Jenis media tanam yang digunakan untuk perakaran sangat mempengaruhi kemampuan stek untuk membentuk akar. Media perakaran memiliki fungsi yaitu
untuk menahan bahan stek agar tetap tegak, dan menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh stek serta membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari stek
Mahlstede dan Haber 2007. Ketersediaan unsur hara, daya serap terhadap air dan kemampuan menjaga kelembaban akar adalah faktor penting yang arus
dipertimbangkan dalam memilih media tanam. Media tanam tanah adalah pilihan utama bagi para petani dalam bercocoktanam. Pengolahan tanah yang baik dan
berkelanjutan dengan perbaikan terhadap kandungan unsur hara dalam tanah menjadikan tanah memiliki daya dukung yang baik terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman Hayati et al 2012.
Tanah yang baik adalah tanah yang remah atau granuler yang mempunyai tata ruang yang baik sehingga aliran udara dan air dapat masuk dengan baik.
Tanah yang buruk ialah apabila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain tanah pasir atau saling melekat tanah liat. Kompos merupakan perekat pada
butir-butir tanah dan mampu menjadi penyeimbang tingkat kerekatan pada tanah. Dengan demikian tanah pada mulanya keras dan sulit ditembus air maupun udara,
kini dapat menjadi gembur kembali akibat aktivitas mikroorganisme Crawford 2003. Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti kompos mempunyai
pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik, sehingga kompos mampu mengikat serta menahan ketersediaan air di dalam tanah. Kompos pada media tanam bisa
memperbaiki struktur fisik tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation Plosek et al 2013.
Arang sekam dapat memperbaiki struktur media tanam karena partikel- partikelnya dapat mempengaruhi pergerakan air, udara dan menjaga kelembaban
Varela et al 2013. Pembakaran sekam padi dengan tujuan untuk meningkatkan kandungan karbon dan unsur hara dalam sekam padi. Memanfaatkan arang sekam
untuk meningkatkan unsur hara dalam tanah, juga meningkatkan daya serap dan daya ikat tanah terhadap air, sehingga kelembaban pada akar tanaman akan terjaga
dengan baik Supriyanto dan Fiona 2010.
Media tanam tanah, arang sekam dan kompos yang dihaluskan akan memiliki ruang pori yang lebih kecil dibandingkan dengan media tanam yang
tidak dihaluskan. Ruang pori tersebut akan mempengaruhi ruang gerak akar dalam mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman di dalam tanah. Porositas tanah
erat hubungannya dengan bulk density serta permeabilitas. Apabila total ruang pori tinggi maka memiliki tektstur tanah yang halus yang dapat menyimpan air
dan udara dalam tanah sehingga menyebabkan kerapatan massa bulk density sangat rendah Kartasapoetra dan Sutedjo 1994.
Keseimbangan pori-pori tanah sangat penting karena menentukan apakah air atau udara dapat bergerak dengan baik di dalam tanah atau tidak. Kepadatan tanah
erat hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara sulit disimpan dan ketersediaannya terbatas
dalam tanah menyebabkan terhambatnya pernapasan akar dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas mikroorganisme yang
rendah Hakim et al 1986.
2.3 Kultur Jaringan
Teknik kultur jaringan banyak dimanfaatkan dalam industri perbanyakan tanaman dan perbaikan sifat tanaman George dan Sherrington 1984; Pierik 1987.
Salah satu kegunaan atau manfaat utama dari teknologi kultur jaringan adalah kloning in vitro atau perbanyakan secara vegetatif, yang merupakan teknologi
penting dalam program pemuliaan George dan Sherrington 1984; Yadav et al 1990. Pada kultur in vitro, kesesuaian media dan pemilihan eksplan merupakan
hal yang penting untuk menghasilkan planlet Hartmann et al 1990.
Teknik kultur in-vitro propagasi dari pre-existing meristem merupakan tipe kultur jaringan yang poliferasi tunas aksilarnya dipacu dan pertumbuhan tunas
terminalnya ditekan. Hartmann et al 1990 menyatakan bahwa keadaan itu memungkinkan dilakukannya perbanyakan pucuk-pucuk mikro yang dapat
dipotong dan diperakarkan secara in vitro, untuk menghasilkan tanaman mikro atau dapat dipotong menjadi stek mikro microcutting dan diperakarkan secara in
vivo. Pre-existing meristem menjadi sangat populer pada perbanyakan vegetatif melalui kultur jaringan karena sel-sel tunas bersifat seragam dan resisten terhadap
perubahan-perubaan genotipe Bhojwani dan Razdan 1983.
Keuntungan pemanfaatan proliferasi tunas aksilar dari meristem, tunas sebagai sarana regenerasi karena tunas-tunas tersebut telah berproliferasi secara in
vivo. Yang diperlukan hanya pemanjangan tunas dan diferensiasi akar untuk mendapatkan tanaman lengkap. Sebaliknya, organogenesis dan embriogenesis
secara in vitro harus melewati perubahan-perubahan perkembangan yang biasanya melibatkan pembentukan kalus Hu dan Wang 1983 yang sering kali
menimbulkan mutasi genetik pada propagula yang diregenerasikan. Induksi proliferasi tunas aksilar dari meristem berhasil dibuktikan pada Pisum sativum
Stafstrom dan Sarup 2000, kapas Hazra et al 2000, black gram Muruganantam et al 2005, cumin Ebrahimie et al 2007, dan Mandevilla guanabarica Cordeiro
et al 2013.
