62
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan
kuantintas hasil produksi yang dihasilkan. Risiko produksi dapat berupa penurunan hasil dari yang diharapkan bahkan kegagalan panen. Setiap usaha
memiliki risiko produksi dalam kadar yang berbeda tergantung dari manajemen risiko yang diterapkan perusahaan.
6.1 Indentifikasi Risiko Produksi Dipladenia crimson
Pengelolaan dalam memproduksi tanaman hias dipledenia crimson yang dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara dihadapkan pada masalah risiko
produksi. Indikasi adanya risiko produksi dalam proses produksi tanaman hias Dipladenia crimson
ditunjukan oleh adanya fluktuasi atau variasi jumlah persentase keberhasilan produksi tanaman Dipladenia crimson yang dihasilkan.
persentase yang berfluktuasi menunjukan adanya nilai produksi yang tertinggi, terendah dan normal. Dengan adanya persentase keberhasilan yang berubah-ubah
maka peluang budidaya tanaman hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara memperoleh keberhasilan tertinggi, terendah dan normal dapat diamati
dengan mempertimbangkan periode waktu pengusahaan tanaman hias yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan keberhasilan tertinggi yaitu tingkat
produksi yang paling tinggi, yang pernah diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara selama proses perbanyakan Dipladenia crimson. Sedangkan yang dimaksud
dengan keberhasilan terendah yaitu tingkat persentase keberhasilan yang paling rendah, yang pernah diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara selama pengusahaan
tanaman hias Dipladenia crimson. Sementara itu yang dimaksud dengan keberhasilan normal dalam kajian ini adalah tingkat atau persentase keberhasilan
tanaman hias Dipladenia crimson yang sering diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara selama pengusahaannya.
Tingkat keberhasilan dinilai dari perolehan keberhasilan tumbuh pada periode produksi yang sudah terjadi selama dua tahun yaitu tahun 2009 dan 2010.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil usaha perbanyakan Dipladenia
63 crimson, fluktuasi keberhasian tanaman hias Dipladenia crimson dapat dilihat
pada Tabel 11. Tabel 11. Rata-rata Produksi, Persentase Keberhasilan dan Penerimaan PT Istana
Alam Dewi Tara pada Tanaman Hias Dipladenia crimson Tahun 2009- 2010
Dipladenia crimson
Kondisi Peluang
Rata-rata Penerimaan
Rp Produksi
pot Keberhasilan
Tertinggi 0,25
465,0 77,00
23.250.000 Normal
0,50 399,0
66,00 19.950.000
Terendah 0,25
296,5 49,25
14.825.000
Selain tingkat persentase keberhasilan, pembahasan risiko juga berhubungan dengan adanya peluang terjadinya suatu kejadian dan peluang tersebut dapat
diukur. Dalam kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson, peluang terjadinya suatu kejadian, yaitu kejadian keberhasilan tertinggi, terendah dan
normal sangat menentukan hasil produksi yang diharapkan. Dalam penelitian ini, peluang persentase keberhasilan tertinggi, terendah dan normal diukur dari
proporsi frekuensi atau beberapa kali PT Istana Alam Dewi Tara mencapai persentase keberhasilan produksi tertinggi, terendah atau normal selama periode
perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson Tabel 11. Peluang PT Istana Alam Dewi Tara mencapai persentase keberhasilan
perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson tertinggi yaitu sekitar 0,25 yang dapat diartikan jika PT Istana Alam Dewi Tara melakukan pengusahaan
perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson sebanyak delapan kali maka frekuensi PT Istana Alam Dewi Tara dapat mencapai produktivitas tertinggi hanya
dua kali. Selanjutnya peluang PT Istana Alam Dewi Tara memperoleh persentase keberhasilan perbanyakan tanaman hias dipladenia terendah sekitar 0,25 dan
peluang persentase keberhasilan normal sekitar 0,5. Dengan memperhatikan
angka peluang dari tingkat produktivitas yang diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara menunjukan bahwa selama pengusahaan perbanyakan tanaman hias
Dipladenia crimson , PT Istana Alam Dewi Tara lebih sering memperoleh
produktivitas normal dibandingkan dengan produktivitas tertinggi dan terendah. Pada Tabel 11 diketahui bahwa persentase keberhasilan perbanyakan
tanaman hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara memiliki nilai
64 yang fluktuasi. Adanya fluktuasi hasil produksi tersebut merupakan indikasi yang
menunjukan bahwa usaha PT Istana Alam Dewi tara mengalami risiko produksi dalam kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson yang sedang
dijalankan. Usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson pada PT Istana Alam Dewi Tara memiliki risiko yaitu risiko produksi. Untuk data keberhasilan
produksi disetiap periodenya dapat dilihat pada Lampiran 4, yang juga dapat menjelaskan pendapatan yang hilang untuk setiap periodenya karena adanya
kegagalan dalam setiap produksinya atau yang disebabkan oleh risiko produksi. Sumber utama munculnya risiko produksi pada usaha PT Istana Alam Dewi Tara
adalah terjadinya kegagalan dalam proses perbanyakan Dipladenia crimson, mulai dari awal kegiatan sampai pada tahap akhir dimana tanaman hias Dipladenia
crimson siap untuk dipasarkan.
