Uji Sinergis Bakteri IAA dengan Bakteri Penambat Nitrogen

4.5 Uji Sinergis Bakteri IAA dengan Bakteri Penambat Nitrogen

Uji sinergisme yang dilakukan secara kualitatif antara kedua isolat penambat nitrogen N 3 dan penghasil IAA I 3 , maka tidak ada terbentuk zona hambat pada pertumbuhan bakteri penambat nitrogen maupun sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa isolat N 3 dan isolat I 3 tidak bersifat antagonis satu sama lain, sehingga kedua bakteri ini dapat diintroduksi ke tanaman kedelai dan dilihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman kedelai Gambar 4. Bakteri yang antagonis ditunjukkan dengan terbentuknya zona hambat atau zona bening ketika kedua bakteri yang berbeda ditumbuhkan dalam media pertumbuhan yang sama. Gambar 4. Uji sinergisme isolat N 3 dan I 3 yang diinkubasi selama 24 jam Isolasi 2 bakteri dari lingkungan tanah yang sama, kemungkinan tidak akan berantagonis, karena faktor-faktor fisik pendukung pertumbuhan mikroorganisme seperti suhu, pH, kelembaban tanah relatif hampir sama. Setiap bakteri memiliki temperatur optimal dan konsentrasi pH lingkungan dimana mereka dapat tumbuh dengan cepat dan memiliki rentang temperatur dimana mereka dapat tumbuh begitu juga rentang pH untuk mendukung pertumbuhan dan melakukan metabolismenya. N 3 I 3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.6 Pengaruh Bakteri IAA dan Penambat Nitrogen dalam Mendukung Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Glycine max L. Penambahan bakteri IAA dan penambat nitrogen mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kedelai baik untuk tanah kuning atau tanah hitam. Hasil pengukuran faktor pertumbuhan tanaman kedelai ditampilkan pada Tabel 7. Tabel 7. Pengukuran Rata-rata Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai No Perlakuan Tanah Kuning Tanah Hitam Bakteri N 3 I 3 N 3 I 3 1 Tinggi tanaman cm 54.63 49.10 46.55 58.73 63.56 2 Jumlah bunga 1.70 3.32 3.08 2.55 3.39 3 Jumlah buah 1.46 2.57 1.39 2.16 3.04 4 Jumlah daun 3.56 4.76 4.16 4.12 5.18 5 Berat basah g 2,16 4,74 1,90 3,18 4,59 6 Berat kering g 0,92 1,42 0,84 1,36 1,98 7 Volume akar ml 0,20 0,30 0,20 0,22 0,38 8 Berat buah g 0,56 1.50 0,58 0,98 2,20 9 Jumlah polong 2.20 3.80 2.20 5.60 6.00 Pada Tabel 7 diketahui bahwa perlakuan N 3 I 3 berpengaruh dalam mendukung pertumbuhan tanaman kedelai. Perlakuan N 3 I 3 menunjukkan berpengaruh terhadap tinggi tanaman dengan rata-rata 63.56 cm, sedangkan perlakuan N 3 menunjukkan pengaruh yang paling rendah terhadap tinggi tanaman dengan rata-rata 46.55 cm. Pada pengamatan jumlah bunga, perlakuan N 3 I 3 menghasilkan pengaruh tertinggi dengan rata-rata 3.4 helai daun sedangkan perlakuan TK menunjukan hasil terendah dengan rata-rata 1.7 helai daun. Pada pengamatan jumlah buah, perlakuan N 3 I 3 menghasilkan buah paling banyak dengan rata-rata 3.0 sedangkan perlakuan N 3 menghasilkan jumlah buah paling sedikit dengan rata-rata 1.4. Pada pengamatan berat basah tanaman, perlakuan N 3 I 3 menunjukkan hasil tertinggi dengan rata-rata 4.59 g sedangkan perlakuan N 3 menunjukkan hasil terendah dengan rata-rata 1.9 g. Pada pengamatan berat kering tanaman, perlakuan N 3 I 3 juga menunjukkan hasil tertinggi dengan rata-rata 1.98 g sedangkan perlakuan N 3 menunjukkan hasil terendah dengan rata-rata 0.7 g. Pada pengamatan volume akar, perlakuan N 3 I 3 menghasilkan rata-rata berat voleme akar tertinggi dengan 0.38 ml sedangkan perlakuan N 3 dan TK menunjukkan berat volume akar terendah dengan 0.2 ml. Perlakuan N 3 I 3 juga UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menunjukkan pengaruh paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya pada berat buah dengan rata-rata 2.2 g, sedangkan perlakuan N 3 menunjukkan pengaruh terendah dengan rata-rata 0.58 g. Dari semua perlakuan terlihat bahwa perlakuan N 3 yang memberikan efek kurang terhadap parameter pertumbuhan tanaman kedelai seperti tinggi tanaman, jumlah buah, berat basah, berat kering, volume akar, berat buah dan jumlah polong tanaman kedelai kecuali jumlah bunga dan jumlah daun Gambar 5. Gambar 5. Morfologi tanaman kedelai a perlakuan N 3 I 3 , b perlakuan I 3 , c perlakuan N 3 Bakteri penambat nitrogen yang diintroduksikan ke tanaman kedelai tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman tersebut karena dibutuhkan beberapa faktor pendukung bakteri lainnya sebagai biofertilizer bagi tanaman. Sehingga ketika bakteri penambat nitrogen yang potensial setelah diuji secara laboratorium belum tentu menunjukkan efek yang bagus setelah diaplikasikan secara in-vivo. Menurut Ozawa et al. 2000 dalam Susilowati et al. 2007, inokulasi isolat bakteri diazotrof terkadang memberikan respon tanaman dengan aktivitas penambatan N 2 dan kadar N lebih tinggi daripada tanaman kontrol, namun secara statistik tidak berbeda nyata. Selain itu faktor lingkungan seperti tanah, suhu, intensitas cahaya dan distribusi curah hujan merupakan komponen lingkungan tumbuh yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kedelai. Menurut Adisarwanto 2005, untuk mencapai pertumbuhan tanaman kedelai yang optimal diperlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula. Untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, kedelai harus ditanam a c b UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir dan suhu lingkungan berkisar 25-28 o C. Kedelai membutuhkan intensitas cahaya yang cukup selama pertumbuhan. Hal terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350-450 mm selama masa pertumbuhan. Hasil uji statistik terhadap kesembilan parameter pertumbuhan tanaman kedelai memberikan efek berbeda nyata terhadap 6 paramater pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, berat kering, berat basah, volume akar, jumlah buah dan berat buah. Sedangkan 3 parameter lainnya seperti jumlah buah, jumlah bunga dan jumlah polong memberikan efek yang tidak berbeda nyata Lampiran 5 hlm. 40. Rata-rata hasil pengamatan parameter pertumbuhan tanaman kedelai yang memberikan efek berbeda nyata ditampilkan pada Gambar 6. Gambar 6. Parameter pertumbuhan tanaman yang memberikan efek berbeda nyata pada a tinggi tanaman, b berat kering, c berat basah, d volume akar, e jumlah buah, dan f berat buah. Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa pada parameter tinggi tanaman kedelai menunjukkan perlakuan N 3 I 3 berbeda nyata dengan perlakuan N 3 . Perlakuan N 3 I 3 b ab ab b a 0.5 1 1.5 2 2.5 TK TH I3 N3 N 3I 3 B er at ke ri g g ra m Jenis mikroba b b a a b b a 1 2 3 4 5 TK TH I3 N3 N 3I 3 B er at ba sa h g ra m Jenis mikroba c bB abAB bAB bB aA 0.1 0.2 0.3 0.4 TK TH I3 N3 N 3I 3 V o lum e aka r m l Jenis mikroba d b ab ab b a 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 TK TH I3 N3 N 3I 3 Jum la h bua h Jenis mikroba e bB abAB bAB bB aA 0.5 1 1.5 2 2.5 TK TH I3 N3 N 3I 3 B er at bua h g ra m Jenis mikroba f ab bc ab c a 10 20 30 40 50 60 70 TK TH I3 N3 N 3I 3 T ing gi ta na m an cm Jenis mikroba a UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai dibandingkan perlakuan N 3 . Pada parameter berat kering, berat basah, volume akar, jumlah buah dan berat buah tanaman kedelai menunjukkan bahwa perlakuan N 3 I 3 berbeda nyata dengan perlakuan N 3 dan TK, dimana perlakuan N 3 I 3 berperan dalam meningkatkan pertumbhan dan produksi tanaman kedelai dibandingkan perlakuan N 3 dan TK. Hal ini menunjukkan perlakuan penggunaan bakteri penambat nitrogen dengan penghasil hormon IAA secara bersamaan pada perlakuan N 3 I 3 mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai. Hasil pengamatan juga menunjukkan perkembangan organ vegetatif yang dipengaruhi oleh pemberian bakteri penambat nitrogen dan penghasil IAA yang potensial secara tak langsung akan mendukung perkembangan organ generatif tanaman kedelai. Diasumsikan pula bahwa bakteri penambat nitrogen dan penghasil IAA yang diintroduksikan ke daerah perakaran tanaman kedelai kemungkinan dapat membantu melarutkan fosfat, sehingga tidak hanya mendukung pertumbuhan dan perkembangan organ vegetatif tanaman tetapi juga mendukung perkembangan organ generatif tanaman kedelai. Selain itu tanah yang digunakan pada penelitian ini kemungkinan mengandung unsur hara yang dapat mendukung perkembangan organ gerneratif tanaman seperti halnya kalium dan fosfor. Bakteri yang mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dikelompokkan dalam PGPR plant growth promoting rhizobacteria. Efek peningkatan pertumbuhan oleh PGPR ini dapat dihasilkan oleh suatu mekanisme penghasil fitohormon seperti IAA dan peningkatan ketersediaan hara oleh bakteri pemfiksasi nitrogen yang ada di sekitar rizosfer tanaman. Sumber hormon IAA yang alami tidak hanya dihasilkan oleh tumbuhan saja tetapi juga dihasilkan oleh rizobakteri. Pemakaian supernatan dari kultur rizobakteri yang mengandung IAA mampu memberikan efek fisiologis pada suatu tanaman. Hormon IAA merupakan hormon kunci bagi berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga sintesisnya oleh bakteri tanah tertentu dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Aryantha et al., 2004. Menurut Lestari et al 2007, setelah di uji secara in-vitro bakteri Azospirillum terbukti dapat menghasilkan metabolit sekunder yaitu IAA dan dapat meningkatkan pertumbuhan akar padi meliputi panjang, jumlah serabut, dan bobot kering akar sehingga membantu meningkatkan penyerapan unsur hara bagi tumbuhan. Bakteri UNIVERSITAS SUMATERA UTARA penghasil IAA juga dapat membantu pemanjangan sel batang pada konsentrasi tertentu yaitu 0.9 gl. Khairani 2009, juga menyatakan bahwa bakteri penghasil IAA diisolasi dari akar tanaman jagung dan telah diuji secara laboratorium dapat meningkatkan perkecambahan biji tanaman jagung. Penambahan bakteri penghasil IAA pada tanaman padi juga dapat meningkatkan tinggi tanaman, panjang akar dan berat basah tanaman Siregar, 2009. Dan menurut Firrani 2011, isolat bakteri endofit yang memiliki kemampuan menambat nitrogen tertinggi memberikan pengaruh positif terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah akar pada tanaman sawit. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max(L.) Merrill) Terhadap Pemberian Debu Vulkanik Hasil Erupsi Gunung Sinabung Dan Pupuk Kandang Sapi

