Optimalisasi Produksi Adenium dan Aglaonema pada PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Kota Depok Propinsi Jawa Barat

(1)

OPTIMALISASI PRODUKSI ADENIUM DAN AGLAONEMA

PADA PT. ISTANA ALAM DEWI TARA, SAWANGAN

KOTA DEPOK PROPINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

SEPTI BUDHI LESTARI H34052946

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

RINGKASAN

SEPTI BUDHI LESTARI. Optimalisasi Produksi Adenium dan Aglaonema pada PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Kota Depok Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO).

Hortikultura merupakan salah satu sub sektor yang berada pada sektor pertanian. Kontribusi sub sektor hortikultura dalam perekonomian pertanian cukup signifikan yaitu sekitar 22 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian. Pada tahun 2007 hortikultura menyumbangkan PDB sekitar Rp 76,79 trilliun dan pada tahun 2008 diperkirakan meningkat menjadi Rp 80,29 trilliun. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 4,55 persen. Peningkatan PDB tersebut tercapai dikarenakan terjadi peningkatan produksi di berbagai sentra dan kawasan.

Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang saat ini dikembangkan oleh banyak masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya luas areal panen dari beberapa jenis tanaman hias. Pada tahun 2007 nilai PDB untuk komoditi tanaman hias adalah sebesar 4.741 miliar dan meningkat sebesar 28,48 persen pada tahun 2008 menjadi 6.091 miliar. Berdasarkan data tahun 2007 nilai ekspor tanaman hias Indonesia sebesar U$ 6.899.222 dan diperkirakan meningkat menjadi U$ 9.690.804 pada tahun 2008. Besarnya nilai ekspor tersebut memberikan rangsangan khususnya pada pembudidaya tanaman hias untuk selalu melakukan inovasi dalam produksi tanaman hias sehingga produknya tetap diminati konsumen.

PT. Istana Alam Dewi Tara merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang berlokasi di Sawangan Depok, Jawa Barat. Adenium dan aglaonema merupakan produk tanaman hias yang menjadi unggulan pada Istana Alam Dewi Tara. Adenium merupakan tanaman hias yang lebih banyak diusahakan pada Istana Alam Dewi Tara dan aglaonema merupakan tanaman hias yang relatif baru diusahakan. Penjualan kedua tanaman ini pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 134.904.500 untuk adenium, sedangkan aglaonema adalah Rp. 33.735.000. Dalam kegiatan kontes yang dilakukan oleh perusahaan, adenium dan aglaonema dijadikan salah satu jenis tanaman yang dikonteskan. Namun sampai saat ini perusahaan merasa masih dapat memaksimalkan keuntungan dengan sumberdaya yang dimiliki. Untuk itu maka penelitian ini akan dilakukan pada kedua jenis tanaman tersebut.

Bagi pelaku usaha pengambilan keputusan untuk memperoleh keuntungan maksimal selain didasarkan pada pengalaman juga harus didasarkan pada ilmu pengetahuan. Keputusan bisnis yang dihasilkan dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan akan menghasilkan keputusan yang rasional. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk melakukan analisis optimalisasi produksi yaitu linear programming. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis tingkat produksi optimal adenium dan aglaonema pada Istana Alam Dewi Tara, 2) menganalisis sumber daya yang menjadi kendala pembatas pada Istana Alam Dewi Tara, dan 3) menganalisis pengaruh yang terjadi pada kombinasi produksi awal Istana Alam Dewi Tara apabila terdapat perubahan.


(3)

iv Berdasarkan hasil olahan program LINDO dihasilkan kombinasi produk optimal yang seharusnya diproduksi oleh Istana Alam Dewi Tara. Istana Alam Dewi Tara seharusnya mampu memperoleh keuntungan sebesar Rp. 161.378.600 jika berproduksi pada kondisi optimal dan semua produk yang dihasilkan terjual di pasar. Selisih keuntungan aktual dan optimal yaitu senilai Rp. 61.958.160 atau sebesar 62,32 persen dari keuntungan aktualnya. Berdasarkan analisis dual sumberdaya yang menjadi kendala aktif yaitu indukan inory, indukan 9, indukan bangna, indukan clausa, indukan eye OTS, indukan geisha, indukan silviana untuk S dan M, indukan silviana untuk L, Pot S, pegasus, dan demiter. Jika kendala aktif tersebut ditambah ketersediaannya maka akan menambah keuntungan sebesar nilai dual pricenya.

Penurunan harga sebesar 61 persen pada skenario 1 memberikan keuntungan sebesar Rp. 41.507.580. Keuntungan ini memiliki selisih sebesar 58,25 persen dari keuntungan aktual yang diterima oleh Istana Alam Dewi Tara, sedangkan jika dibandingkan dengan keuntungan optimal awal yang diperoleh selisihnya cukup besar yaitu Rp. 119.871.020. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika terjadi penurunan harga maka dimungkinkan akan terjadi penurunan keuntungan dan perubahan pada jumlah produksi. Pada skenario 2 yaitu pengurangan jam tenaga kerja, keuntungan yang diperoleh sama seperti keuntungan kondisi optimal awal yaitu Rp. 161.378.600. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengurangan jam tenaga kerja sebesar 50 persen tidak memberikan pengaruh pada keuntungan dan kombinasi produksi optimal awal perusahaan. Berdasarkan peramalan yang dilakukan, variabel produksi pada Istana Alam Dewi Tara mengalami kecenderungan penjualan menurun dan meningkat secara merata. Variabel yang mengalami kecenderungan yang meningkat yaitu charina (S), daun plastik (S), katupia (S), mickey mouse (S), raibenna (S), sofara (S), variegata (S), verona (S), wha-la (S), 9 (M), bangna (M), clausa (M), eye OTS (M), gheisa (M), inory (M), silviana (M), silviana (L), variegata (L), legacy (S), dan lipstik (S).


(4)

OPTIMALISASI PRODUKSI ADENIUM DAN AGLAONEMA

PADA PT. ISTANA ALAM DEWI TARA, SAWANGAN

KOTA DEPOK PROPINSI JAWA BARAT

SEPTI BUDHI LESTARI H34052946

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(5)

Judul Skripsi : Optimalisasi Produksi Adenium dan Aglaonema pada PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Kota Depok Propinsi Jawa Barat

Nama : Septi Budhi Lestari NIM : H34052946

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Suharno, M. Adev NIP. 19610610 198611 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Optimalisasi Produksi Adenium dan Aglaonema pada PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Kota Depok Propinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

Septi Budhi Lestari H34052946


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas pada tanggal 13 September 1987. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sukadri dan Ibu Lastinah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Kanding II pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama di selesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 1 Somagede. Pendidikan menengah atas diselesaikan di SMU Negeri Banyumas pada tahun 2005.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Kemudian penulis diterima pada Departemen Agribisnis pada tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan penulis tercatat sebagai anggota dari Organisasi Mahasiswa Daerah IKAMAHAS (Ikatan Keluarga Mahasiswa Banyumas) dan anggota dari KOPMA (Koperasi Mahasiswa) IPB.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Optimalisasi Produksi Adenium dan Aglaonema pada PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Kota Depok Propinsi Jawa Barat ”. Penelitian ini dilakukan pada PT. Istana Alam Dewi Tara yang berlokasi di Sawangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis produksi optimal yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal dan penggunaan input yang efisien.

Tulisan ini merupakan hasil maksimal yang dapat dilakukan oleh penulis. Namun demikian, disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi oleh penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Bogor, Agustus 2009 Septi Budhi Lestari


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak dan Ibu, terima kasih atas dukungan, semangat, dan do’a yang selalu diberikan kepada penulis. Karya kecil ini penulis persembahkan untuk Bapak dan Ibu.

2. Dr. Ir. Suharno, M. Adev selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, Msi selaku dosen penguji utama pada ujian sidang yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Dra. Yusalina, Msi selaku dosen penguji Komisi Pendidikan pada ujian sidang

yang telah memberikan saran tentang teknik penulisan demi perbaikan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing akademik penulis dan seluruh staf Departemen Agribisnis.

6. Desi Nurmasari sebagai pembahas dalam seminar penelitian yang telah memberian saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

7. Kakak-kakakku Mba Ari, Mas Defiet, Mas Edi, dan adekku Wina, Sheila, terima kasih atas do’a, dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman satu bimbingan skripsi, noel, sandro, dan gito, speiers (DL, nemo, lysti, abel, bajul, siti), teman-teman CCC, teman-teman satu PA (rina, tiwi, budhe), teman-teman satu GK Cikole (bang fai, nana, tante debi, tia) dan Cibodas (Bayu, Dora, Nemo, mala, mamamia), teman-teman jalan Cagak, dan teman-teman Harmoni 2 (mbok, ndute, neina, ntong, jatul, ima, metha, santia, nica, nisha,sheila, mba asih, mba atus) terimakasih atas persahabatan dan kebersamaan selama ini.

9. Bapak Fathul Makki, Bapak Adri Yudha, Bapak Riza, Mas Endi, Mba Isti, Mas Yudhi, Mas Har, dan seluruh pihak Istana Alam Dewi Tara yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas waktu, kesempatan, bantuan dan, kerja samanya.


(10)

xi 10.Teman-teman seperjuangan Agribisnis 42, terima kasih atas semangat dan

kebersamaannya selama perkuliahan. ”Growing the Future”.

Bogor, Agustus 2009 Septi Budhi Lestari


(11)

OPTIMALISASI PRODUKSI ADENIUM DAN AGLAONEMA

PADA PT. ISTANA ALAM DEWI TARA, SAWANGAN

KOTA DEPOK PROPINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

SEPTI BUDHI LESTARI H34052946

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(12)

RINGKASAN

SEPTI BUDHI LESTARI. Optimalisasi Produksi Adenium dan Aglaonema pada PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Kota Depok Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUHARNO).

Hortikultura merupakan salah satu sub sektor yang berada pada sektor pertanian. Kontribusi sub sektor hortikultura dalam perekonomian pertanian cukup signifikan yaitu sekitar 22 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian. Pada tahun 2007 hortikultura menyumbangkan PDB sekitar Rp 76,79 trilliun dan pada tahun 2008 diperkirakan meningkat menjadi Rp 80,29 trilliun. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 4,55 persen. Peningkatan PDB tersebut tercapai dikarenakan terjadi peningkatan produksi di berbagai sentra dan kawasan.

Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang saat ini dikembangkan oleh banyak masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya luas areal panen dari beberapa jenis tanaman hias. Pada tahun 2007 nilai PDB untuk komoditi tanaman hias adalah sebesar 4.741 miliar dan meningkat sebesar 28,48 persen pada tahun 2008 menjadi 6.091 miliar. Berdasarkan data tahun 2007 nilai ekspor tanaman hias Indonesia sebesar U$ 6.899.222 dan diperkirakan meningkat menjadi U$ 9.690.804 pada tahun 2008. Besarnya nilai ekspor tersebut memberikan rangsangan khususnya pada pembudidaya tanaman hias untuk selalu melakukan inovasi dalam produksi tanaman hias sehingga produknya tetap diminati konsumen.