Kegiatan usaha tanaman hias Dipladenia crimson tidak terlepas dari adanya risiko. Sumber risiko produksi dapat berasal dari lingkungan dalam usaha
perbanyakan itu sendiri maupun dari lingkungan luar usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Faktor penyebab terjadinya risiko produksi dari dalam
usaha adalah keterampilan tenaga kerja yang dimiliki maupun yang tersedia kurang memadai dalam melaksanakan semua kegiatan selama proses produksi.
Sedangkan faktor penyebab risiko yang berasal dari luar usaha adalah kondisi iklim dan serangan hama yang sulit untuk dikendalikan. Iklim yang berbeda pada
setiap periode produksi berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Hal yang sama juga terjadi pada saat datangnya serangan hama, yang dapat
menimbulkan kerusakan pada tanaman. Faktor-faktor tersebut diatas menjadi penyebab terjadinya risiko produksi
yang dihadapi pada usaha PT Istana Alam Dewi Tara dalam menjalankan kegiatan perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson, dijelaskan secara lebih rinci
sebagai berikut: a.
Kondisi Cuaca dan Iklim Kondisi cuaca dan iklim merupakan salah satu faktor yangdapat
menyebabkan terjadinya risiko produksi dalam usaha tanaman hias. Perubahan kondisi cuaca yang sulit diprediksi akan mempengaruhi secara langsung terhadap
pertumbuhan tanaman hias Dipladenia crimson yang diusahakan. Terjadinya
65 hujan secara terus-menerus, perubahan suhu, angin kencang, ataupun terkena sinar
matahari yang berkepanjangan akan sangat berpengaruh terhadap kondisi tanaman hias Dipladenia crimson yang dihasilkan. Hal ini dapat berdampak negatif kepada
produksi dan keberhasilan dalam perbanyakan tanaman hias ini. Perubahan kondisi cuaca akan berhubungan dengan serangan hama dan
penyakit yang dapat menyerang tanaman hias Dipladenia crimson. Ketika musim kemarau, umumnya populasi hama meningkat sementara ketika musim hujan
umumnya penyakit lebih sering menyerang tanaman. PT Istana Alam Dewi Tara menggunakan green house dalam proses
perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Hal ini bertujuan untuk melindungi tanaman dari perubahan curah hujan yang sulit diprediksi, angin
kencang, perubahan suhu, serta hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman.
Terjadinya musim kemarau dapat menjadikan suhu udara menjadi tinggi dan terpaan sinar matahari secara terus-menerus. Hal ini dapat berpengaruh pada suhu
di dalam green house, karena kemampuan tanaman dalam menyesuaikan suhu di dalam green house sangat terbatas sehingga dapat menyebabkan tanaman menjadi
layu dan kering. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal ini dilakukan penyiraman air secara rutin yaitu 10 menit sekali dengan mistsprinkle dan penggunaan pupuk
dan obat-obatan secara rutin yaitu dua minggu sekali. Ketika musim hujan, suhu lingkungan green house menjadi menurun dan
relatif lembab. Oleh karena itu, untuk menjaga agar pertumbuhan tanaman tetap baik maka dilakukan perubahan jadwal penyiraman air dan pupuk menjadi tidak
terlalu sering yaitu sebulan sekali. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari tanaman dari kelembaban yang terlalu tinggi yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman. Berbeda halnya jika terjadi kondisi sinar matahari secara terus-menerus
sepanjang hari, maka pertumbuhan tanaman lebih baik dibandingkan dengan kondisi cuaca mendung, karena kurangnya sinar matahari akan menghambat
proses fotosintesis dan menyebabkan panen hasil dari perbanyakan semakin lama. Untuk mengantisipasi perubahan cuaca ini perusahaaan memajukan waktu
perbanyakan tanaman. Ketika kondisi cuaca mendung mengakibatkan intensitas
66 sinar matahari yang diterima tanaman berkurang, sehingga akan menyebabkan
pertumbuhan tanaman tidak merata dan tanaman cepat mengalami kebusukan. b.
