Panjang Akar Hasil dan Pembahasan

4.1 Pendahuluan

Tanaman pohpohan Pilea trinervia Wight. merupakan salah satu jenis sayuran indigenous Baihaki 2003. Daun pohpohan banyak dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Barat dalam keadaan segar lalapan. Pohpohan memiliki banyak jenis dan berpotensi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan, baik sebagai pangan maupun obat-obatan. Pohpohan merupakan sumber antioksidan alami senyawa asam askorbat, fenol, α-tokoferol, dan β-karoten Chahardehi et al 2009; Andarwulan et al 2010; Endrini 2011. Pohpohan telah banyak digunakan sebagai bahan baku restoran atau konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas. Permasalahan dalam budidaya pohpohan diantaranya yaitu tanaman pohpohan termasuk ke dalam tanaman monoceous yang tanaman fertilnya sulit membentuk biji Shih et al 1995. Hal ini sering mengakibatkan kurang seimbangnya antara ketersediaan benih dengan permintaan produksi pohpohan Muhctadi 2000. Teknik perbanyakan pohpohan yang sering digunakan adalah secara vegetatif dengan stek. Perbanyakan vegetatif pohpohan dengan stek memiliki hambatan dalam pemenuhan pohon induk yang banyak. Penelitian Ekawati et al 2010 yaitu produktivitas tanaman pohpohan baru mencapai 360 kg ha -1 per tahun dengan jarak tanam 50x25 cm. Jumlah kebutuhan bibit dengan jarak tersebut pada luasan 1 ha mencapai 80.000 bibit. Stek pohpohan paling baik menggunakan bagian pangkal dan tengah batang, karena bagian pucuk sangat rentan mengalami busuk batang pada media arang sekam dan kompos Muslimawati 2014. Selain perbanyakan secara konvensional, diperlukan multiplikasi yang lebih cepat. Perbanyakan bibit pohpohan secara intensif dan ekstensif sangat diperlukan, salah satunya dapat dilakukan melalui kultur jaringan. Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah banyak, sehat, cepat, seragam dan terjaga kontinuitas ketersediaan bibit dibutuhkan sistem regenerasi tanaman yang efisien seperti metode perbanyakan mikro secara in-vitro. Secara umum, terdapat 3 jalur perkembangan regenerasi tanaman secara in-vitro: 1 propagasi dari pre-existing meristem kultur tunas atau kultur nodus, 2 organogenesis, dan 3 embriogenesis somatik embriogenesis non-zigotik. Proliferasi dari pre-existing meristem mengacu pada pembentukan tunas dari meristem aksilar tunas aksilar selanjutnya pembentukan perakaran tunas Kane 2000. Organogenesis adalah propagasi dari eksplan tanpa pre-existing meristem melalui pembentukan tunas dan akar adventif Schwarz dan Beaty 2000. Secara in-vitro, sitokinin dapat ditambahkan ke medium untuk menekan dominansi apikal dan merangsang pertumbuhan mikropropagasi meristem aksilar. Setiap cabang aksilar dipotong dan dipindahkan langsung ke media yang tepat untuk ditingkatkan meristem aksilar. Tunas-tunas aksilar yang terinduksi dapat dipindakan ke media perakaran dan kemudian dipindahkan ke media tanah. Pada penelitian ini penggunakan BA yang merupakan salah satu jenis sitokinin dikombinasikan dengan GA 3 dapat menentukan konsentrasi optimum terhadap induksi tunas aksilar perbanyakan mikro pohpohan secara in-vitro, dan dapat menentukan konsentrasi optimum BA untuk multiplikasi tunas dari induksi tunas aksilar pre-existing meristem secara in-vitro. Dengan demikian teknologi kultur in-vitro dapat digunakan sebagai teknologi pilihan untuk perbanyakan tanaman pohpohan dan memperoleh Standar Operasional Prosedur SOP perbanyakan benih berkualitas pohpohan secara in-vitro.