Bhojwani dan razdan 1983 menyatakan bahwa laju penggandaan tunas melalui proliferasi tunas aksilar dari meristem, dapat ditingkatkan dengan
memacu pertumbuhan tunas pada medium yang mengandung sitokinin dari jenis yang sesuai, pada konsentrasi yang tepat, baik dengan ataupun tanpa auksin.
Tunas-tunas yang terbentuk karena ketersediaan sitokinin yang kontiniu muncul dari suatu tunas aksilar yang tumbuh dan berkembang menjadi tunas-tunas baru.
Boulay 1987 menyatakan bahwa pemindahan ke medium yang mengandung sitokinin dapat memperbaiki kemampuan pembentukan akar pada tunas-tunas
yang diperoleh secara in vitro. BA yang merupakan salah satu jenis sitokinin yang dapat mendorong perbanyakan mikro tunas aksilar. Pemberian BA sering
digunakan pada berbagai tanaman yang ditumbuhakan secara in vitro. BA telah berhasil memacu pertunasan pada perbanyakan klonal tanaman Aloe arborescens
Velcheva et al 2005, Agave tequilana Valenzuela-Sanchez et al 2006 dan Andrographis lineata Deepa et al 2011. Beberapa jenis ZPT seperti benzyl
adenine BA dan gibberellic acids GA3 dapat menstimulasi pertumbuhan vegetatif pada beberapa jenis tanaman. Aplikasi GA3 dapat meningkatkan secara
signifikan jumlah tunas aksilar pada tanaman aster Grunewaldt 1988, dieffenbachia More dan Khalatkar 1988, dan tanaman induk krisan untuk
produksi stek Budiarto dan Rosario 2005.
3
RESPON PENGGUNAAN MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN IBA TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG POHPOHAN
Pilea trinervia Wight. Abstrak
Pohpohan Pilea trinervia Wight. merupakan salah satu tanaman indigenous. Teknik perbanyakan pohpohan yang sering digunakan adalah
diperbanyak secara vegetatif dengan stek. Perbanyakan vegetatif pohpohan dengan stek masih memiliki rintangan dalam pemenuhan bahan tanam yang
banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media tanam dan efektivitas zat pengatur tumbuh IBA Indole Butyric Acid terhadap
pertumbuhan akar stek pohpohan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Nested Design Faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor media tanam dan
pemberian zat pengatur tumbuh ZPT. Media yang digunakan adalah campuran tanah, arang sekam dan kompos tanpa dihaluskan dan yang dihaluskan sedangkan
ZPT yang digunakan yaitu IBA 0, 50, 100, 150 dan 200 ppm. Masing-masing kombinasi perlakuan diaplikasikan terhadap tiga aksesi pohpohan yaitu Warung
Loa, Bobojong dan Linggarjati. Pohpohan tumbuh dengan baik pada media dihaluskan dengan konsentrasi optimum IBA berkisar antara 89.25 sampai 104.75
ppm dan media tidak dihaluskan berkisar antara 98.00
– 105.50 ppm untuk aksesi Warung Loa, Bobojong dan Linggarjati pada peubah tinggi tunas. Untuk peubah
jumlah daun diperoleh konsentrasi optimum pada media dihaluskan antara 98.93 –
108.62 ppm dan media tidak dihaluskan berkisar antara 101.08 – 108.60 ppm
untuk aksesi Warung Loa, Bobojong dan Linggarjati. Kata kunci: indigenous, perbanyakan vegetatif, zat pengatur tumbuh
Abstract
Pohpohan Pilea trinervia Wight. is one of the indigenous vegetables. Pohpohan propagation techniques commonly used are vegetatively propagated by
cuttings. Pohpohan vegetative propagation by cuttings still has a hurdle in the fulfillment of many propagule. This study aims to determine the effect of growing
media and effectiveness of plant growth regulator IBA Indole Butyric Acid on pohpohan cuttings root growth. The experimental design used was Nested Design
Factorial with two factors, namely the growing media and IBA concentration. The medium used is a mixture of soil, rice husk and compost fine grained and coarse
grained while the PGRs used, namely IBA 0, 50, 100, 150 and 200 ppm. Each combination treatment was applied to the three accession pohpohan that Warung
Loa, Bobojong and Linggarjati. Pohpohan grow well on media fine grained with IBA optimum concentration ranged from 89.25 to 104.75 ppm and coarse grained
range between 98.00 - 105.50 ppm for accession Warung Loa, Bobojong and Linggarjati shoots height. Variable number of leaves optimum on concentration
media fine grained between 98.93 - 108.62 ppm and coarse grained media are between 101.08 - 108.60 ppm for accession Warung Loa, Bobojong and
Linggarjati.
Keywords: indigenous, plant growth regulators, vegetative propagation