Serangan Hama dan Penyakit Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu sumber risiko yang dapat
merusak tanaman dan menyebabkan produksi tanaman hias Dipladenia crimson menjadi tidak optimal. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman hias
Dipladenia crimson pada umumnya berkaitan dengan kondisi cuaca dan iklim di
tempat produksi. Serangan hama pada umumnya lebih sering menyerang tanaman pada musim kemarau dengan curah hujan rendah, terpaan sinar matahari panjang
dan suhu udara yang relatif tinggi. Sedangkan pada musim hujan, penyakit lebih sering menyerang tanaman dibandingkan hama.
Berdasarkan wawancara di lapangan oleh pihak pengelola dan karyawan, maka dapat diketahui bahwa jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman
hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara cukup banyak. Adapun jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman hias Dipladenia crimson antara
lain mealybug kutu putihkapas pada daun atau pucuk, thrips kutu hitam, fungus gants
larva berkepala hitam, fusarium bintik coklat pada permukaan daun, spider mite daun kusam dan mengkerut dan root mealybug kutu putih
yang menyerang akarbusuk akar. Upaya penanganan yang dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara adalah
dengan melakukan penyemprotan pestisida secara rutin yaitu satu minggu sekali yang dibantu dengan alat semprot berupa power sprying. Jika terdapat tanda-tanda
akan terserangnya hama atau penyakit, maka penyemprotan dilakukan lebih sering lagi tergantung dari seberapa besar tanda-tanda tersebut akan menyerang tanaman.
c. Bibit tanaman
Bibit tanaman juga bisa menjadi salah satu sumber risiko dalam proses perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Sumber risiko yang terjadi dapat
dilihat dari kualitas dan tingkat mortalitas yang terjadi. Kualitas bibit tanaman berpengaruh terhadap kualitas hasil perbanyakan tanaman. Kualitas bibit tanaman
yang kurang baik dapat menyebabkan kualitas hasil perbanyakan rendah, rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
67 Tingkat mortalitas bibit juga dapat berpengaruh terhadap hasil perbanyakan,
dimana tingkat mortalitas adalah tingkat kegagalan bibit tanaman dari penyemaian sampai panensiap dijual. Tingkat mortalitas bibit tanaman yang tidak menentu
mencerminkan kualitas yang tidak menentu pula sehingga hasil perbanyakan tidak terjamin secara pasti. Dalam pengadaan bibit tanaman, dapat dilakukan dengan
membeli dari pemasok ataupun memproduksi sendiri. Bibit tanaman yang dibeli dari pemasok umumnya memiliki harga yang
relatif mahal, sedangkan bibit tanaman dengan memproduksi sendiri akan dapat menekan biaya produksi. Namun, risiko yang mungkin didapat perusahaan adalah
hasil bibittanaman yang bervariasi yang belum pasti kualitasnya. PT Istana Alam Dewi Tara melakukan produksi bibit tanaman hias sendiri dalam usahanya,
dimana bibit tanaman hias Dipladenia crimson awalindukan yang digunakan untuk perbanyakan tanaman diperoleh dengan membeli dari pemasok.
d. Peralatan dan Bangunan
Peralatan dan bangunan juga dapat menjadi sumber yang menyebabkan risiko dalam pengusahaan tanaman hias Dipladenia crimson. Peralatan dan bangunan
yang terpelihara dengan baik dapat mendukung keberhasilan suatu usaha. Namun, peralatan dan bangunan yang kurang terpelihara dengan baik dapat menghambat
kegiatanusaha yang dijalankan sehingga menjadi sumber risiko bagi kelangsungan suatu usaha.
Bangunan yang
paling berperan
penting dalam
kegiatan produksiperbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson adalah green house.
Green house berfungsi untuk menstabilkan kondisi iklim dan cuaca hujan, angin,
dan memperkecil serangan hama dan penyakit yang berasal dari lingkungan eksternal. Namun, jika kondisi green house mengalami kerusakan, maka fungsi
dari green house untuk menstabilkan kondisi lingkungan tidak dapat berjalan dengan baik yang berakibat pada kualitas hasil tanaman hias.
