8 Tabel 6. Data Penjualan Tanaman Hias di PT Istana Alam Dewi Tara Tahun 2009
Komoditi Bulan Qty
Total Jan
Feb Mar
Apr Mei
Jun
Jul
Ags Sep
Okt Nov
Des Adenium
Bangna 5
3 6
9 5
5 12
25 2
11 11
5 99
Adenium Original
68 67
75 39
87 33
26 83
52 76
16 60
682 Adenium
Geisha 2
1 11
13 4
2 12
16 10
23 6
19 129
Aglaonema Legacy
11 7
7 -
24 17
34 6
10 14
19 25
174 Anthurium
Green 7
27 26
5 32
13 70
102 21
70 96
- 469
Anthurium Wave
33 31
30 18
15 12
26 7
6 19
13 -
210 Bonsai
- -
1 -
1 -
- 1
1 1
1 -
6 Dipladenia
crimson -
- 380
- -
270 -
- 320
- -
312 1,282
Euphorbia 3
6 3
14 27
7 47
32 19
43 43
38 282
Mandevilla 4
33 10
- 16
7 1
1 3
6 2
- 83
Sansevieria 22
10 4
- 1
- 13
8 3
- 2
6 69
Quisqualis Indica
36 45
72 37
35 37
85 121
- 1
1 82
552
Sumber: PT Istana Alam Dewi Tara, 2011
Tinginya angka penjualan tanaman hias Dipladenia crimson merupakan suatu peluang bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan produksi Tabl 6.
Namun dalam proses produksinya, tanaman hias Dipladenia crimson ini memiliki risiko yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tanaman hias lainnya, hal ini
dibuktikan oleh rendahnya tingkat keberhasilan saat diproduksi. Risiko perlu untuk diperhitungkan karena umumnya risiko berdampak pada kerugian yang
harus ditanggung oleh pemilik usaha. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dan pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui risiko produksi tanaman hias
Dipladenia crimson di PT. Istana Alam Dewi Tara, Sawangan Depok.
1.2 Perumusan Masalah
PT. Istana Alam Dewi Tara atau disebut sebagai “Istana Alam Nursery” merupakan salah satu perusahaaan yang bergerak dibidang tanaman hias yang
meliputi bidang usaha produksi tanaman, distribusi dan pemasaran. Namun tidak hanya tanaman hias, seiring dengan adanya permintaan konsumen serta untuk
lebih memperlengkap usaha, maka perusahaan ini mencoba untuk memproduksi dan memasarkan tanaman buah lengkeng, rambutan, mangga, durian, jeruk,
jambu citra, jambu kancing, srikaya, dan magic fruit. Jenis tanaman hias yang disediakan di PT. Istana Alam Dewi Tara antara lain adalah bonsai, adenium,
9 anthurium, aglaonema, euphorbia, zamioculcaas, rhapis humilis dan lain
sebagainya. Selain dapat menyalurkan hobby untuk keindahan dan kecantikan, usaha tanaman hias juga memiliki kendala yang sangat besar yaitu tingginya
tingkat risiko produksi yang dihadapi. Untuk persentase keberhasilan produksi tanaman hias Dipladenia crimson yaitu 60 persen sampai 70 persen. Sedangkan
untuk tanaman hias lainnya dan tanaman buah persentase keberhasilannya lebih tinggi yaitu 80 persen sampai 90 persen.
5
Selain risiko produksi juga terdapat risiko harga dalam usaha budidaya tanaman, sumber utama risiko harga adalah ketidakpastian harga produk ketika
perusahaan membuat keputusan untuk melakukan perbanyakan atau menanam. Adanya risiko harga produk dapat menyebabkan harga yang diperoleh perusahaan
mengalami fluktuasi. Risiko harga produk tanaman hias sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan tanaman hias di pasaran.
Namun untuk risiko harga dan pemasaran tidak terdapat pada komoditi Dipladenia crimson
, karena dapat diihat dari tingginya angka permintaan tanaman hias ini jika dibandingkan dengan angka penawaran yang diberikan perusahaan.
Penawaran yang diberikan oleh PT Istana Alam Dewi Tara adalah merupakan jumlah hasil perbanyakan yang berhasil dilakukan. Seluruh tanaman yang berhasil
dalam proses produksi akan ditawarkan kepada konsumen dan seluruh hasil produksi tersebut mampu diserap oleh pasar, hal ini dikarenakan tingginya minat
konsumen terhadap tanaman hias Dipladenia crimson. Saat ini permintaan tanaman hias Dipladenia crimson masih belum bisa terpenuhi oleh PT Istana
Alam Dewi Tara, salah satu faktornya adalah terjadinya tingkat kegagalan yang tinggi dalam memproduksi. Setiap periodenya perusahaan melakukan kegiatan
perbanyakan dalam jumlah indukan yang digunakan dan anakan yang ditanam selalu sama yaitu sebanyak 600 batang, namun keberhasilan produksi setiap
periodenya tidak stabil. Dalam upaya menghasilkan produsi tanaman hias bermutu dari indukan varietas unggul bersertifikat, perusahaan memiliki indukan
sebanyak 60 batang, setiap indukan mampu menghasilkan anakan 10 pucuk setiap periodenya. Indukan tersebut merupakan tanaman impor yang telah melewati
5
Wawancara dengan karyawan produksi PT Istana Alam Dewi Tara Maret, 2011
10 seleksi atau sertifikasi dan tahap karantina, oleh karena itu perusahaan mempunyai
keterbatasan dalam meningkatkan kapasitas produksi yang disebabkan keterbatasan indukan. Untuk mengetahui data permintaan, penawaran dan selisih
tanaman hias Dipladenia crimson pada tahun 2009 dan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Data Permintaan, Penawaran dan Selisih Dipladenia crimson Tahun 2009-2010
No Uraian
JumlahPotTahun 2009
2010 1
Permintaan 2.460
2.912 2
Penawaran 1.282
1.632 3
Selisih 1.178
1.280
Sumber : Istana Alam Dewi Tara, 2011
Berdasarkan informasi pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa PT Istana Alam Dewi Tara masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pasar, karena jumlah
permintaan jauh lebih besar dari jumlah penawaran. Dalam menawarkan produknya PT Istana Alam Dewi Tara selalu memberikan penawaran dengan
mutu dan kualitas yang sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen. Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa jumlah penawaran masih rendah jika
dibandingkan dengan jumlah permintaan tanaman hias Dipladenia crimson. Biasanya untuk dapat memenuhi permintaan yang sesuai dengan kontrak maka PT
Istana Alam Dewi Tara melalukan kerja sama dengan petani sekitar. Sedangkan perubahan harga produk pada PT Istana Alam Dewi Tara biasanya jarang terjadi.
Hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan sesuai harga pasar dan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan jenis tanaman lainnya adenium, anthurium dan
aglaonema. Untuk itu harga yang ditawarkan produsen sesuai dengan harga yang beredar dipasaran stabil dan tidak membuat produsen mengalami risiko
melebihi harga pokok produksi. Permintaan yang cukup tinggi juga membuat produsen tidak mengalami risiko pasar dalam pemasarannya.
Risiko pasar dan harga biasanya merupakan risiko yang terjadi di luar kendali manajemen PT
Istana Alam Dewi Tara dan risiko tersebut juga merupakan risiko yang tidak bisa dihilangkan karena timbul dari mekanisme pasar. Untuk menghindari risiko pasar
perusahaan melakukan kerja sama dengan petani sekitar disaat kekurangan
11 pasokan. Gambar 2 dapat menjelaskan bahwa harga tidak mempunyai risiko
dalam setiap penawaran atau penjualannya.
Gambar 1. Harga Jual Tanaman Hias Dipladenia crimson Tahun 2009-2010
Sumber : PT Istana Alam Dewi Tara
Saat ini, PT Istana Alam Dewi Tara menghadapi risiko produksi yang cukup tinggi pada komoditas tanaman hias Dipladenia crimson. Dimana hasil
produksi yang diperoleh bervariasi. Adanya risiko produksi diperjelas oleh fluktuasi keberhasilan produksi yang tidak stabil dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Keberhasilan Produksi Dipladenia crimson
„Istana Alam Dewi Tara‟ Tahun 2009-2010
Sumber : PT Istana Alam Dewi Tara sm = umur tan 3-4
L = umur tan 4-6 bln
12 Pada Gambar 2 memperlihatkan bahwa tingkat keberhasilan produksi
Dipladenia crimson yang dihasilkan mengalami kondisi yang tidak stabil setiap
periodenya, hal ini dapat menunjukkan adanya risiko produksi pada Istana Alam Dewi Tara. Tanaman hias Dipladenia crimson sama seperti tanaman hias
merambat lainnya yang memiliki produksi masih rendah dan belum mampu memenuhi seluruh permintaan. Sebagai tanaman pertanian erat kaitannya dengan
faktor alam dalam perolehan hasil produksi. Seperti diketahui bahwa alam tidak dapat diprediksi, mudah berubah-ubah, sulit untuk diramalkan dan sulit untuk
dikendalikan. Keadaan tersebut tentu dapat membawa dampak buruk pada pendapatan usaha karena mengalami kerugian. Kerugian tersebut merupakan
risiko yang harus ditanggung PT Istana Alam Dewi Tara sebagai suatu kegiatan usaha.
Usaha tanaman hias Dipladenia crimson di PT Istana Alam Dewi Tara yaitu dengan melakukan produksi setiap tiga bulan sekali. Setiap tahunnya untuk
tanaman hias Dipladenia crimson, perusahaan ini memproduksi empat periode tanam. Dengan jangka waktu periode selama tiga bulan. Keberhasilan produksi
tertinggi dialami pada periode ketiga tahun 2010 yaitu sebesar 78 persen, sedangkan produksi terendah dialami saat periode kedua tahun 2009 yaitu sebesar
45 persen. Pada umumnya yang menjadi sumber utama penyebab terjadinya resiko produksi dalam memproduksi tanaman hias antara lain ialah kondisi cuaca
dan iklim yang sulit diprediksi, serta serangan hama, dan sulitnya mengendalikan penyakit yang terdapat di tanaman hias. Selain itu, tingkat keterampilan yang
dimiliki tenaga kerja pada usaha tanaman hias masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi, khususnya pada saat perbanyakan dengan
stek batang. Adanya risiko produksi membawa dampak yang merugikan bagi PT Istana Alam Dewi Tara, yaitu dapat menyebabkan kegagalan dalam memproduksi
atau melakukan perbanyakan. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami PT Istana Alam Dewi Tara
adalah jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen yang juga menurun karena banyaknya gagal panen. Rendahnya produksi tersebut berdampak terhadap
pendapatan yang diterima perusahaan. Berdasarkan perumusan diatas, disimpulkan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu:
13 1.
Bagaimana risiko produksi yang dihadapi PT Istana Alam Dewi Tara pada usaha tanaman hias Dipladenia crimson?
2. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi
yang terjadi di PT. Istana Alam Dewi Tara?
1.3 Tujuan Penelitian