PT. Istana Alam Dewi Tara merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang berlokasi di Sawangan Depok, Jawa Barat. Adenium dan aglaonema merupakan produk tanaman hias yang menjadi unggulan pada Istana Alam Dewi Tara. Adenium merupakan tanaman hias yang lebih banyak diusahakan pada Istana Alam Dewi Tara dan aglaonema merupakan tanaman hias yang relatif baru diusahakan. Penjualan kedua tanaman ini pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 134.904.500 untuk adenium, sedangkan aglaonema adalah Rp. 33.735.000. Dalam kegiatan kontes yang dilakukan oleh perusahaan, adenium dan aglaonema dijadikan salah satu jenis tanaman yang dikonteskan. Namun sampai saat ini perusahaan merasa masih dapat memaksimalkan keuntungan dengan sumberdaya yang dimiliki. Untuk itu maka penelitian ini akan dilakukan pada kedua jenis tanaman tersebut.

Bagi pelaku usaha pengambilan keputusan untuk memperoleh keuntungan maksimal selain didasarkan pada pengalaman juga harus didasarkan pada ilmu pengetahuan. Keputusan bisnis yang dihasilkan dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan akan menghasilkan keputusan yang rasional. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk melakukan analisis optimalisasi produksi yaitu linear programming. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis tingkat produksi optimal adenium dan aglaonema pada Istana Alam Dewi Tara, 2) menganalisis sumber daya yang menjadi kendala pembatas pada Istana Alam Dewi Tara, dan 3) menganalisis pengaruh yang terjadi pada kombinasi produksi awal Istana Alam Dewi Tara apabila terdapat perubahan.


(13)

iv Berdasarkan hasil olahan program LINDO dihasilkan kombinasi produk optimal yang seharusnya diproduksi oleh Istana Alam Dewi Tara. Istana Alam Dewi Tara seharusnya mampu memperoleh keuntungan sebesar Rp. 161.378.600 jika berproduksi pada kondisi optimal dan semua produk yang dihasilkan terjual di pasar. Selisih keuntungan aktual dan optimal yaitu senilai Rp. 61.958.160 atau sebesar 62,32 persen dari keuntungan aktualnya. Berdasarkan analisis dual sumberdaya yang menjadi kendala aktif yaitu indukan inory, indukan 9, indukan bangna, indukan clausa, indukan eye OTS, indukan geisha, indukan silviana untuk S dan M, indukan silviana untuk L, Pot S, pegasus, dan demiter. Jika kendala aktif tersebut ditambah ketersediaannya maka akan menambah keuntungan sebesar nilai dual pricenya.

Penurunan harga sebesar 61 persen pada skenario 1 memberikan keuntungan sebesar Rp. 41.507.580. Keuntungan ini memiliki selisih sebesar 58,25 persen dari keuntungan aktual yang diterima oleh Istana Alam Dewi Tara, sedangkan jika dibandingkan dengan keuntungan optimal awal yang diperoleh selisihnya cukup besar yaitu Rp. 119.871.020. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika terjadi penurunan harga maka dimungkinkan akan terjadi penurunan keuntungan dan perubahan pada jumlah produksi. Pada skenario 2 yaitu pengurangan jam tenaga kerja, keuntungan yang diperoleh sama seperti keuntungan kondisi optimal awal yaitu Rp. 161.378.600. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengurangan jam tenaga kerja sebesar 50 persen tidak memberikan pengaruh pada keuntungan dan kombinasi produksi optimal awal perusahaan. Berdasarkan peramalan yang dilakukan, variabel produksi pada Istana Alam Dewi Tara mengalami kecenderungan penjualan menurun dan meningkat secara merata. Variabel yang mengalami kecenderungan yang meningkat yaitu charina (S), daun plastik (S), katupia (S), mickey mouse (S), raibenna (S), sofara (S), variegata (S), verona (S), wha-la (S), 9 (M), bangna (M), clausa (M), eye OTS (M), gheisa (M), inory (M), silviana (M), silviana (L), variegata (L), legacy (S), dan lipstik (S).


(14)

OPTIMALISASI PRODUKSI ADENIUM DAN AGLAONEMA

PADA PT. ISTANA ALAM DEWI TARA, SAWANGAN

KOTA DEPOK PROPINSI JAWA BARAT

SEPTI BUDHI LESTARI H34052946

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(15)

Judul Skripsi : Optimalisasi Produksi Adenium dan Aglaonema pada PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Kota Depok Propinsi Jawa Barat

Nama : Septi Budhi Lestari NIM : H34052946

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Suharno, M. Adev NIP. 19610610 198611 1 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(16)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul ”Optimalisasi Produksi Adenium dan Aglaonema pada PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Kota Depok Propinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

Septi Budhi Lestari H34052946


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas pada tanggal 13 September 1987. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sukadri dan Ibu Lastinah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Kanding II pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama di selesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 1 Somagede. Pendidikan menengah atas diselesaikan di SMU Negeri Banyumas pada tahun 2005.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2005. Kemudian penulis diterima pada Departemen Agribisnis pada tahun 2006. Selama mengikuti pendidikan penulis tercatat sebagai anggota dari Organisasi Mahasiswa Daerah IKAMAHAS (Ikatan Keluarga Mahasiswa Banyumas) dan anggota dari KOPMA (Koperasi Mahasiswa) IPB.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Optimalisasi Produksi Adenium dan Aglaonema pada PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Kota Depok Propinsi Jawa Barat ”. Penelitian ini dilakukan pada PT. Istana Alam Dewi Tara yang berlokasi di Sawangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis produksi optimal yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal dan penggunaan input yang efisien.

Tulisan ini merupakan hasil maksimal yang dapat dilakukan oleh penulis. Namun demikian, disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi oleh penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Bogor, Agustus 2009 Septi Budhi Lestari


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak dan Ibu, terima kasih atas dukungan, semangat, dan do’a yang selalu diberikan kepada penulis. Karya kecil ini penulis persembahkan untuk Bapak dan Ibu.

2. Dr. Ir. Suharno, M. Adev selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, Msi selaku dosen penguji utama pada ujian sidang yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Dra. Yusalina, Msi selaku dosen penguji Komisi Pendidikan pada ujian sidang

yang telah memberikan saran tentang teknik penulisan demi perbaikan skripsi ini.

5. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing akademik penulis dan seluruh staf Departemen Agribisnis.

6. Desi Nurmasari sebagai pembahas dalam seminar penelitian yang telah memberian saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

7. Kakak-kakakku Mba Ari, Mas Defiet, Mas Edi, dan adekku Wina, Sheila, terima kasih atas do’a, dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

8. Teman-teman satu bimbingan skripsi, noel, sandro, dan gito, speiers (DL, nemo, lysti, abel, bajul, siti), teman-teman CCC, teman-teman satu PA (rina, tiwi, budhe), teman-teman satu GK Cikole (bang fai, nana, tante debi, tia) dan Cibodas (Bayu, Dora, Nemo, mala, mamamia), teman-teman jalan Cagak, dan teman-teman Harmoni 2 (mbok, ndute, neina, ntong, jatul, ima, metha, santia, nica, nisha,sheila, mba asih, mba atus) terimakasih atas persahabatan dan kebersamaan selama ini.

9. Bapak Fathul Makki, Bapak Adri Yudha, Bapak Riza, Mas Endi, Mba Isti, Mas Yudhi, Mas Har, dan seluruh pihak Istana Alam Dewi Tara yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas waktu, kesempatan, bantuan dan, kerja samanya.


(20)

xi 10.Teman-teman seperjuangan Agribisnis 42, terima kasih atas semangat dan

kebersamaannya selama perkuliahan. ”Growing the Future”.

Bogor, Agustus 2009 Septi Budhi Lestari


(21)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tanaman Hias ... ... 11 2.1.1Adenium ... ... 12 2.1.2Aglaonema ... ... 15 2.2Prospek Bisnis Tanaman Hias ... ... 16 2.3Penelitian Terdahulu tentang Optimalisasi Produksi ... ... 18 III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1Kerangka Pemikiran Teoritis ... ... 22 3.1.1Teori Produksi ... ... 22 3.1.2Teori Optimalisasi dan Linear Programing ... ... 25 3.1.3Teori Peramalan ... ... 31


(22)

xiii 3.2Kerangka Pemikiran Konseptual ...

... 32 IV. METODE PENELITIAN

4.1Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 35 4.2Perolehan Data ... ... 35 4.3Metode Pengumpulan Data ... ... 36 4.4Metode Pengolahan Data ... ... 37 4.4.1Analisis Primal ... ... 37 4.4.2Analisis Dual ... ... 37 4.4.3Analisis Sensitivitas ... ... 38 4.4.4Analisis Post Optimal ... ... 38 4.5Formulasi Model ... ... 39 4.5.1Penentuan Variabel Keputusan ... ... 39 4.5.2Penentuan Fungsi Tujuan ... ... 39 4.5.3Penentuan Fungsi Kendala ... ... 39 4.6Peramalan Penjualan ... ... 41 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1Sejarah dan Perkembangan PT. Istana Alam Dewi Tara ... ... 43 5.2Lokasi Perusahaan ... ... 45 5.3Struktur Organisasi Perusahaan ... ... 45 5.4Sarana dan Peralatan Produksi ... ... 48 5.5Proses Produksi ... ... 49 5.5.1Proses Produksi Adenium ... ... 49 5.5.2Proses Produksi Aglaonema ... ... 52 VI. PERUMUSAN MODEL OPTIMALISASI


(23)

xiv 6.1Perumusan Fungsi Tujuan Optimalisasi Produksi ...

