2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Pohpohan Pilea trinervia Wight.
Pohpohan merupakan salah satu sayuran hijau yang cukup dikenal sebagai sayuran untuk lalapan. Pohpohan termasuk kedalam tipe tanaman semak tegak
berupa herba monoecious Baihaki 2003. Pohpohan diklasifikasikan dalam Kingdom Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Magnoliopsida, Ordo Urticales,
Famili Urticaceae, dan Genus Pilea dan spesies Pilea trinervia Wight. Di Jawa Barat, pohpohan umum ditemukan di pasar-pasar lokal hingga di supermarket
Wardhani 2014.
Pohpohan dapat tumbuh dengan subur di daerah pegunungan pada ketinggian 500 sampai 2500 m dpl. Pohpohan memiliki lebar helai daun 8.54 cm
dan panjang tangkai daunnya 1-5 cm. Daun pohpohan berbentuk bulat telur ovate atau lebar memanjang dan memiliki tepi daun bergerigi. Permukaan atas
daun berbulu halus menyerupai urat yang sejajar yang sangat jelas. Bunga berwarna putih kekuningan yang berkedudukan di buku batang dengan panjang
bunga 5-30 cm dan panjang petiolnya 1-6 cm. Teknik perbanyakan pohpohan yang sering digunakan adalah diperbanyak secara vegetatif dengan stek Mahyar
1994.
Daun pohpohan mengandung senyawa asam askorbat, fenol, α-tokoferol,
dan β-karoten yang dapat berperan sebagai antioksidan Desminarti 2001. Amalia et al. 2006 menyatakan bahwa daun pohpohan mengandung golongan senyawa
alkanoid, flavanoid, dan steroidtriterpenoid. Batari 2007 menyatakan bahwa daun pohpohan mengandung senyawa luteolin, kuersetin, fenol, flavonol, dan
flavon yang merupakan golongan senyawa flavonoid. Dwiyani 2008 menyatakan bahwa kemungkinan golongan senyawa yang aktif sebagai
antioksidan pada daun pohpohan adalah golonganan steroidtriterpenoid.
Ekstrak daun pohpohan memiliki kemampuan menghambat radikal bebas Dwiyani 2008 dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus
aureus Khudry 2014. Selain itu, pohpohan merupakan sumber pendapatan utama bagi petani khususnya petani Desa Tamansari Kecamatan Tamansari
Kabupaten Bogor Priana 2004, oleh karena itu pohpohan termasuk salah satu jenis sayuran indigenous yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia.
2.2 Stek Batang Pohpohan
Salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang secara teknik cukup mudah dan sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan investasi yang besar
adalah stek. Teknik perbanyakan vegetatif dengan stek adalah metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari
induknya di mana jika ditanam pada kondisi yang menguntungkan untuk beregenerasi akan berkembang menjadi tanaman yang sempurna. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan stek diantaranya jenis tanaman, bahan stek dan media tanam. Jenis tanaman sayuran daun lebih memerlukan media tanam yang
gembur dan mudah ditembus akar, sehingga perkembangan akar menjadi lebih baik. Bahan stek memiliki nutrisi yang terkandung didalamnya, yaitu ketersediaan
air dan kandungan hormon endogen dalam jaringan stek Hartmann dan Kester 2002.
Jenis media tanam yang digunakan untuk perakaran sangat mempengaruhi kemampuan stek untuk membentuk akar. Media perakaran memiliki fungsi yaitu
untuk menahan bahan stek agar tetap tegak, dan menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh stek serta membiarkan penetrasi udara ke bagian dasar dari stek
Mahlstede dan Haber 2007. Ketersediaan unsur hara, daya serap terhadap air dan kemampuan menjaga kelembaban akar adalah faktor penting yang arus
dipertimbangkan dalam memilih media tanam. Media tanam tanah adalah pilihan utama bagi para petani dalam bercocoktanam. Pengolahan tanah yang baik dan
berkelanjutan dengan perbaikan terhadap kandungan unsur hara dalam tanah menjadikan tanah memiliki daya dukung yang baik terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman Hayati et al 2012.
Tanah yang baik adalah tanah yang remah atau granuler yang mempunyai tata ruang yang baik sehingga aliran udara dan air dapat masuk dengan baik.
Tanah yang buruk ialah apabila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain tanah pasir atau saling melekat tanah liat. Kompos merupakan perekat pada
butir-butir tanah dan mampu menjadi penyeimbang tingkat kerekatan pada tanah. Dengan demikian tanah pada mulanya keras dan sulit ditembus air maupun udara,
kini dapat menjadi gembur kembali akibat aktivitas mikroorganisme Crawford 2003. Tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti kompos mempunyai
pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik, sehingga kompos mampu mengikat serta menahan ketersediaan air di dalam tanah. Kompos pada media tanam bisa
memperbaiki struktur fisik tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation Plosek et al 2013.
Arang sekam dapat memperbaiki struktur media tanam karena partikel- partikelnya dapat mempengaruhi pergerakan air, udara dan menjaga kelembaban
Varela et al 2013. Pembakaran sekam padi dengan tujuan untuk meningkatkan kandungan karbon dan unsur hara dalam sekam padi. Memanfaatkan arang sekam
untuk meningkatkan unsur hara dalam tanah, juga meningkatkan daya serap dan daya ikat tanah terhadap air, sehingga kelembaban pada akar tanaman akan terjaga
dengan baik Supriyanto dan Fiona 2010.
Media tanam tanah, arang sekam dan kompos yang dihaluskan akan memiliki ruang pori yang lebih kecil dibandingkan dengan media tanam yang
tidak dihaluskan. Ruang pori tersebut akan mempengaruhi ruang gerak akar dalam mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman di dalam tanah. Porositas tanah
erat hubungannya dengan bulk density serta permeabilitas. Apabila total ruang pori tinggi maka memiliki tektstur tanah yang halus yang dapat menyimpan air
dan udara dalam tanah sehingga menyebabkan kerapatan massa bulk density sangat rendah Kartasapoetra dan Sutedjo 1994.
Keseimbangan pori-pori tanah sangat penting karena menentukan apakah air atau udara dapat bergerak dengan baik di dalam tanah atau tidak. Kepadatan tanah
erat hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara sulit disimpan dan ketersediaannya terbatas
dalam tanah menyebabkan terhambatnya pernapasan akar dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas mikroorganisme yang
rendah Hakim et al 1986.