Saat ini green house yang ada di PT Istana Alam Dewi Tara mengalami kebocoran pada bagian atap. Atap green house pada PT Istana Alam Dewi Tara
menyatu oleh mishroom tempat khusus penyiraman dengan mishspringkle terbuat dari asbes dimana terdapat satu sisi bagian atap tersebut yang terbuka,
sehingga apabila terjadi hujan maka air hujan akan masuk ke dalam green house
68 dan mishroom. Air hujan akan langsung mengenai tanaman yang berada di dalam
green house dan mishroom yang mengakibatkan tanaman menjadi rusak. Jika
dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan kerusakan tanaman dalam skala besar. Upaya penanganan yang dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara yaitu
melakukan perbaikan sesegera mungkin pada atap yang mengalami kebocoran. Selain kebocoran atap, perusahaan juga pernah mengalami tersendatnya aliran
air pada mishspringkle yang digunakan untuk penyiraman pada tanaman. Tersendatnya aliran air ini disebabkan terdapatnya lumut dalam saluran
mishsprinkle dan menyebabkan air tidak dapat keluar dari mishspringkle untuk
dialirkandisemprotkan secara otomatis ke tanaman. Hal ini mengakibatkan tanaman tidak mendapatkan air dengan baik untuk proses pertumbuhannya,
sehingga tanaman tersebut dapat mengalami kekeringan yang akhirnya menyebabkan kematian pada tanaman. Upaya penanganan yang telah dilakukan
oleh PT Istana Alam Dewi Tara yaitu dengan membersihkan mishsprinkle dari lumut dengan cara dilakukan spray penyemprotan kedalam saluran
mishsprinkle .
e. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan sumberdaya yang penting bagi perusahaan karena yang dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas perusahaan. Adanya tenaga
kerja yang terampil, berpendidikan, dan berpengalaman sangat penting bagi perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan. Tenaga kerja bisa
menjadi sumber risiko bagi perusahaan bila perusahaan memiliki tenaga kerja yang tidak terampil, tidak berpendidikan, dan tidak berpengalaman. Hal ini
berpengaruh negatif terhadap hasil produksi tanaman. Selain itu, perusahaan juga memerlukan adanya Standard Operasional Procedures SOP yang jelas dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan perusahaan. Tidak adanya SOP yang jelas dapat menyebabkan tenaga kerja di perusahaan melakukan penyimpangan-
penyimpangan pekerjaan atau melakukan kesalahan human error dalam pekerjaannya.
Berdasarkan wawancara di lapangan, tenaga kerja pernah melakukan kesalahan dalam kegiatan produksi tanaman hias. Kesalahan tersebut terjadi pada
saat pemberian obat-obatan pada bibit tanaman hias. Obat-obatan yang seharusnya
69 diberikan untuk jenis akarisida, namun diberikan oleh tenaga kerja untuk jenis
insektisida. Hal ini menyebabkan hama dengan jenis akarisida tidak dapat dibasmi, sehingga hama tetap menyerang tanaman tersebut, yang kemudian
membuat tanaman menjadi mati. Kasus kesalahan pemberian obat-obatan yang dilakukan oleh tenaga kerja ini
disebabkan kurangnya pengawasan dari pengawas mandor kepala bagian maintenance,
selain itu karena kecerobohan yang dilakukan oleh tenaga kerja yang sebagian besar pendidikan tenaga kerja hanya lulusan SD-SMP. Tenaga
kerja yang melakukan kesalahan tersebut diberi teguranperingatan oleh kepala pengawas mandor agar melakukan pekerjaan dengan cermat dan tidak
mengulangi kesalahan, jika melakukan kesalahan lagi maka tenaga kerja tersebut akan dikeluarkan dari perusahaan. Selain dari kesalahan saat pemberian obat-
obatan, tenaga kerja juga pernah melakukan kesalahan seperti terlambat dalam melakukan penanaman setelah pucuk dipangkas dari setiap indukannya stek
pucuk. Perusahaan belum menerapkan SOP dalam menjalankan seluruh kegiatannya,
hal ini dikarenakan biaya untuk pembuatan SOP dalam perusahaan tidaklah sedikit. Namun demikian, dalam seluruh kegiatan perusahaan lebih menerapkan
job description untuk masing-masing karyawan di setiap bagian. Sehingga tanpa
adanya SOP, perusahaan dapat menjalankan seluruh kegiatannya dengan baik.
6.2 Analisis Risiko Produksi Dipladenia crimson