... 56 6.2Perumusan Fungsi Kendala Optimalisasi Produksi ... ... 57 6.2.1Kendala Lahan ... ... 57 6.2.2Kendala Indukan Adenium dan Aglaonema ... ... 58 6.2.3Kendala Media Tanam ... ... 60 6.2.4Kendala Pot ... ... 62 6.2.5Kendala Pupuk ... ... 63 6.2.6Kendala Pestisida ... ... 64 6.2.7Kendala Bonggol Adenium ... ... 66 6.2.8Kendala Tenaga Kerja ... ... 66 6.2.9Kendala Permintaan ... ... 70 VII. KEPUTUSAN PRODUKSI AKTUAL DAN OPTIMAL

7.1Keputusan Produksi Aktual ... ... 72 7.2Keputusan Produksi Optimal ... ... 72 7.3Analisis Penggunaan Sumber Daya ... ... 74 7.4Analisis Sensitivitas ... ... 86 7.5Analisis Post Optimal ... ... 88 7.6Peramalan Penjualan ... ... 91 VIII.KESIMPULAN DAN SARAN

8.1Kesimpulan ... ... 94 8.2Saran ... ... 95 DAFTAR PUSTAKA ... ... 96 LAMPIRAN


(24)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura Tahun 2003-

2007 ... 2 2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Hias Indonesia Tahun

2004 – 2006 ... 3 3. Sentra Tanaman Hias di Jawa Barat 2006 ... 5 4. Penjualan Istana Alam Dewi Tara Tahun 2008 ... 6 5. Jumlah Penjualan dan Produksi Adenium dan Aglaonema Istana

Alam Dewi Tara Juni 2008 – Mei 2009 ... 7 6. Ekspor Tanaman Hias Indonesia ke Pasar Dunia Tahun 2003 –

Oktober 2008 ... 17 7. Metode Analisis Optimalisasi pada Penelitian Terdahulu ... 21 8. Jumlah Usaha Tanaman Hias di Jawa Barat Tahun 2001 – 2006 33 9. Jenis dan Sumber Data yang Diperoleh pada PT. Istana Alam

Dewi Tara ... 36 10.Jenis Pestisida yang Digunakan untuk Adenium, Waktu Pembe-

rian, dan Fungsi pada Istana Alam Dewi Tara Tahun 2009 ... 51 11.Jenis Pestisida yang Digunakan untuk Aglaonema, Waktu Pem-

berian, dan Fungsi pada Istana Alam Dewi Tara Tahun 2009 .. 55 12.Perhitungan Penggunaan Indukan Adenium untuk Setiap Ukur-

An pada Istana Alam Dewi Tara Tahun 2009 ... 59 13.Perhitungan Kebutuhan Media Tanam untuk Setiap Ukuran pa-

da Istana Alam Dewi Tara Tahun 2009 ... 61 14.Ketersediaan Pot pada PT. Istana Alam Dewi Tara Juni 2008 –

Mei 2009 ... 62 15.Koefisien Variabel Penyiraman dan Penyemprotan Adenium

Dan Aglaonema pada Istana Alam Dewi Tara Tahun 2009 ... 70 16.Kombinasi Produksi Aktual dan Optimal pada Istana Alam

Dewi Tara Juni 2008 – Mei 2009 ... 73 17.Tingkat Penggunaan Lahan pada Kondisi Kombinasi Produksi

Aktual dan Optimal Istana Alam Dewi Tara ... 76 18.Tingkat Penggunaan Indukan Adenium dan Aglaonema dalam

Kondisi Aktual dan Optimal Istana Alam Dewi Tara ... 77 19.Penggunaan Media Tanam dalam Kondisi Aktual dan Optimal

Istana Alam Dewi Tara ... 78 20.Tingkat Penggunaan Pot dalam Kondisi Aktual dan Optimal


(25)

xv Istana Alam Dewi Tara ... 79 21.Tingkat Penggunaan Pupuk dalam Kondisi Aktual dan Optimal

Istana Alam Dewi Tara ... 81 22.Tingkat Penggunaan Pestisida dalam Kondisi Aktual dan Opti-

Mal Istana Alam Dewi Tara ... 82 23.Tingkat Penggunaan Bonggol Adenium dalam Kondisi Aktual

Dan Optimal Istana Alam Dewi Tara ... 83 24.Tingkat Penggunaan Tenaga Kerja dalam Kondisi Aktual dan

Optimal Istana Alam Dewi Tara ... 84 25.Tingkat Permintaan dalam Kondisi Optimal ... 85 26.Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan ... 87 27.Pengurangan Jam Tenaga Kerja Sebesar 50 Persen ... 90 28.Peramalan Penjualan Adenium dan Aglaonema ... 92


(26)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Fungsi Produksi ... 22 2. Kurva Kemungkinan Produksi dan Isorevenue ... 24 3. Kerangka Pemikiran Operasional ... 34


(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Luas Panen Tanaman Hias (m2) di Indonesia Menurut Jenis

Tanaman Tahun 2006 – 2007 ... 99 2. Struktur Organisasi PT. Istana Alam Dewi Tara ... 100 3. Variabel Keputusan Optimalisasi Produksi Adenium dan Aglao-

nema PT. Istana Alam Dewi Tara ... 101 4. Harga Jual dari Masing-masing Variabel Keputusan ... 102 5. Margin Contribution Variabel Keputusan Optimalisasi Produksi

Adenium dan Aglaonema pada PT. Istana Alam Dewi Tara ... 104 6. Kebutuhan dan Ketersediaan Lahan Adenium dan Aglaonema

Pada PT. Istana Alam Dewi Tara ... 107 7. Ketersediaan Indukan Grafting Adenium pada PT. Istana Alam

Dewi Tara ... 110 8. Kebutuhan Gromor Hijau dan Gromor Merah untuk Adenium

Dan Aglaonema pada PT. Istana Alam Dewi Tara ... 112 9. Kebutuhan dan Ketersediaan Pestisida untuk Masing-masing

Tanaman ... 114 10.Hasil Output Olahan LINDO ... 117 11.Nilai Slack/Surplus Model Optimalisasi Produksi ... 119 12.Hasil Output LINDO untuk Analisis Sensitivitas ... 122 13.Pergerakan Harga pada Salah Satu Jenis Tanaman ... 126 14.Hasil Olahan LINDO Skenario 1 ... 127 15.Perbandingan Produksi Optimal Awal dengan Skenario 1 ... 129 16.Perbandingan Produksi Optimal Awal dengan Skenario 2 ... 131 17.Output Peramalan untuk Masing-masing Variabel ... 133 18.Gambar Kegiatan Produksi ... 149


(28)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan keadaan iklim dan letak geografis, Indonesia merupakan negara yang sangat cocok dalam pengembangan komoditas hortikultura yang terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor yang berada pada sektor pertanian. Kontribusi sub sektor hortikultura dalam perekonomian pertanian cukup signifikan yaitu sekitar 22 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian1. Pengembangan sub sektor hortikultura yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk memperbesar share hortikultura di dalam pembangunan pertanian melalui peningkatan konsumsi dalam negeri, mengalihkan ekspor ke negara-negara alternatif diluar negara yang biasa menjadi tujuan ekspor, dan meningkatkan daya saing hortikultura di pasar internasional. Pada tahun 2007, hortikultura menyumbangkan PDB sekitar Rp 76,79 trilliun dan tahun 2008 diperkirakan meningkat menjadi Rp 80,29 trilliun, dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 4,55 persen2. Peningkatan PDB tersebut tercapai dikarenakan terjadi peningkatan produksi di berbagai sentra dan kawasan.

Komoditas hortikultura dapat digunakan sebagai sumber pangan dan gizi, sumber perekonomian, dan sumber estetika. Sebagai sumber pangan dan gizi, hal ini sangat penting karena semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia maka kebutuhan akan pangan pun akan semakin bertambah. Kebutuhan pangan harus selalu dipenuhi karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia. Berdasarkan Ashari (1995) kebutuhan pangan karbohidrat masyarakat Indonesia dapat dikatakan cukup namun kebutuhan protein, vitamin, dan mineral masih dibawah tingkat kecukupan. Sumber vitamin tersebut dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi komoditas hortikultura berupa sayuran dan buah-buahan.

Sebagai sumber perekonomian, hortikultura dapat memberikan pendapatan bagi rumah tangga yang melakukan kegiatan produksi di bidang hortikultura. Selain itu komoditas hortikultura juga dapat memberikan kontribusi bagi

1 Direktorat Jendral Hortikultura. Perjalanan Penyempurnaan Statistik Pertanian Jum’at

24 Agustus 2007. (www.hortikultura.deptan.go.id). Diakses tanggal 3 Agustus 2009.

2 Harian umum Pelita (Persatuan Umat dan Kesatuan Bangsa). Produk Hortikultura

Secara Nasional Tingkatkan PDB (Ekonomi dan Keuangan) edisi 2 Agustus 2009. Diakses tanggal 3 Agustus 2009.


(29)

2 perekonomian nasional berupa penambahan devisa jika komoditas tersebut diekspor. Sedangkan sumber estetika diperoleh dengan memanfaatkan tanaman hias yang dapat digunakan sebagai penghias baik di indoor ataupun outdoor.

Selain sebagai sumber pangan dan gizi komoditas hortikultura juga digunakan sebagai bahan baku industri. Komoditas hortikultura dapat digunakan sebagai sumber bahan baku pembuatan obat-obatan dan kosmetika dengan menggunakan bahan yang berasal dari tanaman biofarmaka. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Hortikultura terjadi peningkatan luas areal panen komoditas hortikultura pada tahun 2007 seluas 250.549.792 ha menjadi 258.462.301 ha pada tahun 2008. Peningkatan luas panen tersebut menjadikan semakin meningkatnya pula produksi dari komoditas hortikultura. Berikut ini merupakan tabel mengenai peningkatan produksi komoditas hortikultura di Indonesia.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura Tahun 2003 – 2007

Tahun No Komoditas

2003 2004 2005 2006 2007

1 Buah-buahan

(ton) 13.551.435 14.348.456 14.786.599 16.171.130 17.116.622 2 Sayuran (ton) 8.574.870 9.059.676 9.101.987 9.527.463 9.455.464

3 Tanaman hias Tan. Hias potong (tangkai)

115.739.880 158.522.843 173.240.364 166.645.684 179.374.218

Dracaena

(batang) 2.553.020 1.082.596 1.131.621 905.039 2.041.962 Melati (kg) 15.740.955 29.313.103 22.552.537 24.795.996 15.775.751

Palem

(pohon) 668.154 530.325 751.505 986.340 1.171.768 4 Tanaman

biofarmaka (kg)

228.711.260 231.719.119 342.388.877 447.557.634 474.911.940

Sumber : www.hortukultura.deptan.go.id, 2009

Berdasarkan data produksi pada Tabel 1, secara umum semua komoditas hortikultura mengalami peningkatan produksi. Peningkatan produksi terbesar terjadi pada tanaman biofarmaka yaitu dari tahun 2003 ke tahun 2007 produksinya


(30)

3 meningkat sebesar 107,65 persen. Sedangkan produksi tanaman hias potong mengalami peningkatan sebesar 35,47 persen, yaitu menempati posisi kedua setelah tanaman biofarmaka.

Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang saat ini dikembangkan oleh banyak masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya luas areal panen dari beberapa jenis tanaman hias (pada Tabel 2). Terdapat beberapa komoditi tanaman hias yang mengalami peningkatan luas areal panen yaitu heliconia dari 188.641 m2 menjadi 197.051 m2, krisan dari 1.542.812 m2

menjadi 1.939.039 m2, palem dari 461.255 m2 menjadi 658.721 m2, dan anyelir

dari 119.944 m2 menjadi 127.708 m2. Sedangkan penurunan luas panen terbesar adalah komoditas tanaman hias jenis mawar yaitu sebesar 85,69 persen.

Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Hias Indonesia Tahun 2004 - 2006

Luas Areal Panen (m2) Produksi (tangkai) No Jenis

2004 2005 2006 2004 2005 2006

1 Anggrek 2.260.464 1.221.524 1.120.630 8.027.720 7.902.403 10.903.444 2 Anthuriu

m

206.785 302.543 136.452 1.285.061 2.615.999 2.017.534 3 Gladiol 913.193 1.102.512 743.332 16.686.134 14.512.619 11.195.483 4 Heliconia 188.641 181.942 197.051 804.580 1.131.568 1.390.117 5 Krisan 1.542.812 2.076.546 1.939.039 27.683.449 47.465.794 63.716.256 6 Mawar 3.750.349 3.989.487 536.445 61.540.963 60.719.517 40.394.027 7 Sedap

Malam

6.076.677 5.493.414 1.306.002 37.516.879 32.611.284 30.373.515 8 Melati **) 9.967.905 9.298.389 5.891.740 29.313.103 22.552.537 24.795.996 9 Palem ***) 461.255 420.072 658.721 530.325 751.505 986.340

10 Dracaena

*)

196.107 74.894 66.038 1.082.596 1.131.621 905.039 11 Anyelir 119.944 285.930 127.708 1.566.931 2.216.123 1.781.046 12 Gerbera 160.268 137.106 98.434 3.411.126 4.065.057 4.874.098

Keterangan : *)batang **)kg ***)pohon

Sumber : Statistik Tanaman Obat-Obatan dan Hias, Badan Pusat Statistik 2006

Untuk produktivitas tanaman hias cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan walaupun luas panen tanaman hias mengalami penurunan, namun jumlah produksinya berada dalam kondisi stabil dan beberapa tanaman hias justru


(31)

4 mengalami peningkatan produksi. Peningkatan produksi adalah jenis tanaman hias krisan dengan angka peningkatan sebesar 130,16 persen.

Pada tahun 2007 nilai PDB untuk komoditi tanaman hias adalah sebesar 4.741 miliar dan meningkat sebesar 28,48 persen pada tahun 2008 menjadi 6.091 miliar3. Sedangkan berdasarkan data tahun 2007 nilai ekspor tanaman hias

Indonesia sebesar U$ 6.899.222 dan diperkirakan meningkat menjadi U$ 9.690.804 pada tahun 2008. Besarnya nilai ekspor tersebut memberikan rangsangan khususnya pada pembudidaya tanaman hias untuk selalu melakukan inovasi dalam produksi tanaman hias sehingga produknya tetap diminati konsumen.

Salah satu daerah sentra penghasil tanaman hias di Indonesia yaitu propinsi Jawa Barat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2006, Pulau Jawa merupakan daerah yang memiliki luas panen tanaman hias terbesar dibandingkan dengan pulau lain dan propinsi Jawa Barat masih menempati posisi kedua setelah Jawa Timur (Lampiran 1). Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan agribisnis tanaman hias di Jawa Barat masih berpotensi. Depok merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang menjadi sentra tanaman hias. Tabel 3 merupakan beberapa daerah di Jawa Barat yang menjadi sentra tanaman hias. Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa daerah Depok merupakan salah satu sentra tanaman hias khususnya untuk jenis anggrek, bougenville, cemara, palem, dracaena, cordeline, aglaonema, adenium, dan anthurium.

3 Direktorat Jendral Hortikultura. Perjalanan Penyempurnaan Statistik Pertanian Jum’at


(32)

5 Tabel 3. Sentra Tanaman Hias di Jawa Barat Tahun 2006

Kota Jenis Tanaman

Kab. Bandung Mawar, Anggrek, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Palem, Bougenville, Heliconia, Gerbera

Cianjur Mawar, Sedap Malam, Kaktus, Anggrek, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Zingeberase, Aspharagus

Sukabumi Mawar, Melati, Sedap Malam, Kaktus, Krisan, Gladiol, Gerbera, Dracaena, Heliconia, Cycas, Pakis

Bogor Anggrek, Mawar, Melati, Krisan, Zingiberaceae, Heliconia, Pakis, Adenium,Ficus, Aglaonema, Euphorbia

Karawang dan Kab. Bekasi

Cemara, Palem, Melati, Zingiberaceae, Anggrek, Adenium, Aglaonema dan Dracaena

Garut Anggrek, Palem, Melati, Kaktus, Krisan, Gladiol, Anthurium, Dracaena, Cordeline

Kota Bandung Palem, Cemara, Bougenville, Ficus, Anthurium.

Depok Anggrek, Bougenville, Cemara, Palem, Dracaena, Cordeline. Aglaonema, Adenium, Anthurium

Sumber : Direktorat Budidaya Tanaman Hias 2009

PT. Istana Alam Dewi Tara merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang berlokasi di Sawangan Depok, Jawa Barat. Istana Alam Dewi Tara termasuk sebuah perusahaan yang baru berdiri. Perusahaan ini bergerak pada usaha produksi dan penjualan tanaman. Istana Alam Dewi Tara memfokuskan kegiatan usahanya pada bidang tanaman hias yang terlengkap dan produk tanaman hiasnya memiliki banyak kelebihan.

1.2 Perumusan Masalah

Menurut Salvatore (2001) perusahaan (firm) adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisir berbagai sumber daya yang bertujuan untuk memproduksi barang dan atau jasa untuk dijual. Istana Alam Dewi Tara merupakan salah satu jenis perusahaan tanaman hias yang sampai saat ini telah berjalan kurang lebih dua tahunan. Produk tanaman hias yang dihasilkan oleh Istana Alam Dewi Tara sangat bervariasi. Dalam proses produksinya digunakan berbagai input diantaranya yaitu berupa tenaga kerja, modal, dan input produksi seperti pupuk, pestisida, media tanam, dan lain-lain.

Selama tahun 2008, Istana Alam Dewi Tara telah memproduksi berbagai macam tanaman hias yang terdiri dari kelas aglonema, bromelia, philodendroi,


(33)

6 euphorbia, adenium, jasminum, liliaceae, palmae, dendrobium, dll. Proses produksi dilakukan pada lahan kurang lebih seluas 3 ha. Dalam menjalankan usahanya Istana Alam Dewi Tara dituntut untuk berproduksi secara efisien agar keuntungan yang diperoleh maksimal. Tabel 4 merupakan data penjualan tanaman hias berdasarkan class tanaman tahun 2008 pada Istana Alam Dewi Tara.

Tabel 4. Penjualan Istana Alam Dewi Tara Tahun 2008

No Class Tanaman Penjualan (Rp)

1 Aglaonema 33,735,000

2 Bromelia 4,225,000

3 Phillodendroi 77,631,125

4 Euphorbia 47,912,680

5 Climber – Ramba 3,944,750

6 Sphatyphillum 2,340,000

7 Dracaena 1,826,000

8 Chamaedorea 2,024,750

9 Syngonium 2,720,000

10 Jasminum 797,500

11 Adenium 134,904,500

12 Liliaceae 540,000

13 Moraceae 43,003,275

14 Palmae 51,145,000

15 Pinaceae 3,472,500

16 Denorobium 1,845,000

17 Jeruk Imlek 11,012,500

Sumber : Istana Alam Dewi Tara 2009 (diolah)

Berdasarkan data penjualan Istana Alam Dewi Tara terlihat bahwa penjualan terbanyak adalah kelas tanaman adenium senilai Rp. 134.904.500 sedangkan aglaonema adalah Rp. 33.735.000. Adenium merupakan tanaman hias yang lebih banyak diusahakan pada Istana Alam Dewi Tara dan aglaonema merupakan tanaman hias yang relatif baru diusahakan. Adenium dan aglaonema juga memberikan kontribusi pendapatan yang cukup besar terhadap penjualan Istana Alam Dewi Tara. Selain itu, pada daerah dimana Istana Alam Dewi Tara berada yaitu Depok merupakan salah satu sentra tanaman hias untuk adenium dan aglaonema. Adenium dan aglaonema juga telah memiliki komunitas sendiri yaitu


(34)

7 komunitas pecinta adenium dan aglaonema. Dalam kegiatan kontes yang dilakukan oleh perusahaan, adenium dan aglaonema dijadikan salah satu jenis tanaman yang dikonteskan. Maka penelitian ini akan dilakukan pada jenis tanaman adenium dan aglaonema di Istana Alam Dewi Tara.

Istana Alam Dewi Tara masih memiliki pengalaman yang relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan perusahaan pesaing sejenis yang terlebih dahulu menjalankan bisnis tanaman hias. Beberapa permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah dari sisi internal maupun eksternal. Perusahaan telah mampu memasarkan produknya secara langsung kepada konsumen yaitu konsumen membeli secara langsung ke perusahaan. Saat ini yang menjadi konsumen utama perusahaan adalah berbentuk perseorangan (individu) sehingga belum terdapat kontinuitas terhadap pemasaran dari produk yang dihasilkan dan hal ini seringkali meyebabkan produksi perusahaan berlebih.

Faktor internal perusahaan yang berpengaruh besar yaitu sumberdaya yang dimiliki baik terkait dengan alokasi penggunaan sumberdaya maupun ketersediaannya. Sebuah perusahaan baru seperti Istana Alam Dewi Tara sangat membutuhkan pengetahuan tentang produksi optimal perusahaan terkait dengan sumberdaya yang dimiliki agar produksi yang dihasilkan dapat memberikan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. Hal ini juga dikarenakan Istana Alam Dewi Tara merasa masih dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dengan sumber daya yang dimiliki.

Tabel 5. Jumlah Penjualan dan Produksi Adenium dan Aglaonema Istana Alam Dewi Tara Juni 2008 – Mei 2009

Jenis Tanaman Jumlah Produksi Jumlah Terjual Selisih

Adenium ukuran S 2607 1326 1281

Adenium ukuran M 613 41 572

Adenium ukuran L 16 15 1

Aglaonema ukuran S 540 291 249

Aglaonema ukuran L 5 2 3

Sumber : Istana Alam Dewi Tara 2009 (diolah)

Pada Tabel 5 terlihat bahwa produksi adenium dan aglaonema pada Istana Alam Dewi Tara masih lebih banyak dari penjualannya. Terdapat selisih yang cukup besar terutama untuk adenium ukuran S, adenium ukuran M, dan aglaonema ukuran S. Melihat kondisi terjadinya gap yang cukup besar tersebut,


(35)

8 maka perusahaan harus dapat membuat keputusan produksi yang tepat agar tidak terjadi kelebihan produksi. Kelebihan produksi ini akan menyebabkan pengeluaran terhadap biaya variabel yang cukup besar padahal perusahaan dapat menghemat biaya tersebut jika keputusan produksi yang diambil tepat.

