Jumlah Akar Hasil dan Pembahasan

4 PERBANYAKAN MIKRO PRE-EXISTING MERISTEM TANAMAN POHPOHAN Pilea trinervia Wight. DENGAN BERBAGAI PERLAKUAN KONSENTRASI ZPT Pre-existing Meristem Micropropagation of Pohpohan Pilea trinervia Wight. based on Plant Growth Regulator Concentration Abstrak Pohpohan Pilea trinervia Wight. merupakan salah satu sayuran indigenous yang berpotensi untuk dikembangkan secara kultur jaringan pre-existing meristem. Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh penggunaan Benzil Adenin BA dan Giberalin GA 3 pada induksi tunas dan menetapkan konsentrasi BA untuk multiplikasi tunas dalam mikro propagasi. Penelitian ini terdiri dalam 2 perlakuan: a mencari konsentrasi optimum kombinasi BA dan GA 3 pada induksi tunas, konsentrasi BA yaitu 0.0, 0.5, 1.0 1.5, dan 2.0 mg l -1 , dan konsentrasi GA 3 yaitu 0.0, 0.5 dan 1.0 mg l -1 . Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak. b multiplikasi tunas, menggunakan konsentrasi BA 0.0, 0.25, 0.5, 0.75 dan 1.0 mg l -1 , percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BA 0 –2 mg l -1 pada GA 3 0 mg l -1 pola responnya linear, sedangkan pada GA 3 0.5 dan 1 mg l -1 pola responnya kuadratik pada peubah saat muncul tunas. Pada tahap multiplikasi tunas, perlakuan konsentrasi BA 0.0 mg l -1 sampai 1.0 mg l -1 menunjukkan pola respon linear pada peubah jumlah eksplan bertunas, jumlah tunas per eksplan, jumlah daun dan tinggi tunas. Kata kunci: In vitro, konsentrasi BA dan GA 3, mikropropagasi Abstract Pohpohan Pilea trinervia Wight. is one of the indigenous vegetables that potential to be commercial. That plant can propagate by in vitro culture of pre- existing meristem. The purpose of this research are to study the effect of combination of Benzyl Adenin BA and Gibberallic acid GA 3 on induction axillary buds, and to determine the concentration of BA on shoot multiplication on micropropagation. This study was divided into two experiments: a the experiment for optimization BA and GA 3 on shoot induction, the concentration of BA consisted of 0.0, 0.5, 1.0, 1.5 and 2 mg l -1 , and the concentration of GA 3 consisted of 0.0, 0.5 and 1.0 mg l -1 . The experiment was arranged as factorial in Completely Randomized Design. b shoots multiplicationby of BA 0.0, 0.25, 0.5, 0.75 and 1.0 mg l -1 . The experiment use Randomized Complete Design. The result showed BA 0 - 2 mg l -1 on GA 3 0 mg l -1 pattern of response was linear, where as the concentration of BA on GA 3 0.5 and 1 mg l -1 pattern quadratic response to the time the shoots appear. BA treatment concentration 0 to 1 mg l -1 shows the response patterns linearly on the number of explant had sprouted, the number of shoots per explant, number of leaves and the shoot height. Key words: concentration BA and GA 3, In vitro, micropropagation

4.1 Pendahuluan

Tanaman pohpohan Pilea trinervia Wight. merupakan salah satu jenis sayuran indigenous Baihaki 2003. Daun pohpohan banyak dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Barat dalam keadaan segar lalapan. Pohpohan memiliki banyak jenis dan berpotensi untuk dikembangkan dan dimanfaatkan, baik sebagai pangan maupun obat-obatan. Pohpohan merupakan sumber antioksidan alami senyawa asam askorbat, fenol, α-tokoferol, dan β-karoten Chahardehi et al 2009; Andarwulan et al 2010; Endrini 2011. Pohpohan telah banyak digunakan sebagai bahan baku restoran atau konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas. Permasalahan dalam budidaya pohpohan diantaranya yaitu tanaman pohpohan termasuk ke dalam tanaman monoceous yang tanaman fertilnya sulit membentuk biji Shih et al 1995. Hal ini sering mengakibatkan kurang seimbangnya antara ketersediaan benih dengan permintaan produksi pohpohan Muhctadi 2000. Teknik perbanyakan pohpohan yang sering digunakan adalah secara vegetatif dengan stek. Perbanyakan vegetatif pohpohan dengan stek memiliki hambatan dalam pemenuhan pohon induk yang banyak. Penelitian Ekawati et al 2010 yaitu produktivitas tanaman pohpohan baru mencapai 360 kg ha -1 per tahun dengan jarak tanam 50x25 cm. Jumlah kebutuhan bibit dengan jarak tersebut pada luasan 1 ha mencapai 80.000 bibit. Stek pohpohan paling baik menggunakan bagian pangkal dan tengah batang, karena bagian pucuk sangat rentan mengalami busuk batang pada media arang sekam dan kompos Muslimawati 2014. Selain perbanyakan secara konvensional, diperlukan multiplikasi yang lebih cepat. Perbanyakan bibit pohpohan secara intensif dan ekstensif sangat diperlukan, salah satunya dapat dilakukan melalui kultur jaringan. Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah banyak, sehat, cepat, seragam dan terjaga kontinuitas ketersediaan bibit dibutuhkan sistem regenerasi tanaman yang efisien seperti metode perbanyakan mikro secara in-vitro. Secara umum, terdapat 3 jalur perkembangan regenerasi tanaman secara in-vitro: 1 propagasi dari pre-existing meristem kultur tunas atau kultur nodus, 2 organogenesis, dan 3 embriogenesis somatik embriogenesis non-zigotik. Proliferasi dari pre-existing meristem mengacu pada pembentukan tunas dari meristem aksilar tunas aksilar selanjutnya pembentukan perakaran tunas Kane 2000. Organogenesis adalah propagasi dari eksplan tanpa pre-existing meristem melalui pembentukan tunas dan akar adventif Schwarz dan Beaty 2000. Secara in-vitro, sitokinin dapat ditambahkan ke medium untuk menekan dominansi apikal dan merangsang pertumbuhan mikropropagasi meristem aksilar. Setiap cabang aksilar dipotong dan dipindahkan langsung ke media yang tepat untuk ditingkatkan meristem aksilar. Tunas-tunas aksilar yang terinduksi dapat dipindakan ke media perakaran dan kemudian dipindahkan ke media tanah. Pada penelitian ini penggunakan BA yang merupakan salah satu jenis sitokinin dikombinasikan dengan GA 3 dapat menentukan konsentrasi optimum terhadap induksi tunas aksilar perbanyakan mikro pohpohan secara in-vitro, dan dapat menentukan konsentrasi optimum BA untuk multiplikasi tunas dari induksi tunas aksilar pre-existing meristem secara in-vitro. Dengan demikian teknologi kultur in-vitro dapat digunakan sebagai teknologi pilihan untuk perbanyakan