Kultur Jaringan Respon Pertumbuhan Stek Batang Secara In Vivo Dan Perbanyakan Mikro Pre Existing Meristem Tanaman Pohpohan (Pilea Trinervia Wight.) Dengan Berbagai Perlakuan Konsentrasi Zpt

Pembuatan larutan stok IBA dibuat dengan cara melarutkan 25 mg IBA dalam akuades 100 ml, sebelumnya diberi NaOH 1 N beberapa tetes, sehingga diperoleh larutan stok 250 ppm. Larutan stok diencerkan dengan akuades sesuai konsentrasi yang digunakan, dan stek batang pohpohan direndam dalam larutan IBA selama 30 menit. Media perlakuan dihaluskan dan yang tidak dihaluskan dimasukkan ke dalam polybag ukuran 10x10 cm bobot media 300 g. Stek kemudian ditanam pada media tanam yang telah disediakan dan penyiraman dilakukan setiap hari. Pengamatan tanaman meliputi: 1. Persentase stek hidup Dengan membandingkan antara jumlah stek yang masih hidup pada akhir pengamatan dengan jumlah stek yang ditanam pada awal pengamatan. 2. Tinggi tunas cm Diukur dari pangkal tunas sampai titik tumbuh tunas. 3. Jumlah daun helai Dihitung dari banyaknya daun yang ada dalam satu tanaman. 4. Pertambahan panjang batang cm Dihitung dari ujung sampai titik pangkal batang. Pertambaan panjang batang stek batang didapatkan dengan cara menghitung selisih panjang batang stek batang MST Minggu Setelah Tanam saat ini dengan MST sebelumnya. 5. Diameter batang cm Diukur dengan menggunakan jangka sorong. 6. Jumlah cabang Dihitung dari banyaknya cabang yang ada pada satu tanaman dan semua pengamatan dihitung pada 1 MST sampai 8 MST. 7. Persentase yang berakar Dengan membandingkan antara jumlah stek yang berakar pada akhir pengamatan. 8. Jumlah akar 9. Panjang akar cm Data dianalisis dengan analisis keragaman ANOVA dengan menggunakan uji F, jika terdapat perbedaan antar perlakuan akan dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan polinomial ortogonal.

3.3 Hasil dan Pembahasan

3.3.1 Persentase Stek Hidup

Persentase stek hidup dapat dilihat dari perbandingan antara jumlah stek yang hidup terhadap jumlah seluruh stek yang ditanam. Hasil pengamatan dan pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata persentase stek hidup secara keseluruhan sebesar 87.67 atau masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Kemampuan stek untuk hidup dipengaruhi oleh keberhasilan stek untuk membentuk akar. Wudianto 2002, mengatakan bahwa karbohidrat dalam batang sebagai bahan pembangun merupakan hasil fotosintesis yang dilakukan daun dan disimpan pada seluruh bagian vegetatif tanaman sebagai cadangan makanan. Cadangan makanan ini akan digunakan kembali pada saat terjadi pembentukan sel maupun organ baru. Apabila akar yang berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dalam tanah tidak segera dibentuk maka stek akan mati. Data persentase stek hidup pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan media tidak berpengaruh terhadap persentase stek hidup pada aksesi Warung Loa, Bobojong dan Linggarjati. Data yang diperoleh menunjukkan tidak adanya interaksi antara media dan konsentrasi IBA terhadap peubah persentase stek hidup Lampiran 1. Tabel 1. Rata-rata persentase stek hidup tiga aksesi pohpohan pada beberapa perlakuan media dan konsentrasi IBA 8 minggu setelah tanam Perlakuan Persentase stek hidup Warung Loa Bobojong Linggarjati Media Dihaluskan 82.00 89.33 89.33 Tidak dihaluskan 84.00 90.00 91.33 F test tn tn tn IBA 86.67 76.67 96.67 50 75.00 98.33 95.00 100 85.00 96.67 88.33 150 83.33 95.00 85.00 200 85.00 81.67 86.67 F test tn tn tn Keterangan:tn: tidak berbeda nyata pada α 0.05

3.3.2 Tinggi Tunas

Data tinggi tunas pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan media berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada aksesi Warung Loa, Bobojong dan Linggarjati. Pohpohan yang diberi perlakuan media yang tidak dihaluskan memiliki rata-rata tertinggi pada aksesi Warung Loa, Bobojong dan Linggarjati dibandingkan dengan media yang dihaluskan. Data yang diperoleh menunjukkan adanya interaksi antara media dan konsentrasi IBA terhadap peubah tinggi tunas Lampiran 1. Tabel 2. Rata-rata tinggi tunas tiga aksesi pohpohan pada beberapa perlakuan media dan konsentrasi IBA 8 minggu setelah tanam Perlakuan Tinggi tunas cm Warung Loa Bobojong Linggarjati Media Dihaluskan 8.06 7.52 8.96 Tidak dihaluskan 8.83 8.81 9.61 F test IBA 6.54 6.53 7.03 50 8.89 8.84 10.78 100 11.15 10.84 12.10 150 9.30 8.42 9.32 200 6.36 6.20 7.21 F test Respon Q Q Q Interaksi Keterangan:: berbeda nyata pada α 0.01 Q: respon kuadratik nyata pada α 0.05 Aplikasi konsentrasi IBA 0 sampai 200 ppm dan media tanam tanah, arang sekam dan kompos memberikan pengaruh kuadratik dengan konsentrasi optimum IBA yang berbeda-beda terhadap tinggi tunas pada aksesi pohpohan Warung Loa, Bobojong dan Linggarjati. Pada aksesi Warung loa diperoleh konsentrasi optimum IBA 104.75 ppm dengan persamaan y = -0.0004x 2 + 0.0838x + 5.7681 pada media dihaluskan dengan tinggi tunas 10.89 cm dan pada media tidak dihaluskan diperoleh konsentrasi optimum IBA 105.50 ppm persamaan y = -0.0004x 2 + 0.0844x + 6.9114 dengan tinggi tunas 11.98 cm. Untuk aksesi Bobojong diperoleh konsentrasi optimum IBA 89.25 ppm persamaan y = -0.0004x 2 + 0.0714x + 5.9264 pada media dihaluskan dengan tinggi tunas 10.35 cm dan pada media tidak dihaluskan diperoleh konsentrasi optimum IBA 98.00 ppm persamaan y = -0.0004x 2 + 0.0784x + 6.9796 dengan tinggi tunas 11.93 cm. Sedangkan, aksesi Linggarjati pada media dihaluskan diperoleh konsentrasi optimum IBA 96.30 ppm dengan tinggi tunas 12.22 cm persamaan y = -0.0005x 2 + 0.0963x + 6.5499. Pada media tidak dihaluskan diperoleh konsentrasi IBA 101.12 ppm dengan tinggi tunas 13.23 cm terhadap aksesi Linggarjati persamaan y = -0.0004x 2 + 0.0801x + 7.9458 Gambar 2.