Pada era modern seperti sekarang ini usaha-usaha pada bidang pertanian yang masih relatif sangat tergantung pada alam membutuhkan sebuah pengambilan keputusan produksi yang tepat sesuai dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Hal ini terjadi juga pada Istana Alam Dewi Tara yang bergerak pada usaha produksi adenium dan aglaonema. Bagi pelaku usaha pengambilan keputusan untuk memperoleh keuntungan maksimal selain didasarkan pada pengalaman juga harus didasarkan pada ilmu pengetahuan. Keputusan bisnis yang dihasilkan dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan akan menghasilkan keputusan yang rasional.

Berdasarkan teori dari Richard Cyert dan James March dalam Salvatore (2001) bahwa pengambilan keputusan untuk memaksimumkan keuntungan merupakan kegiatan paling rumit dalam perusahaan modern jika terjadi ketidakpastian dan kurangnya data. Keuntungan ini sangat berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk dapat mengoptimalkan produksinya. Keputusan merupakan pemilihan di antara alternatif-alternatif (James A. F. Stoner dalam Salvatore 2001). Keputusan tersebut mengandung pengertian yaitu adanya pilihan atas dasar logika atau pertimbangan, ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik, dan ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan dari Istana Alam Dewi Tara adalah untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dengan menggunakan sebaik-baiknya sumber daya yang dimiliki. Untuk itu pengambilan keputusan produksi optimum harus dilakukan oleh Istana Alam Dewi Tara dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang logis untuk menghasilkan keputusan produksi adenium dan aglaonema yang tepat. Dengan demikian perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kombinasi produksi optimal adenium dan aglaonema Istana Alam Dewi Tara?

2. Mengetahui sumber daya yang menjadi pembatas dalam kegiatan produksi adenium dan aglaonema Istana Alam Dewi Tara?


(36)

9 3. Bagaimana jika terjadi perubahan akan berpengaruh pada kondisi produksi

optimal awal Istana Alam Dewi Tara?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menghitung tingkat produksi optimal adenium dan aglaonema pada Istana

Alam Dewi Tara.

2. Menganalisis sumber daya yang menjadi kendala pembatas dalam kegiatan produksi adenium dan aglaonema pada Istana Alam Dewi Tara.

3. Menganalisis pengaruh yang terjadi pada kombinasi produksi awal Istana Alam Dewi Tara apabila terdapat perubahan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Istana Alam Dewi Tara sebagai salah satu acuan dalam menentukan keputusan produksinya sehingga jumlah produk yang dihasilkan dapat optimal dan dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman dan sebagai media dalam penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. Selain itu penulis juga memperoleh tambahan pengetahuan tentang bagaimana berproduksi secara optimal agar keuntungan yang diperoleh maksimal. Dan bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbandingan bagi penelitian selanjutnya dan menambah wawasan pembaca.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam hal ini peneliti hanya akan melakukan optimalisasi produksi tanaman hias jenis adenium dan aglaonema. Variabel yang diamati berjumlah tiga puluh jenis tanaman adenium dan delapan jenis tanaman aglaonema dimana kedua jenis tersebut telah mampu dijual oleh Istana Alam Dewi Tara. Untuk tanaman yang belum terjual tidak dilakukan analisis dikarenakan variabel yang diamati terlalu banyak dan software LINDO (Linier Interactive and Discrete Optimizer) memiliki keterbatasan variabel dan kendala dalam pengolahannya.


(37)

10 Pemilihan kedua jenis tanaman hias tersebut dikarenakan jumlah produksi terbanyak pada Istana Alam Dewi Tara adalah adenium, sedangkan aglaonema merupakan jenis tanaman hias yang baru dikembangkan oleh Istana Alam Dewi Tara. Selain itu, karena keterbatasan yang dimiliki peneliti maka peneliti hanya memfokuskan kegiatan penelitian pada dua jenis tanaman hias. Dengan spesifikasi tersebut diharapkan penyimpangan dalam pengolahan data yang dihasilkan pada penelitian akan semakin kecil sehingga hasil yang diperoleh menjadi akurat. Peramalan permintaan yang dilakukan pada penelitian ini juga dibatasi hanya untuk melihat kecenderungan (terjadi kenaikan atau penurunan) permintaan.

Variabel dalam penelitian ini dibentuk dengan menggunakan linear programming yang memiliki beberapa asumsi. Salah satu asumsi yang digunakan adalah linearity dan deterministic. Linearity berarti bahwa model yang dibuat adalah berbentuk linier, padahal dalam dunia nyata keadaan selalu berubah (dinamis). Deterministic berarti bahwa semua koefisien dalam model telah diketahui dengan pasti melalui pendugaan perhitungan, padahal dalam dunia nyata hal tersebut mungkin saja dapat berubah. Kedua hal itu merupakan kelemahan dari penelitian ini. Model yang dibentuk dalam penelitian ini merupakan hasil pendugaan dan analisis yang dilakukan oleh penulis. Oleh karena itu, dimungkinkan dibentuk model lain dengan metode yang berbeda untuk dapat menganalisis kondisi tersebut.


(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Hias

Wilayah dan iklim di Indonesia yang termasuk dalam wilayah tropis menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, salah satunya yaitu tanaman hias. Keanekaragaman tanaman hias di Indonesia sangat melimpah. Tanaman hias dapat dijumpai mulai dari bentuk rerumputan dan penutup tanah, herba daun dan bunga, semak dan perdu yang menggerombol, liana yang menjalar, merambat, dan menjuntai merenda-renda, hingga tanaman besar dalam bentuk pohon yang menjulang tinggi (Arifin, 2004 dalam Maryati 2008).

Menurut Palungkun (2002), berdasarkan jenisnya tanaman hias dibedakan menjadi tiga macam yaitu pertama, tanaman hias bunga, apabila tanaman tersebut memiliki bunga yang menarik. Daya tarik suatu bunga dapat disebabkan oleh warna bunga yang memikat, bentuk yang indah dan mempesona, bau yang harum, atau oleh ukurannya yang istimewa. Contohnya yaitu krisan, mawar, anyelir, anthurium bunga, dan lain-lain. Kedua, tanaman hias daun, memiliki daya tarik tersendiri pada bagian daunnya. Daya tarik ini dapat disebabkan oleh bentuk, keadaan, warna, maupun komposisi daun dengan batang yang indah. Contohnya yaitu aglonema, kuping gajah, meranti, sirih-sirihan, dan lain-lain. Dan yang ketiga, tanaman hias batang, mengandalkan keindahan batangnya dalam pajangan. Keindahan batang dapat ditampilkan dalam bentuk ataupun warnanya. Contohnya yaitu palem botol, palem merah, palem kuning, dan kaktus.

Tanaman hias memiliki banyak fungsi dan kegunaan. Dalam lanskap, tanaman hias memiliki fungsi sebagai tanaman pelindung, penghias taman, centre point, bedengan, dan penutup tanah. Sedangkan menurut Ratnasari (2007) dalam ”Galeri Tanaman Hias Bunga”, berdasarkan struktur dan bentuknya, tanaman hias dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Tanaman pohon

Tanaman pohon merupakan jenis tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Tanaman pohon dapat digunakan sebagai tanaman pelindung, centre point, dan tanaman hias pot. Contohnya yaitu tanaman flamboyan dan dadap merah.


(39)

12 2. Tanaman liana dan herba

Tanaman liana dicirikan dengan batang yang tidak berkayu. Tanaman jenis ini lebih banyak digunakan untuk tanaman rambat dan gantung, contohnya yaitu alamanda. Tanaman herba merupakan jenis tanaman dengan sedikit jaringan sekunder atau tidak sama sekali. Contohnya yaitu kana dan tapak dara.

3. Tanaman perdu

Tanaman perdu merupakan tanaman berkayu yang pendek dengan batang yang cukup kaku dan kuat. Contoh dari tanaman perdu adalah bunga sikat botol, krossandra, dan euphorbia.

4. Tanaman semak

Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang yang berukuran sama, contohnya yaitu bambu hias.

5. Tanaman sukulen

Tanaman sukulen adalah jenis tanaman yang tidak berkayu dengan batang dan daun yang mampu menyimpan cadangan air. Contoh dari tanaman ini adalah kaktus.

2.1.1 Adenium

Adenium merupakan salah satu jenis tanaman hias sukulen atau tanaman hias yang mengandung banyak air dengan ciri utamanya yaitu pada salah satu bagian tanaman digunakan untuk menyimpan air. Cadangan air pada adenium terdapat pada bagian pangkal batangnya sehingga penampakan tanaman ini terlihat seperti memiliki bonggol. Adenium berasal dari gurun pasir di Afrika dan Jazirah Arab. Ditempat asalnya, adenium liar dapat tumbuh setinggi tiga meter dan dapat mencapai usia puluhan tahun.

Tahun 1960an adenium telah dikenal di Indonesia sebagai salah satu tanaman hias. Namun, tidak diketahui secara pasti kapan adenium mulai masuk ke Indonesia. Secara umum adenium terbagi menjadi dua jenis yaitu adenium spesies alam dan adenium hibrida. Adenium spesies alam merupakan adenium yang muncul secara alami tanpa campur tangan manusia. Sedangkan adenium hibrida merupakan adenium yang dihasilkan dengan cara penyilangan (Beikram dan Andoko 2007).


(40)

13 Menurut Beikram dan Andoko (2007) jenis adenium hibrida jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan adenium spesies alam. Di Indonesia saja terdapat kurang lebih 111 jenis adenium hibrida. Berikut ini merupakan beberapa adenium spesies alam yang dikenal :

1. Adenium obesum

Habitat asli dari adenium obesum adalah di sebelah selatan gurun Sahara dengan bentuk semak yang besar, kaku, dan tinggi. Namun, karena telah beradaptasi dengan tempat yang baru di Indonesia tanaman ini menjadi berbentuk semak pendek. Adenium obesum memiliki ciri-ciri daunnya memanjang dan membulat di ujungnya dengan tulang daun yang bervariasi. Mahkota bunganya terlihat seperti bintang dengan warna pink sampai merah tua berdiameter kira-kira 6 cm.

2. Adenium arabicum

Adenium arabicum berasal dari Jazirah Arab terutama yaitu Saudi Arabia dan Yaman. Di tempat asalnya adenium ini dapat mencapai tinggi sekitar 3 meter. Ciri-ciri dari tanaman ini adalah memiliki daun-daun yang besar dan lebar dengan warna hijau tua. Mahkota bunganya berwarna putih berbatas merah muda di tepinya dengan diameter bunga sekitar 4 cm.