1 49 79

Respon Pertumbuhan Embrio Kedelai (Glycine Max (L) Merril) Dengan Pemberian Indole Butyric Acid (Iba) Dan Benzyl Amino Purine (Bap) Secara In Vitro

0 47 78

Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon Iaa (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

3 51 43

Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman Jagung (Zea mays L.)

3 56 50

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) Terhadap Pemupukan Nitrogen Dan Fosfor

0 49 73

UJI POTENSI BAKTERI ENDOFIT DARI BEBERAPA JENIS JAGUNG SEBAGAI PENAMBAT NITROGEN DAN PENGHASIL HORMON IAA (Indole Acetic Acid)

0 21 19

Isolasi dan seleksi bakteri penambat nitrogen dan penghasil indole-3-acetic acid asal sampel tanah dari Jambi Indonesia

1 6 26

Seleksi Bakteri Penambat Nitrogen Dan Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) dan Uji Potensinya Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L.)

0 1 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai - Seleksi Bakteri Penambat Nitrogen Dan Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) dan Uji Potensinya Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max L.)

0 0 6

SELEKSI BAKTERI PENAMBAT NITROGEN DAN PENGHASIL HORMON IAA (Indole Acetic Acid) DAN UJI POTENSINYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) SKRIPSI RATNA SARI TARIGAN

0 0 13