4.2 Bahan dan Metode

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Pusat Kajian Hortikultur Tropika, Institut Pertanian Bogor Baranangsiang, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan Januari – Oktober 2015. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, percobaan 1 yaitu Induksi Tunas dan percobaan 2 yaitu Multiplikasi Tunas. Metode perbanyakan mikro secara pre-existing meristem tunas aksilar tanaman pohpohan Pilea trinervia Wight. menggunakan eksplan satu buku batang nodus pohpohan aksesi Linggarjati. Eksplan buku batang yang digunakan adalah batang pohpohan yang masih muda berwarna hijau, kemudian dipotong- potong di setiap satu buku batang ukuran 1 cm. Media kultur adalah media dasar MS Murashige dan Skoog 1962 dengan komposisi hara makro NH 4 NO 3 , KNO 3 , MgSO 4 .7H 2 O, KH 2 PO 4 , larutan hara mikro MnSO 4 .4H 2 O, H 3 BO 3 , ZnSO 4 .7H 2 O, KI, Na 2 MoO 4 .2H 2 O, CuSO 4 .5H 2 O, CoCl 2 .6H 2 O, vitamin asam nikotinat, piridoksin, tiamin HCl, Myo-inositol, CaCl.2H 2 O, Fe-EDTA, FeSO 4 .7H 2 O, dan Na 2 EDTA.2H 2 O dengan penambahan zat pengatur tumbuh sitokinin Benzyl Adenin BA, Gibberallic acid GA 3 , sukrosa, NaOH atau HCL sebagai pengatur derajat keasaman larutan media.Selain itu, bahan lain yang digunakan meliputi detergen dengan konsentrasi 3 gl, alkohol 10, agrept 1 gr200 ml, benlate 1 gr200 ml, tween sebanyak 2 tetes ditambahkan dalam akuades 100 ml, clorox 10 dan 5, spritus serta akuades steril. Alat yang digunakan meliputi botol kultur botol balsam, autoclave, timbangan analitik, cawan petri, gunting, pinset, gelas piala, gelas ukur, corong gelas, oven, laminar air flow cabinet LAFC, lampu spiritus, scalpel, erlenmeyer, pH meter, hand sprayer, kamera digital, lemari pendingin dan rak kultur yang dilengkapi dengan pencahayaan flourescence sebagai sumber penerangan.

4.2.1 Percobaan 2a: Induksi Tunas

Percobaan disusun secara faktorial dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak RKLT. Faktor pertama adalah kosentrasi BA 0, 0.5, 1.0, 1.5 dan 2.0 mg l -1 . Faktor kedua adalah kosentrasi GA 3 0, 0.5, 1.0 mg l -1 menggunakan media dasar MS dilengkapi dengan gula 30 g l -1 , agar 6.5 g l -1 . Sehingga terdapat 15 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan diulang 5 kali, sehingga terdapat 75 satuan percobaan. Satu unit percobaan yang merupakan satu botol kultur berisi tiga eksplan. Pelaksanaan penelitian terdiri dari pengambilan eksplan, eksplan tunas aksilar diambil dari kebun percobaan Institut Pertanian Bogor IPB Tajur. Sterilisasi eksplan, buku batang nodus dicuci dengan air mengalir, kemudian direndam dalam larutan detergen dengan konsentrasi 3 g l -1 ± 10 menit dan dibilas lagi dengan air mengalir. Selanjutnya direndam dalam alkohol 10 dan dishaker selama 5 menit dan dibilas dengan akuades. Direndam dalam larutan agrept 1g200 ml dan benlate 1 g200 ml. Dishaker selama 1 jam dan dibilas dengan akuades 3 kali. Sterilisasi di dalam LAFC, buku batang direndam dalam akuades 100 ml ± 10 menit yang diberi tween sebanyak 2 tetes. Kemudian bilas dengan akuades sebanyak 3 kali. Direndam dengan clorox 10 dikocok 5 menit dan dibilas lagi dengan akuades sebanyak 3 kali. Direndam kembali dengan clorox 5