3. Adenium boehmianum

Adenium boehmianum merupakan jenis adenium yang bercabang banyak dengan tinggi sekitar 3 meter. Daun tanaman ini adalah paling lebar jika dibandingkan dengan adenium jenis lain. Bunga spesies ini umumnya berwarna merah pucat dengan diameter sekitar 5 cm.

4. Adenium coetanium

Spesies ini berasal dari gurun Kalahari dan memiliki penampakan yang mirip dengan adenium obesum yaitu memiliki daun yang panjang dan membulat di bagian ujungnya. Warna bunganya kebanyakan adalah merah tua dengan diameter sekitar 6 cm.

5. Adenium socrotanum

Adenium socrotanum berasal dari sebuah pulau bernama pulau Socrota di semenajung Arab. Ciri dari tanaman ini yaitu memiliki bonggol yang besar dan berdiameter hampir 2,5 meter. Daunnya berwarna hijau tua berukuran sedang


(41)

14 dengan panjang kira-kira 12 cm dan lebar 4 cm serta memiliki bungan berwarna merah cerah dengan diameter mahkota 11 cm.

6. Adenium multiflorum

Adenium ini banyak ditemukan di perbatasan Afrika dan Mozambik. Adenium multiflorum memiliki mahkota bunga yang berwarna putih dengan tepi merah cerah berbentuk bintang. Spesies ini memiliki masa dorman yang panjang pada musim dingin dan pada masa istirahat bunga-bunganya muncul dalan jumlah yang sangat banyak.

7. Adenium somalense

Adenium ini berasal dari daerah Somalia dan juga Tanzania. Pada habitat aslinya, spesies ini hanya dapat tumbuh sampai berdiameter 5 cm. Jika dibandingkan dengan adenium jenis lain, adenium somalense termasuk berukuran kecil. Ciri dari tanaman ini adalah mahkota bunganya yang berwarna merah muda dan berbentuk bintang.

8. Adenium swazicum

Adenium swazicum berasal dari Swaziland dan dapat ditemui juga di daerah Afrika Selatan dan Mozambik. Tinggi maksimum tanaman ini adalah 2 meter dengan daun berwarna hijau muda dan bulu-bulu halus di permukaan bagian bawah. Bunganya berdiameter sekitar 7 cm dengan warna bervariasi dari putih, pink, hingga ungu.

Seperti jenis tanaman lain, adenium memiliki sifat tanaman yang berbeda. Adenium termasuk jenis tanaman yang tidak menyukai air dikarenakan adenium telah beradaptasi dengan tempat asalnya yang tandus sehingga adenium tidak tahan hidup di tanah yang basah. Namun demikian bukan berarti adenium tidak membutuhkan air. Sebagai tanaman sukulen adenium memfungsikan batangnya sebagai tempat menyimpan air. Selain itu, adenium merupakan tanaman yang membutuhkan sinar matahari penuh. Pertumbuhan yang optimal pada adenium membutuhkan tempat yang mendapat sinar matahari penuh sepanjang hari sehingga adenium dapat digolongkan dalam jenis tanaman hias outdoor. Adenium dapat tumbuh dari daerah dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 2000 meter dpl dengan tingkat keasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5.


(42)

15 2.1.2 Aglaonema

Aglaonema merupakan salah satu jenis tanaman indoor asli daerah tropis. Dahulu aglaonema belum banyak dikenal oleh masyarakat, namun sekarang aglaonema sudah dikenal banyak orang dengan variasi penampilan warna daun yang elok. Nama aglaonema berasal dari bahasa Yunani yaitu aglaos yang berarti terang atau sinar dan nema yang berarti benang (benang sari). Sehingga nama aglaonema mempunyai arti helaian benang yang bersinar terang.

Berdasarkan Kurniawan (2006) aglaonema dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu spesies alam dan hibrida. Aglaonema spesies alam merupakan aglaonema yang murni tumbuh alami tanpa sentuhan tangan manusia. Dalam perkembangannya, aglaonema diketahui mempunyai jenis yang cukup banyak. Surait Wannakrairoj, PhD dalam Kurniawan (2006) menyebutkan bahwa terdapat 25 jenis aglaonema spesies alam yang sebagian besar berwarna hijau dan sebagian yang lain berwarna merah. Bunga aglaonema spesies alam biasanya lebih subur (fertil) sehingga kemungkinan besar mampu menghasilkan spesies baru yang lebih besar jika dibandingkan dengan aglaonema hibrida. Aglaonema jenis alam biasanya ditemukan pada daerah dataran sedang dengan ketinggian sekitar 700 meter dpl dengan cahaya yang tidak terbatas.

Sedangkan aglaonema hibrida merupakan aglaonema yang dihasilkan karena sentuhan tangan manusia (penyilangan). Aglaonema hibrida dibedakan menjadi dua golongan yaitu hibrida golongan yang berwarna hijau, putih, dan silver (HpS) contohnya yaitu Sun-sun, Golden Bay, dan lain-lain. Jenis aglaonema yang kedua adalah aglaonema dari golongan yang berwarna non hijau, putih, dan silver (non HpS) contohnya yaitu Pride of Sumatra, Donna Carmen, Tiara, dan lain-lain.

Sifat utama yang dimiliki oleh tanaman aglaonema ini antara lain yaitu bahwa tanaman ini menyukai kelembaban. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara. Kelembaban udara yang ideal bagi aglaonema adalah 50 sampai 70 persen yaitu kira-kira pada suhu siang hari sekitar 25 – 29 ° C dan pada malam hari sekitar 18 – 21 ° C. Jika berada pada daerah dataran rendah atau di bawah 300 meter dpl suhu pada siang hari yaitu sekitar 27 – 30 ° C dan pada malam hari 21 – 24 ° sedangkan pada daerah dataran tinggi atau


(43)

16 antara 300 – 600 meter dpl suhu pada siang hari harus mencapai 24 – 27 ° dan pada malam harinya 18 – 21 ° C. Kombinasi dari suhu dan kelembaban akan membuat aglaonema dapat tumbuh dengan baik. Salah satu cara untuk menjaga kelembaban udara yaitu dengan cara menggunakan sprinkler.

Sifat lain dari aglaonema yaitu tanaman ini merupakan tanaman yang peka terhadap cahaya matahari. Aglaonema tidak menyukai panas namun tetap membutuhkan cahaya matahari secara tidak langsung. Hal ini sangat berkaitan dengan habitat asalnya yaitu di wilayah hutan tropis Asia dimana aglaonema hanya menerima cahaya matahari sekitar 40 persen. Untuk menjaga besarnya cahaya matahari yang masuk biasanya digunakan jaring (shading net) 75 persen sehingga cahaya yang masuk hanya 25 persen. Jika cahaya matahari yang masuk melebihi 50 persen maka akan mengakibatkan kematian aglaonema. Aglaonema juga sangat peka terhadap air. Tanaman ini tidak menyukai air namun dalam keadaan media kering aglaonema akan mati sehingga harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman terhadap air. Kebutuhan air yang paling tepat untuk aglaonema adalah tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.

2.2 Prospek Bisnis Tanaman Hias

Industri hortikuktura nasional dalam beberapa periode menunjukkan hasil yang menggembirakan. Bisnis tanaman hias semakin diminati masyarakat di banyak wilayah. Berdasarkan data dari Dirjen Hortikultura, peningkatan nilai produksi tanaman hias cenderung naik. Peningkatan produksi ini menyebabkan peningkatan nilai transaksi penjualan yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai pendapatan.

Tren pasar dari tanaman hias yang selalu berubah juga merupakan sebuah peluang dalam pengembangan tanaman hias. Jika produsen mampu membaca peluang pasar, maka produsen akan menghasilkan produk yang diminati konsumen.

Besarnya permintaan tanaman hias nasional jumlahnya relatif banyak. Hal ini telihat dari nilai impor nasional pada tahun 2007 sebesar US $ 625,6 juta meningkat sebesar US $ 667,9 juta atau sebesar 6,77 persen pada tahun 2008. Impor tanaman hias dilakukan untuk mencukupi permintaan dari varietas tanaman


(44)

17 hias yang belum ada atau belum banyak diusahakan di Indonesia. Dengan melihat nilai impor tersebut, maka dapat dikatakan bahwa bisnis tanaman hias masih berprospektif untuk dijalankan karena permintaan pasar nasional belum terpenuhi. Masyarakat sebagai pengusaha dan produsen tanaman hias dituntut untuk selalu mengedepankan inovasi dan cepat tanggap melihat perubahan pasar serta dalam hal adopsi teknologi sehingga dapat menghasilkan produk-produk tanaman hias yang selalu mengikuti perkembangan dan permintaan pasar.

Walaupun Indonesia masih mengimpor beberapa jenis tanaman hias dari luar, namun nilai ekspor tanaman hias nasional juga mengalami perkembangan. Selain negara Thailand yang merupakan negara penghasil jenis-jenis tanaman hias varietas baru, Indonesia juga merupakan salah satu negara pusat perkembangan tanaman hias di dunia. Indonesia dan Thailand bersaing secara ketat untuk dapat menghasilkan varietas tanaman hias baru. Hal ini menyebabkan tanaman hias yang berasal dari Indonesia diminati banyak konsumen di luar negeri. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor tanaman hias nasional yaitu Jepang, Belanda, Vietnam, Perancis, Singapura, dan beberapa negara lainnya. Perkembangan nilai ekspor tanaman hias Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Ekspor dan Impor Tanaman Hias Indonesia ke Pasar Dunia Tahun 2003 – Oktober 2008

Tahun Nilai Ekspor (US$ 000)

2003 5.269

2004 5.640

2005 7.135

2006 7.244

2007 6.611

Jan – Okt 2008 6.222

Total 38.121

Sumber : Departemen Perdagangan 2009

Berdasarkan data ekspor pada Tabel 6, secara umum nilai ekspor tanaman hias nasional mengalami peningkatan. Saat ini Indonesia hanya mampu menduduki peringkat ke-51 dunia dalam pemasok tanaman hias. Ekpor Indonesia hanya mampu memenuhi 0,04 persen dari kebutuhan dunia. Posisi ini jauh


(45)

18 dibawah Singapura yang berada diperingkat ke-26 sebagai pemasok kebutuhan tersebut. Apalagi bila dibandingkan dengan Kenya dan Zimbabwe yang berada diposisi ke-7 dan ke-15.

Adanya peluang ekspor dan dapat diterima produk tanaman hias Indonesia di pasar dunia membuktikan bahwa komoditi tanaman hias nasional diminati oleh banyak konsumen dan mampu bersaing di pasar internasional. Nilai ekspor yang tinggi merupakan salah satu sinyal positif dan menjadi rangsangan bagi para pengusaha tanaman hias untuk dapat meningkatkan kualitas dan inovasi dari produk yang dihasilkan agar mampu diekspor. Selain dapat menambah pendapatan bagi para pengusaha, ekspor tanaman hias yang semakin meningkat juga menjadi tambahan pendapatan bagi negara.

