkan oleh beberapa bakteri
Hasil pengamatan pertumbuhan koloni bakteri pada hari ke-2, ke-4 dan hari ke-6 menunjukkan bahwa pertumbuhan kelima bakteri penghasil IAA terus
meningkat. Isolat I
3
secara konsisten menunjukkan peningkatan jumlah koloni dari hari ke-2 sampai hari ke-6 dengan nilai 3.12 x 10
9
CFUml pada hari ke-2, 2.16 x 10
14
CFUml pada hari ke-4, dan 2.42 x 10
18
CFUml pada hari ke-6. Sedangkan isolat I
5
menunjukkan jumlah koloni terendah pada hari ke-2 sebesar 9.4 x 10
7
CFUml, dan isolat I
1
menunjukkan jumlah koloni terendah pada hari ke-4 sebesar 3.8 10
12
CFUml dan pada hari ke-6 sebesar 1.56 x 10
17
CFUml Tabel 3. Pertumbuhan koloni isolat I
3
ini juga berbanding lurus dengan produk IAA yang dihasilkan. Sehingga isolat I
3
ialah isolat yang dianggap paling potensial dibandingkan keempat isolat lainnya dan yang
akan diintroduksikan ke kecambah kedelai yang berumur 1 minggu serta dilihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.
5 10
15 20
25 30
35
Ko n
se n
tr asi
I AA
ppm
Lama inkubasi hari I1
I2 I3
I4 I5
4 6
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 3. Pertumbuhan Jumlah Koloni Bakteri Penghasil IAA Isolat
Jumlah Koloni per Hari CFUml ke-0
ke-2 ke-4
ke-6 I
1
1 x 10
7
1,26 x 10
8
7,50 x 10
11
1,86 x 10
17
I
2
1 x 10
7
9,70 x 10
8
1,56 x 10
13
2,15 x 10
17
I
3
1 x 10
7
3,12 x 10
9
2,16 x 10
14
2,42 x 10
18
I
4
1 x 10
7
1,18 x 10
9
1,32 x 10
13
1,73 x 10
17
I
5
1 x 10
7
9,40 x 10
7
3,80 x 10
12
1,56 x 10
17
Variasi konsentrasi hormon IAA yang dihasilkan oleh masing-masing isolat diduga karena perbedaan kemampuan kecepatan bakteri dalam mensintesis triptofan
menjadi IAA. Biosintesis IAA oleh mikroba dapat ditingkatkan dengan penambahan triptofan sebagai prekursor. Menurut Bric 1991, bakteri yang menghasilkan IAA
dapat ditumbuhkan di dalam media pertumbuhan yang mengandung triptofan yang penting dalam pembentukan IAA. IAA disintesis sebagai metabolit sekunder yang
dihasilkan dalam kondisi pertumbuhan bakteri suboptimal atau saat tersedia prekursor asam amino triptofan Lucyanie, 2009.
Bakteri I
2
, I
4
dan I
5
menghasilkan IAA yang terus menurun dari hari ke-2, ke-4 hingga hari ke-6 sedangkan pertumbuhan jumlah koloni terus meningkat, hal ini
diduga karena setelah hari ke-4 dan selanjutnya, bakteri menggunakan nutrisi yang terkandung di dalam media hanya untuk pertumbuhan saja, tidak digunakan untuk
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yaitu IAA. Menurut Lestari 2007, semakin lama umur kultur bakteri, produksi IAA cenderung menurun pada semua
perlakuan. Bakteri Azospirillum sp. Az15 mengalami fluktuasi konsentrasi IAA dari hari ke-2, ke-3 dan ke-7, sedangkan pada hari ke-12 mengalami kenaikan sebesar
57,93 μgml dan pada hari ke-21 mengalami penurunan drastis sekitar 40 μgml. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh turunnya kandungan nutrisi, di lain pihak IAA
yang dihasilkan dikonsumsi kembali untuk pertumbuhan. Perbedaan kemampuan bakteri dalam menggunakan nutrisi yang terdapat di dalam media untuk mendukung
laju metabolismenya akan mempengaruhi laju pertumbuhan bakteri tersebut. Selain nutrisi, jenis mikroba dan umur kultur mikroba yang diinokulasikan juga
mempengaruhi laju pertumbuhan koloni bakteri Lay Haswoto, 1992.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3 Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penambat Nitrogen