56 1
Mendekatkan konsumen dengan PT Istana Alam Dewi Tara, sehingga peminat luar kota bisa memilih tanaman yang diinginkan tanpa harus pergi
jauh ke nursery. 2
Memotong rantai pemasaran, sehingga harga ditingkat konsumen akhir end user
tidak jauh berbeda dengan harga ditingkat produsen, sehingga harga akhir masih terjangkau oleh masyarakat.
3 Mengefisiensikan biaya distribusi dan pemasaran, karena sebagian biaya
tersebut menjadi tanggungan agen. Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT Istana Alam Dewi Tara sangat
beragam, hal tersebut dilakukan untuk mendekatkan diri dengan konsumen dan meningkatkan penjualan. Selain memperluas jangkauan pasar dengan system
agen, PT Istana Alam Dewi Tara juga melakukan penjualan dengan cara kanvasing
jualan keliling ke konsumen akhir yang dilakukan setiap weekend oleh bagian marketing. Penjualan seperti ini sangat membantu perusahaan untuk
meningkatkan loyalitas konsumen terhadap tanaman hias dan menjadikan tanaman hias sebagai produk yang dibutuhkan untuk memperindah ruangan.
Selain itu, dengan adanya kanvasing dapat dijadikan sebagai alat promosi kepada konsumen yang dapat berdampak pada jangkauan pasar yang semakin luas dan
peningkatan penjualan yang maksimal.
5.6 Arus Kas Usaha Tanaman Hias Dipladenia crimson
Penerimaan PT Istana Alam Dewi Tara juga dapat diperoleh dari hasil penjualan tanaman hias Dipladenia crimson. Pada setiap kegiatan usaha
dibutuhkan uang kas untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Analisis pendapatan arus kas pada kegiatan perbanyakan Dipladenia crimson dapat dilihat
pada Lampiran 2 dan perhitungan biaya penyusutan atas investasi yang dilakukan juga dapat dilihat pada Lampiran 3. Dalam kajian ini penulis merumuskan aliran
uang tunai yang terjadi di PT Istana Alam Dewi Tara untuk tanaman hias Dipladenia crimson
selama periode dalam tahun 2009 dan 2010. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat analisis pendapatan tanaman hias Dipladenia crimson
„PT Istana Alam Dewi Tara‟ tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Tabel 10.
57 Tabel 10. Analisis Pendapatan Tanaman Hias Dipladenia crimson pada PT
IstanaAlam Dewi Tara Tahun 2009-2010
Keterangan Perhitungan
B. Penerimaan :
1. Penjualan Tanaman Hias Dipladenia crimson
C. Pengeluaran :
1. Biaya Bahan Baku
2. Tenaga Kerja
3. Biaya Pajak Kendaraan
4. Biaya Listrik
5. Biaya Promosi
6. Penyusutan
7. Perawatan Indukan
PENDAPATAN A – B
145.700.000,- 16.185.844,-
28.800.000,- 200.000,-
6.000.000,- 4.800.000,-
2.827.574,- 1.200.000,-+
60.013.418,- 85.686.582,-
Sumber : PT Istana Alam Dewi Tara diolah, 2010
Pada Tabel 10 dapat dilihat jumlah pendapatan yang diperoleh PT Istana Alam Dewi Tara pada periode pada tahun 2009
– 2010, dimana hasil yang diperoleh yaitu sebesar Rp 85.686.582,- Dapat diperkirakan bahwa untuk setiap
periode tanam untuk usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson mendapat keuntungan sekitar sepuluh juta tujuh ratus ribu rupiah.
Penerimaan didapat dari hasil penjualan tanaman hias Dipladenia crimson
selama delapan periode yaitu dari tahun 2009-2010. Harga jual yang ditetapkan setiap periodenya stabil yaitu Rp 50.000,- . Jumlah tanaman hias Dipladenia
crimson yang terjual selama delapan periode yaitu 2914 pot, jadi total penerimaan
selama dua tahun dari hasil penjualan tanaman hias Dipladenia crimson adalah Rp
145.700.000,-.
Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam proses produksi tanaman hias Dipladenia crimson
adalah sebagai berikut: Sekam bakar: penggunaan sekam bakar adalah sebagai media tanam, sekam
bakar yang digunakan selama delapan periode adalah 6426 kg. Setiap periode produksi jumlah sekam bakar yang dibutuhkan yaitu sebanyak 803,25 kg
dengan harga Rp 500,-kg. sehingga biaya yang dikeluarkan untuk sekam
58 bakar selama delapan periode produksi tanaman hias Dipladenia crimson
adalah Rp 3.213.000,- Cocopeat: cocopeat digunakan sebagai media tanam, setiap periode produksi
tanaman hias Dipladenia crimson kebutuhan cocopeat adalah 401,625 kg, sehingga untuk dua tahun yaitu delapan periode produksi kebutuhan cocopeat
adalah 3213 kg dengan harga Rp 500kg. Kebutuhan biaya cocopeat selama dua tahun adalah Rp 1.606.500,-
Pasir Malang: pasir malang juga digunakan sebagai media tanam. Dimana untuk pembuatan media tanam dilakukan pencampuran antara sekam bakar,
cocopeat, dan pasir malang dengan perbandingan 2:1:1. Kebutuhan pasir
malang setiap periodenya yaitu 401,625 kg, sehingga untuk dua tahun yaitu delapan periode kebutuhan pasir malang adalah 3213 kg dengan harga Rp
416,-kg. Sehingga kebutuhan biaya untuk pasir malang selama dua tahun adalah Rp 1.336.608,-
Pegasus: pegasus digunakan sebagai insektisida untuk penanggulangan hama atau serangga yang mengganggu pertumbuhan tanaman hias Dipladenia
crimson . Kebutuhan pegasus setiap periodenya adalah 2,25 botol, jadi selama
dua tahun pegasus yang dibutuhkan adalah 18 botol dengan harga Rp 45.000,- botol. Sehingga kebutuhan biaya yang dikeluarkan untuk pegasus selama dua
tahun adalah Rp 810.000,-. Convidor: convidor digunakan sebagai pestisida bahan pembasmi penyakit
tanaman hias Dipladenia crimson, kebutuhan convidor setiap periodenya adalah 2,25 botol, jadi kebutuhan convidor selama dua tahun yaitu delapan
periode produksi adalah sebanyak 18 botol dengan harga Rp 53.500,-botol. Sehingga kebutuhan biaya yang dikeluarkan untuk convidor selama delapan
periode adalah Rp 963.000,-. Dursban: dursban digunakan sebagai fungisida yang berfungsi sebagai
pembasmi jamur, kebutuhan dursban untuk setiap periode produksi adalah 2,25 botol, jadi selama dua tahun atau delapan periode dibutuhkan 18 botol
dursban dengan harga setiap botolnya adalah Rp 18.500,-. Sehingga kebutuhan biaya yang dikeluarkan untuk dursban selama delapan periode
adalah Rp 333.000,-.
59 Diazin: diazin digunakan sebagai pestisida untuk membasmi penyakit seperti
daun mengkerut, kebutuhan diazin untuk setiap periodenya adalah 2,25 botol, jadi selama dua tahun atau delapan periode diazin yang dibutuhkan adalah
sebanyak 18 botol. Biaya yang dikeluarkan untuk satu botol diazin adalah Rp 22.000,-. Sehingga kebutuhan biaya yang dikeluarkan untuk dursban selama
dua tahun atau delapan periode adalah Rp 396.000,-. Polybag: polybag yang digunakan dalam proses perbanyakan tanaman hias
Dipladenia crimson selama delapan periode atau dua tahun adalah sebanyak
2914 pc dimana harga polybag untuk setiap lembarnya adalah Rp 250,-. Sehingga kebutuhan biaya yang dikeluarkan untuk polybag selama dua tahun
atau delapan periode adalah Rp 728.500,-. Pot: pot yang digunakan untuk perbanyakan tanaman hias Dipladenia
crimson selama delapan periode atau dua tahun adalah sebanyak 2914 pc
dimana harga pot untuk setiap satuannya adalah Rp 2333,3-. Sehingga kebutuhan biaya yang dikeluarkan untuk pot selama dua tahun atau delapan
periode adalah Rp 6.799.236,- Dari rincian biaya bahan baku diatas maka dapat ditotal kebutuhan bahan
baku selama delapan periode yaitu kebutuhan sekam bakar, cocopeat, pasir malang, Pegasus, convidor, dursban, diazin, polybag, dan pot adalah Rp
16.185.844,-. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja adalah Rp 28.800.000,- biaya
tersebut merupakan biaya tenaga kerja selama delapan periode atau dua tahun. Dimana dalam proses produksi atau perbanyakan tanaman hias Dipladenia
crimson dibutuhkan dua orang karyawan yang bekerja sebanyak 24 hari setiap
bulannya dengan gaji per harinya adalah Rp 25.000,- jadi jika ditotal gaji karyawan sebanyak dua orang selama 24 bulan adalah Rp 28.800.000,-.