Sektor florikultura selama ini dipandang sebelah mata. Padahal pengusaha tanaman hias yang berkecimpung didalamnya telah berperan memberi sumbangan besar bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Sebenarnya, sektor ini bisa berperan lebih besar lagi, sebab keanekaragaman hayati Indonesia yang terdiri dari 29.375 spesies merupakan potensi besar untuk membentuk industri yang kokoh. Oleh karena ini berbisnis pada bidang tanaman hias merupakan salah satu peluang yang menjanjikan. Bila dikembangkan secara cermat dan sungguh-sungguh akan dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang amat besar.

2.3 Penelitian Terdahulu tentang Optimalisasi Produksi

Penelitian tentang optimalisasi produksi biasanya menggunakan teknik Linier Programming. Penelitian terdahulu yang menggunakan teknik LP ini dilakukan oleh :

Maryati (2008), melakukan penelitian tentang optimalisasi produksi bibit tanaman hias PT. Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Fungsi tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaksimmkan keuntungan dari variabel indukan krisan (x1), produksi krisan (x2), dan produksi anyelir (x3).

Model fungsi tujuan LP dari penelitian ini adalah Maksimum Z 656,60x1 +

75,75x2 + 441,10x3. Kendala yang digunakan dalam penelitian ini adalah kendala

lahan, kendala bahan kimia (media tanam), kendala tenaga kerja, kendala sekam bakar, kendala pupuk kimia, kendala larutan pupuk organik, kendala indukan,


(46)

19 kendala pasar, dan kendala stok indukan botolan. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perusahaan belum dapat berproduksi secara optimal. Terdapat selisih keuntungan sebesar Rp. 2.199.482, 37 antara keadaan optimal dan keadaan aktual. Analisis post optimal dilakukan dengan dua skenario yaitu peningkatan harga input (harga bahan kimia) sebesar 130 persen dengan hasil bahwa keuntungan yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan solusi optimal. Skenario dua yaitu jika jam kerja dikurangi. Hasil yang didapatkan bahwa keuntungan yang diperoleh pada kondisi efisiensi tenaga kerja lebih tinggi jika dibandingkan dengan keadaan aktual.

Pratama (2008), melakukan penelitian tentang optimalisasi produksi adenium di Indonursery. Terdapat 24 variabel keputusan yang akan dimaksimumkan keuntungannya. Kendala yang terdapat dalam penelitian ini meliputi kendala lahan, kendala bibit / benih, kendala pupuk kendala obat-obatan, kendala media tanam, kendala tenaga kerja, kendala modal penanaman, kendala modal pembelian, kendala permintaan, dan kendala batasan produksi. Hasil penelitian ini adalah bahwa terdapat selisih perbedaan pendapatan antara keadaan optimal dengan keadaan aktual sebesar 37,46 persen. Hal ini berarti bahwa keputusan yang dibentuk dari model akan lebih menguntungkan dan dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam menentukan produksi selanjutnya. Rahmayanti (2008), melakukan penelitian tentang analisis struktur biaya dan optimalisasi pola tanam sayuran organik di Permata Hari Organic Farm Cisarua, Bogor. Optimalisasi dalam penelitian ini menggunakan metode linear programming dengan tujuan memaksimalkan pendapatan bersih dengan kombinasi jenis tanaman dan alokasi sumberdaya yang optimal dengan memperhatikan kendala sebagai batasan yaitu kendala lahan, kendala transfer penjualan, dan kendala produksi minimum. Berdasarkan hasil pengolahan linear programming diperoleh hasil bahwa kondisi optimal perusahaan sama dengan kondisi aktual perusahaan pada rentang waktu yang diteliti. Perusahaan akan memperoleh keuntungan yang maksimum jika perusahaan membatasi produksi minimum, produksi maksimum dan tanpa menggunakan batasan-batasan produksi pada beberapa komoditi yang menjadi variabel keputusan.


(47)

20 Penelitian tentang optimalisasi produksi juga dilakukan oleh Purba (2007) yaitu optimalisasi produksi pepaya di PT. Cipta Daya Agri Jaya Bogor, Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kombinasi produksi optimal pepaya, mengkaji alokasi sumberdaya perusahaan untuk berproduksi optimal, menganalisis perubahan (sensitivitas) yang dilakukan terhadap koefisien fungsi tujuan dan ketersediaan sumberdaya, dan menganalisis perubahan jika terjadi penurunan harga jual pepaya dan kenaikan harga pupuk. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa perusahaan belum berproduksi secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara keuntungan aktual dengan keuntungan optimal.

Astuti (2007) melakukan penelitian tentang optimalisasi produksi sayuran hidroponik PT. Saung Mirwan di Desa Sukamanah Kecamatan Mega Mendung Bogor. Keuntungan aktual pada perusahaan adalah sebesar Rp. 287.419.144. setelah dilakukan pengolahan menggunakan linear programming diperoleh hasil bahwa keuntungan maksimal perusahaan adalah sebesar Rp. 309.043.400 atau meningkat sebesar 7,52 persen. Berdasarkan pengolahan tersebut dapat diketahui bahwa keuntungan perusahaan yang diperoleh belum mencapai tingkat maksimal.

Berdasarkan kelima penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa persamaan yaitu para peneliti menggunakan linear programming untuk mendapatkan optimalisasi produksi dengan bantuan software LINDO. Selain itu, perusahaan yang diteliti belum mampu berproduksi secara optimal hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hampir seluruh hasil produksi aktual lebih rendah dari produksi optimalnya sehingga keuntungan yang diperoleh dari keadaan aktual adalah lebih kecil jika dibandingkan dengan keuntungan optimal yang seharusnya dapat diperoleh perusahaan. Perbedaan pada penelitian terdahulu yaitu terkait dengan komoditi, perusahaan, dan lokasi penelitian. Penelitian terdahulu tersebut terangkum dalam Tabel 7.


(48)

21 Tabel 7 . Metode Analisis Optimalisasi pada Penelitian Terdahulu

Penulis Tahun Judul Skripsi Alat Analisis Sri Maryati 2008 Optimalisasi Produksi Bibit

Tanaman Hias PT. Inggu Laut Abadi Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat

Linear Progamming

Nurikhsan Pitra Pratama

2008 Optimalisasi Produksi Adenium di Indonursery (Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Linear Progamming

Dian Rahmayanti 2008 Analisis Struktur Biaya dan Optimalisasi Pola Tanam Sayuran Organik di Permata Hari Organic Farm Cisarua, Bogor

Linear Progamming

Krisnatalia Purba 2007 Optimalisasi Produksi Pepaya di PT. Cipta Daya Agri Jaya Bogor, Jawa Barat

Linear Progamming

Marina Dwi Astuti

2007 Optimalisasi Produksi Sayuran Hidroponik PT. Saung Mirwan di Desa Sukamanah Kecamatan Mega Mendung Bogor

Linear Progamming


(49)

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Teori Produksi

Produksi merupakan suatu tindakan dalam membuat komoditi, baik barang maupun jasa (Lipsey, 1995). Menurut Nicholson (1995), produksi didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Sedangkan menurut Assauri (1980), produksi diartikan sebagai segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa. Secara umum, produksi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan perusahaan atau usaha untuk menghasilkan suatu barang dan jasa berdasarkan sumber daya yang dimiliki.

Sukirno (1981) menyebutkan bahwa fungsi produksi adalah suatu gambaran yang menunjukkan hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah faktor produksi untuk menghasilkan barang tersebut. Fungsi produksi dapat dinyatakan dalam rumus berikut :

TP = f (N, R, K, T ) dimana, TP = jumlah produksi yang dihasilkan N = jumlah tenaga kerja yang digunakan

R = jumlah sumberdaya (kekayaan) alam yang digunakan K = jumlah alat dan modal

T = tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi Fungsi produksi dapat digambarkan seperti berikut :

TP (4)

(3)

(1) (2)

AP MP

X Jumlah

Produksi

Jumlah Input Y

Sumber : Diadaptasi dari Sukirno, 1981 Gambar 1. Fungsi Produksi


(50)

23 Kurva produksi menggunakan asumsi bahwa hanya salah satu input produksi saja yang berubah. Kurva marginal product (MP) didefinisikan sebagai tambahan kuantitas output yang dihasilkan dengan menambah satu input tertentu dan menganggap konstan seluruh input lainnya, sedangkan kurva average product (AP) menggambarkan rata-rata input yang digunakan untuk menghasilkan satu satuan output (produk) (Nicholson, 1995). Berdasarkan gambar 1, fungsi produksi dapat dibedakan menjadi empat fase. Pada fase (1) atau fase permulaan, setiap tambahan input akan memberikan tambahan produksi yang lebih besar daripada tambahan produksi sebelumnya. Pada fase (2) tambahan produksi yang dihasilkan oleh setiap penambahan input mengalami penurunan. Hal ini dapat terlihat dari kurva marginal product (MP) yang semakin menurun. Pada fase (1) dan (2) memiliki nilai elastisitas produksi lebih besar dari satu (Ep>1) yang berarti bahwa penambahan input produksi akan memberikan tambahan produk dengan persentase lebih besar dari satu.

Pada fase (3) produksi rata-rata akan berkurang jika terjadi penambahan input. Fase (3) memiliki elastisitas antara 0 dan 1 (0<Ep<1). Hal ini dapat dilihat mulai dari nilai average product (AP) yang sama dengan marginal product (MP) sampai nilai MP adalah 0. Hal ini berarti bahwa penambahan input pada fase ini akan memberikan tambahan produk sebesar satu persen dan paling rendah nol. Pada tingkat penggunaan input produksi tertentu di fase ini akan tercapai keuntungan yang maksimum, sehingga fase ini merupakan daerah rasional bagi pelaku usaha untuk berproduksi. Fase (4) merupakan daerah dimana jika terjadi penambahan input justru akan mengurangi produk. Hal ini dapat terlihat dari nilai AP yang lebih besar dari MP yang berarti bahwa fase (4) memiliki elastisitas lebih kecil dari nol (Ep<0). Fase (1), (2), dan (4) merupakan daerah irasional dalam berproduksi.

Penggunaan sumber daya untuk menghasilkan suatu tujuan dapat dijelaskan melalui kurva kemungkinan produksi (KKP). Pada kurva KKP sumberdaya yang digunakan jumlahnya terbatas sehingga terdapat batas-batas dimana perusahaan dapat memproduksi atau tidak dapat memproduksi suatu output. Kurva KKP memperlihatkan alternatif kombinasi produk yang dapat dihasilkan jika seluruh sumber daya yang tersedia dimanfaatkan.


(51)

24 Kurva kemungkinan produksi adalah kurva yang menjelaskan kombinasi produk yang dapat dihasilkan dengan menggunakan sumber daya yang tetap. KKP disebut juga isoresource curve karena masing-masing titik dalam kurva menunjukkan kombinasi dari output yang dihasilkan menggunakan input yang sama. Garis isorevenue merupakan garis yang menggambarkan kombinasi output yang menghasilkan penerimaan tertentu kepada perusahaan (Doll dan Orazem, 1984 dalam Pratama, 2008).

Lipsey (1995) menyebutkan bahwa KKP mengungkapkan tiga konsep yaitu kelangkaan (scarcity, pilihan (choice), dan biaya peluang (opportunity cost). Kelangkaan ditunjukkan oleh kombinasi-kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas. Pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih dari sekian titik-titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas. Biaya peluang diperlihatkan oleh kemiringan batas tersebut ke kanan bawah.

Garis AB menunjukkan kombinasi output yang dapat dihasilkan perusahaan yaitu berupa produk Q1 dan Q2. Perusahaan bisa saja memutuskan

untuk menghasilkan produk Q1 saja yaitu sebanyak A atau memproduksi produk

Q2 saja sebanyak B. Sedangkan titik e, f, dan g merupakan kombinasi produk

yang tidak dapat dicapai (dipilih). Garis TR menunjukkan penerimaan yang diperoleh perusahaan. Garis C menunjukkan keseimbangan yaitu persinggungan antara kurva KKP dengan garis isorevenue. Artinya yaitu pada titik C, produk Q1

Gambar 2. Kurva Kemungkinan Produksi dan Isorevenue Sumber : Diapatasi dari Lipsey, 1995

B

b1

C

a1 A

Output Q1

Output Q2 TR

e f


(1)

Length 12 NMissing 0

Fitted Trend Equation Yt = 4.54545 - 0.861139*t + 0.0409590*t**2

Accuracy Measures MAPE 55.3556 MAD 0.9421 MSD 2.4983 Forecasts Period Forecast 13 0.27273 14 0.51748 15 0.84416 16 1.25275 17 1.74326 18 2.31568

Trend Analysis for Geisha (M)

* NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data Geisha (M)

Length 11 NMissing 0

Fitted Trend Equation Yt = 3.07273 - 0.670629*t + 0.0384615*t**2

Accuracy Measures MAPE 59.4930 MAD 0.8234 MSD 1.0507 Forecasts Period Forecast 12 0.56364 13 0.85455 14 1.22238 15 1.66713 16 2.18881 17 2.78741

Trend Analysis for Inory (M)

* NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data Inory (M)

Length 11 NMissing 0

I ndex

E

y

e

O

T

S

(

M

)

18 16 14 12 10 8 6 4 2 7 6 5 4 3 2 1 0

Accur acy Measur es MAPE 55.3556 MAD 0.9421 MSD 2.4983 Var iab le Fo r ecasts A ctu al Fits Trend Analysis Plot for Eye OTS ( M)

Quadr atic Trend Model Yt = 4.54545 - 0.861139* t + 0.0409590* t* * 2

I ndex

G

e

is

h

a

(

M

)

16 14 12 10 8 6 4 2 4

3

2

1

0

Accur acy Measur es MAPE 59.4930 MAD 0.8234 MSD 1.0507 Var iab le Fo r ecasts A ctu al Fits Trend Analysis Plot for Geisha ( M)

Quadr atic Trend Model Yt = 3.07273 - 0.670629* t + 0.0384615* t* * 2


(2)

Fitted Trend Equation Yt = 5.45455 - 1.69930*t + 0.118881*t**2

Accuracy Measures MAPE 84.5377 MAD 0.8481 MSD 1.0795 Forecasts Period Forecast 12 2.1818 13 3.4545 14 4.9650 15 6.7133 16 8.6993 17 10.9231

Trend Analysis for Silviana (M)

* NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data Silviana (M)

Length 11 NMissing 0

Fitted Trend Equation Yt = 5.21212 - 1.08392*t + 0.0675991*t**2

Accuracy Measures MAPE 47.4951 MAD 1.5745 MSD 3.2303 Forecasts Period Forecast 12 1.93939 13 2.54545 14 3.28671 15 4.16317 16 5.17483 17 6.32168

Trend Analysis for Silviana (L)

* NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data Silviana (L)

Length 11 NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 4.23030 - 0.850350*t + 0.0466200*t**2

I ndex

In

o

ry

(

M

)

16 14 12 10 8 6 4 2 12 10 8 6 4 2 0

Accu racy Measur es MAPE 84.5377 MAD 0.8481 MSD 1.0795 Var iab le Fo r ecasts Actu al Fits Trend Analysis Plot for I nory ( M)

Quadratic Tr end Model Yt = 5.45455 - 1.69930* t + 0.118881* t* * 2

Index

S

ilv

ia

n

a

(

M

)

16 14 12 10 8 6 4 2 7 6 5 4 3 2 1 0

Accu racy Measur es MAPE 47.4951 MAD 1.5745 MSD 3.2303 Var iab le Fo r ecasts Actu al Fits Trend Analysis Plot for Silviana ( M)

Quadratic Tr end Model Yt = 5.21212 - 1.08392* t + 0.0675991* t* * 2


(3)

Accuracy Measures MAPE 86.3651 MAD 1.1645 MSD 2.6371 Forecasts Period Forecast 12 0.73939 13 1.05455 14 1.46294 15 1.96457 16 2.55944 17 3.24755

Trend Analysis for Variegata (L)

* NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data Variegata (L)

Length 27 NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 0.666667 - 0.0925014*t + 0.00273673*t**2

Accuracy Measures MAPE 71.1549 MAD 0.1792 MSD 0.1054 Forecasts Period Forecast 28 0.222222 29 0.285714 30 0.354680 31 0.429119 32 0.509031 33 0.594417

Trend Analysis for Legacy (S)

* NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data Legacy (S)

Length 10 NMissing 0

Fitted Trend Equation Yt = 58.35 - 15.3356*t + 1.14015*t**2

Accuracy Measures MAPE 264.226 MAD 14.682 MSD 369.853

Index

S

ilv

ia

n

a

(

L

)

16 14 12 10 8 6 4 2 7 6 5 4 3 2 1 0

Accu racy Measur es MAPE 86.3651 MAD 1.1645 MSD 2.6371 Var iab le Fo r ecasts Actu al Fits Trend Analysis Plot for Silviana ( L)

Quadratic Tr end Model Yt = 4.23030 - 0.850350* t + 0.0466200* t* * 2

Index

V

a

ri

e

g

a

ta

(

L

)

33 30 27 24 21 18 15 12 9 6 3 2.0

1.5

1.0

0.5

0.0

Accu racy Measur es MAPE 71.1549 MAD 0.1792 MSD 0.1054 Var iab le Fo r ecasts Actu al Fits Trend Analysis Plot for Variegata ( L)

Quadratic Tr end Model Yt = 0.666667 - 0.0925014* t + 0.00273673* t* * 2

I ndex

L

e

g

a

c

y

(

S

)

16 14 12 10 8 6 4 2 120 100 80 60

40 20 0

Accur acy Measur es MAPE 264.226 MAD 14.682 MSD 369.853 Var iab le Fo r ecasts A ctu al Fits Trend Analysis Plot for Legacy ( S)

Quadr atic Trend Model Yt = 58.35 - 15.3356* t + 1.14015* t* * 2


(4)

Forecasts Period Forecast 11 27.617 12 38.505 13 51.673 14 67.121 15 84.850 16 104.859

Trend Analysis for Jubile (S)

* NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data Jubile (S)

Length 6 NMissing 0

Fitted Trend Equation Yt = -1 + 6.28571*t - 1*t**2 Accuracy Measures

MAPE 14.7562 MAD 1.0000 MSD 1.4286 Forecasts Period Forecast 7 -6.0000 8 -14.7143 9 -25.4286 10 -38.1429 11 -52.8571 12 -69.5714

Trend Analysis for Pride sumatera (S) Data Pride sumatera (S)

Length 4 NMissing 0

Fitted Trend Equation

Yt = 7.75 + 5.75*t - 1.25*t**2 Accuracy Measures

MAPE 20.0284 MAD 2.5000 MSD 7.8125 Forecasts Period Forecast 5 5.25 6 -2.75 7 -13.25 8 -26.25 9 -41.75 10 -59.75

Index

Ju

b

ile

(

S

)

12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 10

0 - 10 - 20 - 30 - 40 - 50 - 60 - 70

Accu racy Measur es MAPE 14.7562 MAD 1.0000 MSD 1.4286 Var iab le Fo r ecasts Actu al Fits Trend Analysis Plot for Jubile ( S)

Quadratic Tr end Model Yt = - 1 + 6.28571* t - 1* t* * 2

Index

P

ri

d

e

s

u

m

a

te

ra

(

S

)

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 20 10 0 - 10 - 20 - 30 - 40 - 50 - 60

Accur acy Measur es MAPE 20.0284 MAD 2.5000 MSD 7.8125 Var iab le Fo r ecasts A ctu al Fits Trend Analysis Plot for Pride sumatera ( S)

Quadr atic Trend Model Yt = 7.75 + 5.75* t - 1.25* t* * 2


(5)

Trend Analysis for Lipstik (S) Data Lipstik (S)

Length 3

NMissing 0 Fitted Trend Equation Yt = 17 - 21.5*t + 7.5*t**2 Accuracy Measures MAPE 0.0000000 MAD 0.0000000 MSD 0.0000000 Forecasts Period Forecast 4 51

5 97

6 158

7 234

8 325

9 431

Trend Analysis for Legacy (L) * NOTE * Zero values of Yt exist; MAPE calculated only for non-zero Yt. Data Legacy (L) Length 17 NMissing 0

Fitted Trend Equation Yt = 17.3824 - 1.63455*t + 0.0272188*t**2

Accuracy Measures MAPE 147.928 MAD 7.453 MSD 133.762 Forecasts Period Forecast 18 -3.22059 19 -3.84804 20 -4.42105 21 -4.93963 22 -5.40377 23 -5.81347

Index

L

ip

s

ti

k

(

S

)

9 8 7 6 5 4 3 2 1 400

300

200

100

0

Accu racy Measur es MAPE 0.0000000 MAD 0.0000000 MSD 0.0000000 Var iab le Fo r ecasts Actu al Fits Trend Analysis Plot for Lipstik ( S)

Quadratic Tr end Model Yt = 17 - 21.5* t + 7.5* t* * 2

Index

L

e

g

a

c

y

(

L

)

22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 50

40

30

20

10

0

Accur acy Measur es MAPE 147.928 MAD 7.453 MSD 133.762 Var iab le Fo r ecasts A ctu al Fits Trend Analysis Plot for Legacy ( L)

Quadr atic Trend Model Yt = 17.3824 - 1.63455* t + 0.0272188* t* * 2


(6)

DOKUMENTASI

grafting

ruang

misting

weding

penyiraman