Biaya pajak kendaraan yang dikeluarkan PT Istana Alam Dewi Tara setiap tahunnya untuk mobil grand max adalah Rp 1.000.000,-. Biaya pajak kendaraan
yang keluarkan perusahaan merupakan biaya bersama, asumsi yang digunakan untuk biaya pajak yaitu 10 persen dari total pajak dikeluarkan oleh tanaman yang
paling potensial di PT Istana Alam Dewi Tara. Sehingga biaya pajak kendaraan
60 yang dikeluarkan dari hasil penjualan tanaman hias Dipladenia crimson adalah Rp
200.000,- selama dua tahun. Biaya listrik merupakan biaya bersama, adapun biaya yang dikeluarkan
untuk biaya listrik dan air yaitu sesuai dengan luas lahan yang digunakan dalam usaha perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson. Untuk satu bulan, biaya
yang dikeluarkan PT Istana Alam Dewi Tara dalam usahanya yaitu sebesar Rp 2.500.000,-. Asumsi yang digunakan yaitu 10 persen dari total biaya listrik akan
dikeluarkan dari hasil penerimaan tanaman yang paling potensial di PT Istana Alam Dewi Tara. Sehingga biaya listrik yang ditanggung tanaman hias
Dipladenia crimson setiap bulannya adalah Rp 250.000,-. Jadi biaya listrik selama
dua tahun yang harus dibayarkan dari pendapatan tanaman hias Dipladenia crimson
adalah Rp 6000.000,-. Kegiatan promosi sangat penting dilakukan karena PT Istana Alam Dewi
Tara adalah perusahaan yang sedang berkembang. Kegiatan promosi membutuhkan biaya Rp 2.000.000,- setiap bulannya. Biaya tersebut dikeluarkan
untuk iklan pada majalah pertanian, biaya telemarketing melalui website, email dan facebook, serta biaya brosur yang disebarkan di lokasi yang strategis. Untuk
perbanyakan tanaman hias Dipladenia crimson biaya promosi yang ditanggung adalah sebesar 10 persen karena tanaman hias Dipladenia crimson merupakan
tanaman hias yang sangat potensial untuk saat sekarang ini. Jadi biaya promosi yang dikeluarkan hari hasil penjualan tanaman hias Dipladenia crimson setiap
bulannya yaitu sebesar Rp 200.000,-. Sehingga biaya promosi selama dua tahunnya yaitu Rp 4.800.000,-.
Biaya penyusutan dihitung dari biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam proses produksi tanaman hias Dipladenia crimson. Untuk biaya penyusutan
barang investasi yang digunakan bersama komoditi lain, maka biaya penyusutan yang ditanggung tanaman hias Dipladenia crimson sebanyak 10 persen. Untuk
menghitung biaya penyusutan pertahunnya adalah mengurangi harga beli dengan nilai sisa dan dibagi umur teknis. Asumsi nilai sisa yang ditetapkan untuk setiap
peralatan atau investasi adalah 10 persen dari harga beli peralatan. Setelah dilakukan perhitungan biaya penyusutan per tahunnya yaitu Rp 1.413.787,-.
Sehingga untuk biaya penyusutan selama dua tahun adalah Rp 2.827.574,-.
61 Indukan merupakan tanaman yang digunakan sebagai sumber perbanyakan
untuk setiap periode tanam, perbanyakan dilakukan dengan cara vegetative. Jumlah perbanyakan yang dapat dihasilkan setiap indukan dalam setiap periode
tanam yaitu 10 bibit tatanam. Biaya perawatan untuk keseluruhan indukan untuk setiap periodenya yaitu Rp 150.000,- biaya tersebut digunakan untuk biaya
pemupukan, pengairan dan pengendalian jika ada hama dan penyakit.
62
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada keberhasilan produksi. Risiko ini berdampak pada kualitas dan
kuantintas hasil produksi yang dihasilkan. Risiko produksi dapat berupa penurunan hasil dari yang diharapkan bahkan kegagalan panen. Setiap usaha
memiliki risiko produksi dalam kadar yang berbeda tergantung dari manajemen risiko yang diterapkan perusahaan.
6.1 Indentifikasi Risiko Produksi Dipladenia crimson